A/N : Cerita murni hasil pemikiran saya, hanya terinsfirasi dari beberapa kisah nyata di sekitar saya. Jika ada kesamaan alur cerita, bukan kesengajaan, namun jika ada kesamaan nama tokoh, memang sengaja kok. 😉
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Warning : Alur gaje, maju mundur (maju kena, mundur kena. Eaaa) typo bertebaran bagai meses di atas donat. So...
D
L
D
R
Happy Reading...
(L)ast Love
Gaun putih dengan ekor yang panjangnya mencapai tiga meter itu tampak menawan ketika menyapu ribuan kelopak mawar putih yang ditabur berserakan di lantai menuju panggung utama yang tak kalah megahnya dari gaun tersebut.
Tudung putih tipis menutupi wajah si mempelai wanita yang berjalan menuju pria dengan tuxedo putih yang juga tak kalah menawannya. Rambut hitamnya yang biasanya terlihat acak-acakan, kini terlihat rapi. Wajahnya yang biasanya hanya menampilkan raut datar, kini nampak kurva membentuk di bibir tipisnya.
Ketika mempelai wanita sudah sampai di hadapannya, ia mengulurkan tangan untuk menggapai tangan sang calon istri, mengambil alih dari pria yang selama ini merawat dan membesarkan wanitanya.
"Dari sini, aku serahkan putriku kepadamu. Jagalah dia dengan baik," ucap pria dengan rambut dark pink yang membentuk bintang, ia menyerahkan putri satu-satunya untuk dinikahi oleh pria yang meminang putrinya beberapa bulan yang lalu. Ia sangat senang atas apa yang telah ditakdirkan Tuhan pada putrinya, meski telah melewati sesuatu yang pelik, namun ketabahan hati sang putri membawanya kepada ujung yang membahagiakan, "Berbahagialah selalu," tambahnya lagi, sebelum berlalu pergi untuk menduduki salah satu bangku tamu undangan dalam upacara pernikahan.
Kaki jenjangnya melangkah menuju istri dan putra pertamanya yang sudah menduduki bangku yang memang disediakan untuk keluarga dari kedua mempelai.
Beralih kepada sang pengantin kita.
Kini, mereka saling berhadapan dan saling menggenggam erat tangan masing-masing, seakan jika sedikit saja genggaman itu kendor, maka mereka akan terpisah jauh dan sulit untuk bersama kembali.
Pengucapan janji suci pernikahan berjalan dengan lancar, suara riuh tepuk tangan meramaikan ruangan dengan nuansa serba putih tersebut.
Sulit untuk membayangkan berapa banyak bunga mawar putih yang harus dipakai untuk mendekor ruangan itu, semuanya adalah mawar asli, harumnya semerbak tercium hingga keluar ruangan yang dijadikan pengucapan janji suci pernikahan.
Pengantin pria dan wanita bersiap di atas panggung dengan berdiri membelakangi para tamu undangan, keduanya menggenggam buket bunga mawar putih yang siap untuk dilempar kepada para hadirin.
1 ....
2 ....
3 ....
"Kyaa ....!"
Suara riuh tamu undangan ketika memperebutkan buket bunga menggaung memenuhi setiap sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGKARAN
Short Story__cerita keempat__ Kisah hidupku seperti LINGKARAN, tak pernah menemui ujung, tak pernah menemui ending atau akhir cerita. Aku juga tidak mengerti, mengapa semuanya menjadi rumit dan berputar-putar seperti lingkaran yang tak pernah menemukan jalan u...