Perdebatan (1)

24 3 0
                                    

Seperti biasa Klira berangkat sekolah dengan teman-temannya. Canda tawa selalu mengisi perjalanan mereka. Tidak lupa juga dengan gosip-gosip yang menjadi sarapan pagi mereka. Setelah lama berlibur, akhirnya mereka bisa kembali lagi kerutinitas seperti biasa. Sungguh hal yang paling mereka rindukan saat bersekolah adalah canda-canda salah satunya yang membuat bersahabatan mereka terasa hidup. Apa lagi Klira yang slalu ceria diantara mereka berempat.

"Klira. Lo masih ngejar Roy?" pertanyaan Sinda membuat tertawa Klira berhenti.

Sebelum menjawab pertanyaan temannya, Klira memikirkan apa dia masih menyukai doinya itu atau tidak. Karna liburan sebulan penuh membuat Klira tidak lagi melihat Roy. Selama liburan juga ia jadi lupa dengan kencengannya itu. Sudah lama sekali Klira menyukai Roy. Mungkin dari kelas 10 bisa dikatakan Klira sudah menyukainya. Klira ingat kenapa ia jadi mengejar-ngejar Roy. Hanya dengan satu tatapan saja Klira terjatuh dalam pesona Roy yang populer disekolahan Klira itu. Namun ada juga alasan tersendiri mengapa ia suka dengan gebetannya itu walaupun ia badboy.

"Eh, Klira. Di tanya malah melamun." Sinda membuyarkan lamunan Klira tentang Roy, kencengannya.

"Ha-ehh.., gitu deh." Klira memang selalu gugup jika ditanya begitu.

"Emang apa hebatnya Dia sih. Cowok doyan perempuan gitu lo kejar-kejar. Ngga lihat apa dia playboy cap gajah." teman Klira satu itu memang tidak setuju dengan pilihan Klira. Pasalnya melihat kencengan Klira selalu gunta-ganti cewek, membuat Sinda merasa khawatir dengan Klira.

"Loh Nda bukannya cap buaya ya. Kok jadi cap gajah?" Voni yang mendengar omongan Sinda langsung menyambung kepercakapan Sinda dan Klira.

"Biarin. Itu kan versi gue." balas Sinda. Voni hanya menyengir tidak jelas.

"Namanya juga suka Nda. Susah jauhinnya."

"Aduhhhh Klira. Lagian muka lo itu kan ngga jelek-jelek amat. Masih banyak lagi yang mau sama lu. Apa lu mau nungguin tuh cowok playboy sampe tobat? Bulukan lo nungguin dia sampe tobat mah." suara Sinda yang bernada tinggi membuat Runi dan Voni jadi makin tertarik dengan perbincangan Klira dan Sinda.

"Biarin aja lah Nda. Dia kan ganteng." Runi membela Klira sebab dia juga menyukai cowok populer itu.

"Heran gue cowok playboy kaya gitu lo-lo pada nge-fans." memang diantara mereka berempat hanya Sinda yang tidak menyukai Roy.

Sinda dan yang lainnya lanjut berjalan. Kaki mereka yang melangkah dari tadi akhirnya sampai pada gerbang sekolahan yang besar.

"Sebulan ngga berangkat jadi kangen ya." Voni tersenyum menghadap ke tiga sahabatnya yang berada dibelakang.

"Ehhh.., liat tuh, tuhh." Runi heboh sendiri dengan penglihatannya. Runi menunjuk seseorang di parkiran yang letaknya jauh dibelakang Voni sehingga mau tak mau membuat Voni harus membalikkan badan.

"Wowwww...., kak Roy." Klira, Runi, dan Voni kecuali Sinda memperhatikan Roy yang mereka idolakan.

"Lama ngga ketemu nambah ganteng ya." omongan Voni membuat Runi dan Klira terleleh.

"Woy udah sih.., udah masuk dari tadi juga." Sinda menyadarkan para sahabatnya karna idola mereka sudah hilang dari pandangan mereka sejak tadi.

"Kaya masih ada bayangannya ya." Klira meneruskan jalannya menuju kekelas yang langsung disusul oleh sahabat-sahabatnya dibelakang.

Klira berpisah dengan Runi dan Voni yang beda kelas dengan dia dan Sinda.

Setelah hanya ada mereka berdua. Canggungpun tercipta. Klira memang agak gugup jika berduaan dengan Sinda. Gadis cerdas itu sangat tegas dan jarang berbicara. Sungguh, sekali berbicara Sinda bisa brebel ngga berhenti-henti hingga panjangnya kaya kereta api.

Klira Dan RoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang