Hatimu bukan Milikku

32 2 0
                                    

"Ting ... ting ... ting ..."

Suara masuk pesan di gawai itu berulang-ulang. Awalnya Yumna tak menghiraukannya, namun lama-lama dia jadi penasaran juga. Suara itu berasal dari gawai Musa suaminya, yang terletak di atas meja rias dan kali ini tidak terkunci, karena baru beberapa saat yang lalu Musa tinggalkan sebelum masuk ke kamar mandi.

Yumna yang sedang menyiapkan baju kerja suaminya, agak ragu mendekati dan memegang hp itu, dan mulai membuka pesan yang masuk.

***

"Sayang lagi apa?"

"Pagi ini pas bangun, ku inget kamu."

"Aduh, kemarin pas masak tangan cantiikku kena minyak, atiiit ... sekarang jadi aga merah-merah gitu. Aku jadi ingat pas kamu dulu main ke sini, waktu aku masakin makanan kesukaan kamu, pas liat tanganku kena minyak, kamu paniknya minta ampun. Aku jadi kangen kamu."

"sayang, hari ini adalah hari pertama kali kita bertemu. Semua barang yang kamu kasih masih aku simpan."

"love you".

***

Tubuh Yumna bergetar, pesan dari akun yang bernama Candy itu membuatnya bergeming. Tangannya refleks scroll ke chatting di atasnya, matanya memanas di sisi lain darahnya mulai bergejolak. Chatting manja itu ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, tapi dibalas dengan kemanjaan yang serupa pula oleh suaminya. Bahkan kadang ada kata-kata yang ditulis Musa, yang seharusnya hanya pantas diperuntukkan untuknya, istrinya.

Sebulan yang lalu, Yumna dan Musa melangsungkan pernikahan mereka. Setelah gagal dengan calonnya masing-masing, dan melalui berbagai rintangan, akhirnya keduanya memutuskan menikah.

Usia pernikahan yang masih sangat ranum, masih dalam masa pengantin baru. Bagi Yumna, setelah menikah berarti cinta dan segalanya hanya untuk Musa, dan Yumna kira begitu juga dengan Musa. Tapi ternyata dia salah, Musa masih berhubungan dengan mantan calon istrinya itu.

Tanpa berpikir panjang, Yumna mulai mengetik di hp Musa.

***

"Assalamualaikum, apa kabar mba? perkenalkan saya Yumna. Saat ini Alhamdulilah sudah menjadi istri abang Musa.

Dan sepertinya sudah saatnya mbak tidak mengganggu abang Musa lagi kan? dan mendoakan kebahagiaan kami.

Dan doa saya, semoga Allah segera memberikan jodoh terbaik untuk mbak."

Salam,
"yumna"

***

Terlihat akun Candy itu mulai typing, namun tak lama setelah itu terdengar suara pintu kamar mandi mulai terbuka. Dilihatnya suaminya tersenyum menggodanya. Akan tetapi, wajahnya berubah saat Yumna memberikan hpnya, dan membalikkan badan membelakanginya, menjatuhkan badannya ke tempat tidur dan mulai menangis.

Musa terdiam, wajahnya berubah. Musa keluar dari kamarnya dengan membawa hp-nya. Sayup suaranya berbicara di telepon.

Yumna tak menyangka reaksi Musa, dia kira Musa akan mendekatinya dan meminta maaf, tapi dia salah. Walau samar, terdengar suara Musa sedang mencoba menenangkan orang di seberang  yang ditelepon nya. Setelah beberapa saat Musa kembali ke kamar, duduk terdiam di pinggir tempat tidur mereka. Yumna tak tahan lagi melihat sikap Musa, dia bangun dan mulai bicara.

"Bang, kenapa kau lakukan ini padaku? saat ini aku sudah menjadi istrimu yang sah, kenapa kau masih berhubungan dengannya?" tanya Yumna berbicara dengan air mata berderaian sekaligus penuh emosi.

"Betul sekarang kau istriku yang sah, dan dari saat aku menikahimu, cinta yang ku berikan padamu tidak kurang bukan?" jawab Musa dengan wajah yang terlihat merah saking marahnya, tak terlihat sedikitpun rasa penyesalan disana.

"Bang, aku kira setelah menikah. kita akan meninggalkan masa lalu kita dan memulai kehidupan baru kita, berdua saja. Tapi kenapa kau masih berhubungan dengannya, dan malah  masih mesra dengannya, itu menyakitiku. Dan kenapa kau tak memberi tahu dia kalau kita sudah menikah?" tanya  Yumna lagi semakin tak mengerti.

"Aku berpikir selama itu tak mengurangi curahan cintaku padamu, maka tak ada masalah. Dan kau tidak mengenal diriku melebihi dia, selain itu aku masih mencari waktu yang tepat memberitahukan semua padanya, aku takut dia jadi sakit,"  jawab Musa dengan mata yang menatap Yumna tajam.

"Dan satu lagi, kenapa kau membuka barang pribadiku tanpa sepengetahuanku? walau setelah menikah, bukan berarti kau bisa seenaknya mengambil barang-barangku tanpa sepertujuanku. Dan kenapa dengan lancangnya kau membalas pesan yang ditujukan padaku?"

Tak ada tanda menyesal di wajah Musa, dia malah semakin menyalahkan Yumna.

Demi mendengar perkataan Musa, serasa ada anak panah yang melesat menembus hati Yumna, sakit. Bagaimana mungkin laki-laki di depannya, suami yang dipilihnya, yang dia minta dengan doa-doanya, mengatakan semua itu. Dan saat ini baru saja sebulan usia pernikahan mereka, dan dengan terang-terangan suaminya membela mantan calon istrinya.

Yumna menangis sejadi-jadinya. Sekilas dilihatnya Musa mulai menggunakan pakaian kerjanya dan tanpa berkata apa-apa lagi, dia pergi.

Siapa Pemilik Hatimu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang