Januari Untuk April |2|

25 5 0
                                    



SELAMAT MEMBACA KISAH JANUARI DAN APRIL.
:)

⏳⏳⏳⏳

Aku merasa bodoh karena ketakutanku selama ini tak beralasan.

⏳⏳⏳⏳


Tok... Tok... Tok...

"Non, makan malam dulu, yuk." Panggil Bibi dari luar.

"Iya, bi. Nanti aku nyusul." sahut April dari dalam kamar.

Ini yang April benci. Makan malam sendirian. Dengan langkah berat April kelaur dari kamarnya menuju meja makan di lantai satu.

Saat memasuki ruang makan yang bersebelahan dengan dapur, April dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depannya.

Papa dan Mamanya pulang.

"Hai sayang." sapa Mamanya sambil tersenyum. April hanya balas dengan senyuman tipis.

"Gimana sekolah kamu hari ini?" tanya Papanya basa-basi.

"Tumben papa sama mama makan malem dirumah?" bukannya menjawab, April malah balik bertanya pada orangtuanya. Raut wajah mereka pun seketika berubah katena pertanyaan yang diajukan April.

"Urusan papa sama mama udah beres. Jadi bisa pulang cepat." jawab mamanya. April hanya mengangguk dan mulai menyalin nasi kedalam piringnya.

Suana makan malam hanya diiringi dengan dentingan sendok. Tidak ada percakapan hangat layaknya orangtua dan anak. Mereka seperti orang asing.

April yang telah selesai makan pun izin langsung ke kamar kepada orangtuanya. Entah mengapa dia merasa tidak nyaman. Bukankah ini yang April inginkan? Papa dan mamanya meluangkan waktunya untuk April?

April bukan anak tunggal, dia memiliki kakak laki-laki yang kini sudah bekerja di salah satu cabang perusahaan papanya.

April menghela napas panjang. Ia mencoba mengalihkan fokusnya kepada buku pelajaran yang ada diatas meja belajarnya.

Ini akan menjadi malam yang berat.

⏳⏳⏳⏳

"Kok banyak banget masaknya, Bun?" tanya Ari yang melihat Bundanya bolak-balik mengambil makanan dari dapur ke ruang makan.

"Kanaya mau kesini." jawab Bunda sambil tetap melakukan kegiatannya.

"Terus apa hubungannya Kak Naya mau kesini sama Bunda masak banyak?" tanya Ari lagi. Bunda berhenti lalu menatap anak laki-lakinya itu.

"Dari pada kamu banyak nanya, mending bantuin Bunda mindahin makanannya." balas Bunda. Ari pun bungkam dan mengikuti Bundanya ke dapur.

Setelah semua makanan tersusun rapi diatas meja, Ari langsung duduk disalah satu kursi yang ada dan mengambil piring.

Saat Ari akan menyambil nasi, Bunda langsung mencegahnya.

"Ehhh, jangan dimakan dulu."

"Ari laper, Bun." rengeknya.

"Tunggu bang Dhika sama Kak Naya dulu, Ri." jawab Ayahnya. Ari mendengus sebal.

Tak lama terdengar suara bel. Bunda pun dengan cepat pergi mebukakan pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Januari Untuk April Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang