Part 01

85.2K 2.8K 70
                                    

Pukul tujuh pagi, alarm sudah berbunyi beberapa kali namun tak kunjung membangunkan seorang gadis yang nampak sangat lelap dengan tidurnya. Ketukan pintu dari luar terdengar begitu jelas menyebut nama gadis itu.

"Ica!!!"

Sang gadis tetap tak berkutik meski seorang pemuda sudah menggoyangkan kasurnya bahkan membangunkan tubuhnya secara paksa.

"Buset..." keluh sang pemuda segera mengambil air dari kamar mandi.

Byurs!!!

"Abang! Banjirrr!!" teriak si gadis melompat dari kasur panik bukan kepalang.

"Hahaha!" pemuda yang dipanggilnya abang tertawa melihat tingkah adik tercintanya itu.

"Ih!!!" omel si gadis memukul lengan sang kakak.

Rasya Elyana Samudera, gadis cantik dengan sejuta pesona meski dengan tingkah yang seperti kekanak-kanakan dan terbilang cukup bar-bar untuk menjadi seorang perempuan.

"Maaf, ya... adik abang yang cantik!!" tawa si pemuda bernama Faris Daffa Samudera.

Mereka termasuk anak dari deretan pengusaha Indonesia, rumah megah, mobil mewah, dan masih banyak lagi.

"Buruan mandi, atau mau gue ceburin ke bak kayak kemarin!?" ancam Faris berkacak pinggang.

"Iya, ini mau mandi!" keluh Ray, namun bukannya kekamar mandi, gadis itu malah kembali merebahkan tubuhnya hingga membuat Faris geram dan langsung mengangkat tubuh adiknya kemudian menyeburkannya ke bathup berisi air.

"Abang!!!" teriak Ray menggema di mansion megah hingga menimbulkan kepanikan para asisten rumah tangga yang bekerja untuk mereka.

"Ica udah bangun?" tanya seorang pria sambil menyerup kopinya.

"Udah, yah. Ayis gitu loh!" bangga Faris berhasil membangunkan adiknya meski dengan cara yang terkesan brutal. Ngomong-ngomong, Faris lebih disering di sapa Ayis, itu karena panggilan dari Ray yang melekat sejak kecil.

"Yaudah," seorang wanita cantik yang tengah mengoleskan selai ke roti tersenyum menatap putera sulungnya.

"Oh iya, gimana kabar sekolah?" tanya sang pria, yakni Jonathan Samudera, sang kepala keluarga. Disampingnya terdapat Renata, isteri tercinta yang selalu setia mendampinginya.

"Baik-baik aja. Kayak biasa, Ica sering buat onar," jawab Faris seadanya.

Jonathan tertawa begitu pun sang isteri.

"Ngetawain Ica ya!?" tanya seorang gadis yang sudah siap dengan seragam sekolah dan tas hitam yang bertengger di bahunya.

Ica adalah panggilan khusus untuk orang rumah. Sedangkan Ray adalah untuk orang banyak.

"Iya, apalagi. Abang bilang, kamu suka buat onar," kekeh Renata mempersilahkan puteri tercintanya untuk duduk.

"Buat onar apanya!? Ica sampai dapat julukan Queen Samudera karena sering nolongin nerd-nerd sekolah yang kena bully. Ayah tau sendiri 'kan, gimana sekolah kita itu. Ica udah sering liat pakai mata kepala, murid lemah bakalan di tindas, huh!" keluh Ray mengambil roti milik Faris lalu memakannya hingga membuat Faris berdecak.

Memang benar, sekolah tempat mereka menuntut ilmu adalah salah satu sekolah elite di kota. SMA 1 SAMUDERA, kepunyaan ayah dari Jonathan yaitu kakek dari Ray dan Faris yang sudah diwariskan untuk Jonathan. Namun sayangnya, banyak anak yang malah menjadikan kekayaan orang tuanya sebagai ajang untuk berbangga diri dan Ray, tentu sangat tidak menyukai hal itu.

"Hm... kalau gitu, nanti ayah bakalan atur ulang sistem sekolah." Jonathan tersenyum membuat Ray mengangguk.

"Ica, hari ini bunda sama ayah mau ke luar kota," ucap Renata ragu.

"Lagi!?" tanya Ray menghentikan aktivitas makannya. "Baru tadi malam kalian pulang, sekarang pergi lagi!?" tanya Ray tak percaya.

"Ica kenyang!" Ray langsung pergi hingga suasana menjadi senyap.

"Bunda tenang aja, Ayis bakalan jaga Ica kok! Aman!" Faris mengacungkan jempol dengan senyum lebar dan dengan hal itu, Renata dan Jonathan dapat sedikit lega.

Ray tiba di sekolah, semua pasang mata tertuju padanya. Ia memarkirkan mobilnya ditempat khusus guru, seperti biasa. Gadis itu turun, lagi-lagi bisikan pujian terdengar begitu jelas ditelinganya.

"Raysa!!! Parkiran siswa itu disana," tunjuk satpam sekolah yang sudah paham betul dengan kelakuan Raysa.

"Sekali-kali, pak!" tawa Ray membuat satpam hanya geleng-geleng kepala karena setiap hari ia selalu mendengar jawaban yang sama dari gadis itu.

Alasan Ray memarkirkan mobilnya diparkiran guru agar memudahkannya untuk pulang, karena terkadang saking banyaknya siswa yang membawa mobil, parkiran pun penuh, dan pulang sekolah harus menunggu mobil didepan keluar terlebih dahulu.

Tentu saja tak ada siswa yang berani mengikuti cara Ray karena mereka tahu kalau Ray adalah anak pemilik sekolah, begitu pun Faris.

"Ray!" teriak dua orang gadis berdiri diseberang lapangan.

Ray tersenyum menatap dua temannya, gadis itu bergegas menghampiri namun ia tak sengaja menyenggol bahu seseorang.

"Aduh!" ringis Ray spontan membuatnya menoleh, ternyata yang ditabraknya adalah seorang siswa culun.

"Kacamata gue," ucapnya pelan yang mungkin hanya bisa didengar oleh Ray.

Ray mengambilnya lalu menyerahkan pada pemuda dengan seragam kebesaran, kaca mata bulat dan juga tatanan rambut yang terlihat buruk.

"Maaf, gue nggak sengaja," ucap Ray saat pemuda itu memasang kacamatanya.

"Anu..." panggil si pemuda saat Ray hendak pergi meninggalkannya.

"Kenapa?" tanya Ray kembali menoleh hingga membuat si pemuda terdiam karena terpana dengan kecantikan gadis itu.

"Enggak," ucap si pemuda langsung berlari meninggalkan Ray.

"Lah?" bingung Ray sembari melangkah menghampiri dua temannya.

"Ya ampun! Gue lapar! Buruan ke kantin!" ajak gadis cantik dengan mata sedikit sipit dan rambut yang diikat dua menyentuh bahunya. Ia adalah Maylina Dirgantara, sedangkan gadis satunya yang terlihat tomboy dan punya postur badan yang lebih tinggi bernama Kayla Darmawan.

Mereka berteman sejak kecil sebab orang tua mereka menjalani bisnis bersama, tentu saja pertemanan mereka terlihat sangat lekat bahkan sudah seperti saudara sendiri.

Nama mereka pun memiliki kemiripan yakni, Ray, May dan Kay. Tentu saja mereka lah yang paling populer di sekolah.

"Ayo, gue juga lapar, belum sarapan," ajak Kay namun langkah mereka dihentikan oleh Faris yang menarik tas Ray seperti kucing.

"Ayah nitip ini, buat jajan," ucap Faris menyerahkan sebuah kartu debit pada Ray.

"Ini lagi?" tanya Ray malas.

"Asik, traktir makan!" girang May yang memang memiliki sifat polos.

"Abisin aja buat top up game!" bujuk Kay berbangga diri.

"Terserah kalian deh, yang penting senang. Gue mau kekelas," pamit Faris lalu pergi begitu saja.

Ray menyimpan kredit tersebut didalam tasnya lalu melanjutkan langkahnya menuju kantin diikuti Kay dan juga May.

Di sisi lain, pemuda culun yang baru saja ditabrak Ray nampak memantau mereka dari kejauhan dengan penuh selidik. Ia pun melangkah mengikuti tiga gadis itu dengan menundukkan wajah saat beberapa orang nampak mencibir penampilannya.

Kantin nampak padat sebab banyak orang ingin bertemu dengan Ray CS untuk sekedar paparazzi mereka saat makan. Hal itu sudah sering terjadi hingga membuat mereka bertiga terbiasa.

Tentu saja hal itu menyulitkan si pemuda culun untuk mengetahui dimana posisi gadis yang dicarinya. Hingga ia tak sengaja ikut tertarik didalam kerumunan para siswa.

•••
TBC
Cerita lengkap tersedia di Dreame dengan judul yang sama.

Nerd Boy VS Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang