"Alien di jepang?, itu tidak mungkin. Mengapa mereka percaya hal hal mitos seperti itu?".
Sudah tiga kali berita tentang alien muncul di televisi. Apa menariknya tentang alien. Mau ada atau tidaknya alien dimuka bumi ini mengapa kita harus mengungkit ngungkitnya?. Merekakan tidak mengganggu. Dan apa hak kita menyinggung mereka. Bagaimanapun, seburuk apapun rupa mereka menurut kabar yang beredar, mereka tetaplah ciptaan tuhan.
"Diduga alien tersebut terlihat oleh masyarakat osaka pada dini hari kemarin. Masyarakat mengaku melihat ufo-pesawat terbang alien melintas rendah dikawasan perumahan elit sakura, osaka jepang. Berita ini pun tak luput dari perhatian seluruh dunia. Pihak NASA berusaha untuk membuktikan dugaan ini. Mereka mengaku sudah melun-..."
"Agnes! Cepatlah. Atau kau kami tinggal". Ah, iya. Mengapa aku malah menonton tv. Ini waktunya sekolah.
Ah, bodohnya aku. Bagaimana tidak, aku mengaku sangat tidak tertarik pada alien tetapi aku selalu rajin mendengar berita berita tentang mereka.
Jangan sampai anak anak itu meninggalkanku untuk yang ketiga kalinya. Kemarin mereka meninggalkanku juga karena aku keaasikan menonton berita alien. Terkadang aku malu sendiri.
Aduh, lagi lagi aku harus tertinggal di bagian penting berita itu setiap mereka memanggilku.
Hei!.
Kapan selesainya.
Segera aku ambil tas dan sepatu di rak depan dan memakainya. Mereka sudah berjalan duluan dan aku harus mengejarnya. Sungguh, bagiku tidak enak pergi kesekolah sendiri. Karena aku harus menerima tatapan aneh orang orang akibat berbicara sendiri.
Sudah, jangan berkhayal lagi. Susul mereka.
"Lagi lagi kau menonton alien agnes". Aku tahu amet sedang mengejekku. "Kau berkata pada kami bahwa kau tidak tertarik tentang alien ketika seisi dunia membicarakannya. Nyatanya kau yang paling antusias disini". Kenapa semua orang jadi menyudutkanku.
"Sudahlah, biarkan saja ia berimajinasi. Jangan kalian ledek dia". Terimakasih lirin karena sudah membelaku. "-tapi setidaknya kau harus jujur kepada kami, kalau kau memang tertarik pada alien". Sial, ini sama saja.
"Bisakah kita tidak membahas ini? Teruslah menyudutkan ku".
"Oke oke. Kami diam", amet mengembungkan sebelah pipinya. Aku tahu dia menahan tawa.
Kami melanjutkan perjalanan dengan pikiran masing masing.
*
Hari sungguh panas terik. Sangat lelah rasanya berjalan 100M ke halte bus. Sebenarnya itu tidak jauh, malahan itu terbilang sangat dekat. Hanya saja dengan cuaca seperti ini semua terlihat jauh dan melelahkan. Hanya matahari yang terlihat dekat.
Tentu saja bodoh."Agnes, kapan kau mentraktir kami. Kau berjanji mentraktir kami di hari ulangtahunmu. Dan ini sudah hari ketiga sejak hari itu". Amet menagih janjiku. Aku merasa bersalah karena belum bisa menepatinya.
"Ah, maaf. Aku belum mempunyai cukup uang. Kaukan tahu amet, akhir akhir ini uang saku kita menipis. Dan aku sudah sering menahan lapar untuk tidak jajan disekolah, agar uangnya bisa aku tabung untuk mentraktir kalian."
"Dia benar amet. Jangan paksa dia terus. Kau harus mengerti keadaan kita oke", lirin berkata kepada ahmet dengan senyum manisnya. Ah betapa aku menyukai lirin, dia begitu dewasa. Aku selalu menjadikannya figur yang patut ku contoh.
"Ehm,ok lirin. Agnes maafkan aku", amet manatapku dalam. Anak ini benar benar menggemaskan.
Setibanya dirumah, kami langsung bergegas mengganti baju dan mencuci tangan, kemudian langsung berlari semangat menuju meja makan bersama. Kami makan seadanya dengan 126 anak lainnya. Terkadang kami makan enak jika ada seorang donatur bersedia menyumbangkan makanan pada panti asuhan ini.
Ya, benar. Kami tinggal di panti asuhan. Ini adalah tempat dimana anak anak dibesarkan dan di didik secara massal tanpa bantuan orang tua. Benar benar keajaiban menurut kami jika ada orang tua berbaik hati yang ingin mengadopsi salah satu dari kami. Dan anak yang terpilih sangatlah beruntung.
"Agnes, bagaimana tadi?. Apa kau pergi kesekolah sindirian lagi?". Bunda risa bertanya padaku. Dia adalah pengurus panti ini dan dia adalang orang yang paling disayangi dan dihormati seluruh anak2 yang ada disini.
"Tidak, aku berhasil mengejar mereka", jawabku sambil mengunyah makan. "Ah baguslah. Kau sepertinya sudah mulai bisa menangani kebiasaan menonton alienmu agar tidak lupa waktu." Sontak anak anak yang ada di dekat kami tertawa. Aku hanya bisa manyun menanggapinya.
Kami makan dengan tenang. Begitu kami selesai dengan makanan masing masing, semua anak berderet menuju antrian untuk mencuci piring masing masing.
Hari sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. sudah waktunya seluruh anak-anak belajar, begitu peraturan di sini. aku dan lirin sekamar, jadi kami segera bergegas masuk.
Seperti biasa lirin yang mengajariku dan aku yang menyimak.
Dengan buku di meja dan Pena di tangan, aku mencoba untuk kembali konsentrasi. namun apalah daya, pikiranku kembali melayang-layang tentang berita di TV dari pagi. Lirin yg berceloteh menjelaskan perihal prku pun sudah tidak kudengarkan lagi. Memang, menjadi anak yang sangat menyukai hal-hal yang berbau fantasi sangat menyusahkan.
Aku mulai mengantuk, mata serasa ingin terpejam. Menyadari bahwa aku sudah kelelahan dan ingin tidur, lirin menyuruhku berbaring di kasur dan pergi mematikan lampu.
"Selamat malam lirin", lirihku sebelum terpejam.
" Selamat malam agnes, mimpi indah. dan jangan kesiangan besok pagi, karena aku sudah terlalu bosan membangunimu setiap hari".
Sebelum memejamkan mata Aku mengucapkan beberapa patah doa, membuka selimut dan mematikan lampu tidur. Baru saja aku memejamkan mata terasa sinar yang menyorot sangat terang dari jendela. kulihat lirin yang tampak tenang-tenang saja. Padahal seharusnya posisi kasurnya yang berada di bawah jendela membuatnya lebih merasa lebih risih daripada ku. Aku berpikir mungkin itu adalah lampu sorot mobil, dan aku memutuskan untuk tidur membelakangi jendela.
Rasa kantuk yang teramat sangat, membuat ku cepat pergi ke alam mimpi.
Mimpi yang sangat panjang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCTURUS from boötes
Fantasyaku, miya. Begitulah mereka memanggilku. aku tiba di tempat yang tidak ku ketahui, dan aku berasal dari tempat yang juga tidak ku ketahui. Yang kulihat mereka ditempat ini seperti manusia, tetapi yang mereka katakan mereka bukanlah manusia. Aku ingi...