#01

4.1K 533 122
                                    

THE ASYLUM

ChanSoo | ChanDi

Boy x Boy

Horor

*

*

*

"AAAAARRRRGGHHH.....!!!!! AAAAARRGGHH!!!!"

Teriakan itu membahana menggemparkan seisi gedung rumah sakit tersebut. Sekuat tenaga Kyungsoo menutup kedua telinganya. Tak mau mendengar suara kesakitan luar biasa yang Chanyeol alami saat ini. Ya, teriakan itu berasal dari Park Chanyeol—kekasihnya.

"AAAAAAAARRRGGGHHH!!! AAAAAARRRRGGGHHH!!!"

"Ugh!"

Namun perlahan suara itu menghilang, seraya dengan hilangnya kesadaran Chanyeol yang telah dibius dengan obat penenang. Pelan-pelan Kyungsoo membuka kedua telinganya. Suara Chanyeol telah memudar, tenang dan damai. Namun kini berganti dengan isak Kyungsoo. Isak kepedihan atas ketidakberdayaannya yang hanya mampu mendengar jeritan Chanyeol setiap harinya. Menerima penderitaan dan kesakitan ini. Kyungsoo merasa pedih.

*

*

"Kau tenang saja, obat tidurnya mampu membuatnya beristirahat semalaman ini. Lebih baik kau juga pulang lalu beristirahat, Kyung."

Kyungsoo tak menjawab usulan dari Sehun –Dokter yang menangani kesehatan Chanyeol saat ini. Sambil terus mengusap kening prianya yang berkeringat, Kyungsoo masih terus memandanginya tanpa mempedulikan Sehun yang akhirnya pamit. Ditatapnya wajah lesu Chanyeol yang telah tertidur. Memucat kelelahan. Dengan keringat yang bercokol di kening dan wajahnya, Kyungsoo tahu Chanyeol belumlah tenang. Walau itu dalam mimpi sekali pun.

*

*

*

"Ugh!" Suara erangan itu terdengar. Saat kedua pelupuk mata itu bergetar dan mulai menampakan isinya. Mata itu terbuka, mencoba menangkap segala bayang yang terlihat buram. Dia bergeleng mencoba membenarkan penglihatannya yang masih belum jelas. Maka terlihatlah bentuk dari segala benda di sekitarnya.

Tangannya meraba-raba. Terkadang tanah-tanah dan kotoran kecil terselip di ujung kukunya yang panjang. "Aah.." Dia tersadar, tengah tergolek di lantai yang kotor dan berdebu. Dengan sampah-sampah kering yang usang menyemarakan lantai lapuk yang kini dia singgahi.

Dia pun bangkit dengan perlahan, walau belum sepenuhnya sadar. Di mana dia? Melihat sekelilingnya yang sepi tak berpenghuni. Rusak dan jelek. Tempat ini sungguh seram, pikirnya. Dengan dinding-dinding yang terkelupas. Karat dari besi-besi tua yang menyerupai kerangka tempat tidur dan kursi. Tergeletak sembarang di tengah-tengah ruangan.

Setelah mengumpulkan kesadaran dan kekuatan pada dirinya, pria itu bangkit. Berdiri di tengah-tengah ruangan tersebut. Melihat sekelilingnya yang tak ia kenali. Tempat apa ini? Kenapa begitu kotor? Saat melihat ke kiri, nampak lorong-lorong gelap menyajikan warna kegelapan yang dalam. Dia menoleh, berbalik ke kanan, namun hal serupa pun tersaji di sana. Ketakutan bersarang di hatinya. Maka dia berbalik ke belakang, sebuah tembok besar seolah menghalangi jarak pandangnya. Membatasi ruang geraknya dan hanya menyisakan satu pilihan, jalan lurus.

Namun saat matanya menatap kembali ke tempat semula –jalan lurus yang dimaksud- dia menemukan seseorang berdiri di ujung sana. Tapi dia tak mampu melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya mampu mengenalinya sebagai seorang Dokter, karena jubah putih yang dia kenakan.

Tuk! Tuk!

Suara sepatunya nyaring berantuk dengan lantai. Sosok itu berusaha mendekatinya. Dia yang didekati hanya mampu mematung, walau tubuhnya ingin sekali bergerak. Lari kemana pun jika bisa. Tapi dia tak mampu. Meskipun ketakutan itu semakin menjalar di sekujur tubuhnya, dia tak bisa bergerak. Saat matanya menangkap sang dokter mengeluarkan sebuah pisau bedah, ketakutannya memuncak.

THE ASYLUM (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang