prolog.

10 1 0
                                    

"Finella!!!! YAAMPUN LO GA KEBAWAH? LO GATAU DIBAWAH ADA SIAPA?" pekikan meira temannya itu terdengar melengking dan mengganggu indra pendengaran finella yang sedang asyik membaca sebuah novel.

"Siapa emang?" Tanya finella tanpa di ikuti rasa ingin tau.

"SA-KHA" ucap meira yang sukses membuat finella berteriak.

"HA? BOONG LO?" Ia kemudian bergegas berlari menuruni anak tangga. Tentu saja untuk melihat apa benar di bawah sedang ada sakha atau tidak.

Mungkin jika ada julukan ratu pelupa mungkin julukan itulah yang paling tepat untuk finella. Bahkan ia lupa jika hari ini ia harus bekerja di event 17 agustusan bersama anggota osis lainnya. Bahkan, ia lupa bahwa sakha gebetannya adalah seorang anggota junior osis. Tentu ia ada di bawah untuk mempersiapkan segalanya.

Finella melihat ke penjuru lapangan, berharap ia menemukan sosok sakha yang sedang bekerja. Menurutnya ketampanan sakha akan bertambah berjuta juta kali lipat ketika sedang bekerja seperti ini. Namun sayangnya, kedua matanya itu tidak berhasil menangkap sosok sakha.

"Woi! Diem aja lo! Ambil almamater gece. malah bengong!" Tentu finella kenal jelas suara itu. Itu adalah suara hilbram, ketua osisnya.

Finella bergegas menaiki anak tangga menuju ruang osis yang terletak di pojok deretan kelas X. 1 hal yang menyebalkan bagi finella adalah ruang osis sekolah unggulan ini sangat sempit dann sangat terpencil. Aneh rasanya, sekolah favorit di ibukota memiliki ruanng osis yg sangat minim seperti ini.

Finella memasuki ruang osis. Berjalan menuju lemari almamater. Langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang berdiri di depan kaca. Sosok yang ia cari cari di lapangan tadi. Iyap. Sakha. Detak jantungnya mendadak tidak beraturan. Meski sudah menjadi panter osis sejak lama, baru kali ini sakha dan finella berdua di suatu ruang yg sama.

Baru saja hendak menyapa sakha, tapi sakha sudah bergegas keluar dari ruangan itu dengan kemeja sekolah, dasi merah dan almamater biru khas osis sekolahnya.

Dengan cepat finella mengambil almamater dan dasi merahnya lalu bergegas turun menuju lapangan kembali.

Memang, jika di ibaratkan suhu ruangan, maka sakha adalah suhu terendah di ruangan itu. Sifat dinginnya lah yang menarik perhatian finella. Padahal, jika dipikir pikir dari 1 sekolah tentu lah banyak yang menyukai finella. Hanya saja finella lebih memilih menyukai kutub es tersebut. Aneh memang.

Finella bergegas menuju lapangan. Hingga langkahnya terhenti ketika...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S A S T R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang