🍁Satu🍁

1 1 0
                                    

"Woi Rafa,"

"Woiiii,"

"Rafaaaaaa, ck,"

"Tai lah. Gua sumpahin budek beneran Luh,"

Rafa gedek mendengar bisikan setan dari si Gilang, apalagi sekarang dia mulai berani nyolek-nyolek. Palingan minta contekan lagi. Nyebelin banget.

"Apa?!" Bisiknya sewot.

Rafa menyenderkan tubuhnya di bangku karena si Gilang duduk dibelakang nya.

"Jan galak-galak napa Fa, tar cepet tua lu, lagian membantu orang yang lagi kesulitan itu  dapet pahala Fa," kata Gilang beralasan.

"Alah tai, mana sini kertasnya."

Gilang nyengir kesenengan, kemudian menuliskan nomor berapa saja yang dia tidak tahu di kertas kecil dan memberikannya ke Rafa.

"Sianjir, ini mah semuanya."

"Cuma sembilan nomor Fa, yang satu ngitung kancing. Isiin yang bener lu Fa," Kata Gilang jujur.

"Kenapa gak semuanya aja kek gitu?" Rafa masih sewot.

"Gua gak mau mengulangi kesalahan yang sama, lagian nilai akhirnya juga paling tinggian lo,"

"Nih," Rafa menyerahkan kertas contekan yang sudah di kuwel-kuwel itu kepada Gilang.

"Kok cuma 8 Fa? Gua kan minta 9, tanggung ini satu lagi," Gilang sebel sendiri, temen ceweknya ini benar-benar pelit.

"Masi mending gua kasih,"

"Calon kuburan sempit."

"Bodo amat."

"Bagi yang sudah selesai boleh pulang duluan," kata Bu Widi dari depan kelas.

Menurut semua murid, Bu Widi adalah guru Bahasa Indonesia yang paling baik di sekolahnya. Dia jarang banget buat marah.

Pernah sekali dia marah gara-gara Gilang ketahuan nyontek saat ulangan. Si Gilang yang ketahuan nyontek sih biasa aja.

Dia udah biasa juga nyontek dan ketahuan, tapi gak di apa-apain. Mungkin hari itu dia lagi apes. Bu Widi tiba-tiba dateng ke mejanya, kemudian nyobek kertas ulangannya dan dibuang gitu aja ke tong sampah, tanpa ngomong apa-apa. Makanya sekarang kalau mau nyontek dia bisik-bisik. Sebelum itumah boro-boro.

Tak berapa lama bel pulang berbunyi. Setelah mengumpulkan ulangan dan memberi salam, mereka diijinkan pulang.

"Fa, traktirannya besok aja ya," kata Gilang yang tiba-tiba merangkul pundak Rafa.

"Apaansi bego," ujar Rafa risih.

Gilang hanya tertawa melihat Rafa yang kesal. Dia kemudian melepaskan rangkulannya.

"Emang kenapa? Lo ekskul?" Tanya Rafa bingung, habis gak biasanya Gilang bilang besok.

"Ada tugas jalan sama cewek cakep, gak kayak lo beringas, duluan ya Fa." Gilang lari sebelum Rafa berhasil menjambak rambutnya karena kesal. Memangnya dia apa di bilang beringas.

Rafa melihat kemana arah perginya Gilang. Ternyata ada cewek yang Rafa kenal namanya Andin, anak XI IPA 4 , sudah menunggu Gilang di tangga. Dari sana Rafa melihat Gilang yang menengok ke arahnya sambil senyum-senyum gak jelas. Kemudian bibirnya mengucapkan kata 'doain ya' kemudian disusul ketawa yang sama gak jelasnya dengan mukanya.

"Ampun daah" gumam Rafa yang bingung dengan sifat sahabatnya itu.

🍭🍭🍭

Monmaap ini baru nyoba" doang wkwk


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang