"Whoaaaamm..." Aku menguap dengan lebar. Masih sedikit mengantuk. Kulirik jam bekker yang berada diatas meja sebelah tempat tidurku. Jarum jam menunjukkan pukul 7.15.
Aku bergegas bangun lalu menuju kamar mandi. Pagi ini aku begitu bersemangat, semangat yang sebenarnya baru muncul 6 tahun belakangan ini. Dulu, aku merasa hidupku membosankan dan tidak menarik. Tapi sebagian besar kawan-kawanku menganggap aku memiliki hidup yang sempurna.
Aku lahir di keluarga yang lebih sekedar dari hanya kata 'berkecukupan'. Dan bukan bermaksud tinggi hati, Aku dianggap memiliki wajah yang tampan. sebagian besar temanku menganggap aku memiliki wajah yang tampan - ya setidaknya itu yang biasa kawan-kawanku komentari dari diriku. Karena wajahku tersebut banyak wanita menyukaiku. Hal ini yang lantas membuat kawan-kawanku - yang sebagian besar pria, iri karenanya. Namun entah karena aku yang terlalu tidak peduli atau bagaimana, semua perkataan mereka aku dengarkan tanpa banyak berkomentar.
Jadi, orang hanya peduli padamu bila kau memiliki harta dan berpenampilan menarik, eh? sungguh pikiran yang sempit .Mereka hanya tahu tampilan luarku tanpa peduli apa yang kurasakan sebenarnya. Aku selalu beranggapan hidupku tidak menarik. Bila ditanya mengapa? Entahlah akupun tidak tahu jawabannya.
Akupun bingung, padahal -mungkin- benar seperti yang mereka katakan tentangku. Aku memiliki hidup sempurna yang belum tentu orang lain bisa mendapatkan hal yang sama. Selain itu, aku juga memiliki orang tua yang sangat peduli dan sayang padaku dan juga Jean, adikku. Meskipun mereka sangat sibuk mereka akan dengan senang hati meluangkan waktunya untuk kami. Aku dan dan Jean tidak pernah kekurangan kasih sayang orang tua kami. Namun tetap saja aku merasa ada hal yang kurang dalam hidupku. Aku kurang bersyukur dengan hidupku? Mungkin seperti itu. Namun hidup membosankanku berubah sejak aku mengenal gadis itu, gadis unik yang memiliki senyum menawan, Yuki..
***
6 tahun lalu...
"Hi, Stefan.." Seorang gadis menyapaku dengan tiba-tiba saat aku dan kawan-kawanku berada di cafetaria kampus. Aku yang sedang meminum soft drink dibuatnya terbatuk akibat tersedak.
"Ya? Ada apa?" Tanyaku setelah batuk-ku hilang.
Wajahnya berubah memerah. Kemudian dia menundukan wajahnya, berusaha tidak bertemu langsung dengan mataku. Setelah menarik nafas panjang dan membuangnya kuat-kuat ia mulai menatapku " Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu, apa kau punya waktu?" Tanyanya, dengan wajah yang masih merah padam. Teddy, seorang kawanku yang duduk tepat disebelahku menyenggol lenganku. Sementara kawan-kawanku yang saat itu memang sedang satu meja di cafetaria denganku mulai ramai menggodaku. Mereka berkata jail bahkan bersiul. Aku memberikan tatapan tajam pada mereka, memperingatkan untuk diam.
Aku mengalihkan pandangan pada gadis yang berdiri tepat dihadapanku itu dan mengangguk, mengiyakan jawabannya. Kawan-kawanku yang sudah kuperingatkan untuk diam justru semakin ribut, seakan tak mempedulikan peringatan yang sebelumnya kuberikan. Hal ini kontras membuat suasana cafetaria yang semula damai menjadi gaduh. Bayak orang disana menengok ke arah kami untuk mencari tahu sumber kegaduhan. Aku memutar kedua bola mataku. Heran dengan kelakuan kekanakan kawan-kawanku.
Gadis dihapadanku itu terlihat tidak nyaman karena dia hanya terdiam. Wajahnya yang semula merah pun kini terlihat semakin memerah. Aku bangkit dari dudukku, meraih tangan kanannya dan membawanya pergi dari cafetaria. Tubuhku reflek tersendak menyadari tindakanku sendiri. Tindakan yang tak pernah kulakukan sebelumnya.
Tanpa sadar aku menggiringnya menuju perpustakaan kampus. "Baiklah, kawanku dan yang lain tidak akan mengganggumu lagi disini," Kataku saat kami berada di sudut yang sepi di perpustakaan kampus. "lalu, apa yang ingin kau sampaikan padaku, Yuki? Mmm..Yuki, itu kan namamu?" Tanyaku sedikit bergumam memastikan.