Dia berbeda.
Dari pertama aku melihatnya saat MOS, aku sudah tertarik padanya.
Disaat semua murid asik berkenalan dengan yang lainnya, dia hanya diam memperhatikan. Dia tidak memiliki teman, bahkan sampai saat ini.
Aku tidak tahu apa yang di pikirkannya. Dia terlalu tertutup.
Dia tidak bersikap dingin kepada yang lainnya, tetapi...... Ah entahlah. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Dia seperti memiliki dunianya sendiri, tapi aku tahu dia kesepian.
Dia bahkan tidak pernah pergi ke kantin, jika ada yang mengajaknya dia selalu menjawab "aku bawa bekal." dan akhirnya dia tinggal sendirian didalam kelas.
Aku selalu memperhatikannya saat istirahat, dan dia tidak pernah membawa bekal.
Dia bukannya orang tidak mampu, malah ku dengar Ayahnya memiliki sebuah perusahaan besar di Kalimantan dan cabangnya dimana-mana, sementara Kakeknya pemilik Stasiun Televisi swasta.
Aku ingin menjadi teman pertamanya disini, bahkan menjadi teman dekatnya. Tetapi rasanya sangat sulit mendekatinya.
Bahkan untuk menyapanya saja aku ragu. Lalu apa yang harus aku lakukan?
Dan pada akhirnya sore itu, untuk pertama Kalinya aku berbicara langsung kepadanya. Saat aku baru saja selesai latihan futsal seperti biasanya, aku melihatnya termenung di halte dekat sekolah. Dia sendirian, pastinya.
Saat itulah aku mulai berharap jika aku akan selalu ada disampingnya, apapun keadaannya.
01 Juni 2018
26 Agustus 2019 Republish
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari Untuk April
Teen FictionBeautiful cover by @miftaafifa Ari menyukai April. Tetapi, untuk sekadar menyapanya saja Ari tidak mempunyai keberanian. April seorang remaja cantik yang jarang bergaul dengan teman sekelasnya atau bahkan dengan semua orang? Hingga suatu hari Ari me...