Michelle memulai hari pertama masuk sekolah dengan perasaan gembira. Ia baru pindah jari Jakarta ke Bandung karena pekerjaan ayahnya. Setelah sekian lama, akhirnya Michelle bisa menetap lagi di kota kelahirannya. Sudah beberapa kali Michelle berpindah-pindag karena pekerjaan ayahnya. Tapi tidak masalah, berpindah-pindah adalah hal yang menyenangkan untuknya. Michelle semoat tinggal di Bandung selama beberapa tahun. Dulu, keadaan Bandung tidak seramai sekarang. Kota kelahirannya itu kini semakin memesona.
Haru pertama sekolah, Michelle sudah telat. Gerbang sekolah sudah ditutup, tidak ada sekuriti yang berjaga. Tapi untungnya, hari ini yang telat bukan hanya dia.
"Hei," sapa seorang laki-laki tinggi yang berada disampingnya.
"Hai."
"Lo murid baru?" tanyanya. Michelle mengangguk.
"Oh, lo Michelle Laurencia Hermawan yah?" Dia melirik badge nama Michelle
"Lo kenal gue?"
"Enggak,kan kita belum kenala."
"Maksud gue,lo kenal gue sebelumnya?"
Michelle memastikan, bisa saja dia teman lama yang dia lupakan.
Cowok itu menggelengkan kepalanya.
"SALKEN, gue Aldino," Aldino mengulurkan tangannya, Mereka pun bersalaman.
" Kelas mana?" tanya Aldino.
"12 IPA 3," jawab Michelle singkat tamoa bertanya balik.
"Oh, sekelas dong kita."
Tak lama kemudian, seorang murid membuka gerbang. Murid-murid tertelan pun langsung buru-buru masuk, Mumpung Ada kesempatan. Michelle dan Aldino berjalan berdampingan memasuki sekolah. Michelle melihat ke sekeliling, sekolah lamanya dan sekolah barunya tidak terlalu berbeda.
Michelle dan Aldino melewati kelas demi kelas. Kelas mereka berada di paling pojok. Sesampainya di sana, suasana kelas mereka sangatlah ribut. Di sekolah lama Michelle, kelas IPA tidak akan seheboh ini.
Ketika Michelle dan Aldino masuk kelas, suasananya sangat riuh. Aldino langsung bergabung dengan teman-temannya, sedangkan Michelle mencari bangku yang kosong. Terlihat bangku kosong di belakang, disamping murid perempuan yang sedang membaca novel. Michelle menghampirinya.
"Hai, disini kosong?" sapa Michelle sopan.
"Eh, hai Iya kosong, duduk aja," jawabnya ramah.
Michelle pun duduk disampingnya, selalu mempersiapkan alat-alat tulis di atas meja.
"Murid baru ya?"
"Iya. Salken, gue michelle," Michelle mengulurkan tangannya, lalu dibalas olehnya.
"Rara."
Tak lama kemudian,seorang guru masuk ke kelas. Suasana pun langsung Hening seketika. Murid-murid yang berkumpul bergegas kembali ke bangku masing-masing.
Guru tersebut menatap Michelle. "Kalian bisa liat, ada murid baru di sini,maju dan perkenalkan dirimu," perintah Bu Diah,wali kelas mereka.
Michelle bangkit dari kursinya, lalu berjalan ke depan kelas. Kini, semua mata tertuju padanya. Bermacam ekspresi mereka tunjukkan. Ada yang sedang bergosip sambil menatap Michelle. Ada pula yang melamun.
"Hai nama gue Michelle Laurencia Hermawan, gue pindahan dari Jakarta, semoga gue bisa berteman dengan baik dengan kalian. "
Tiba-tiba, seorang cowok mengangkat tangannya, nyeletuk,"Jomblo? Kalo iya, gue boleh ngisu gak?"
Pertanyaan itu sukses membuat suasana kelas kembali riuh. Semuanya menyoraki cowok itu.
" Sudah, sesi pertanyaannya nanti saja waktu istirahat, ntar jam Ibu abis sama sesi tanya jawab. Michelle, silahkan kembali ke tempat duduknya," ucap Bu Diah.
Michelle mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.***
Rifqi Attila Pratama, cowok eksis di International High, kelas 12 IPS 12. Wajah tampannya bisa membuat cewek-cewek langsung klepek-klepek. Tatapan mata tajamnya bisa membuat cewek-cewek mendadak jatuh cinta. Rifqi adalah ketua OSIS yang sebentar lagi akan melepas jabatannya karena harus fokus ujian nasional.
Rifqi selalu seperti ini, berada di kantin terlebih dahulu daripada yang lain. Terbiasa membolos pelajaran tiga puluh menit sebelum istirahat. Padahal, dia Ketua OSIS, lho.
Hingga Tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Kantin mendadak menjadi ramai, teman-teman Rifqi pun langsung menghampiri, lalu duduk mengitari meja yang sama.
"Mabal lagi lu?" tanya Davin, kelas 12 Bahasa 3.
"Lagi males gue belajar geografi," jawab Rifqi santai.
"Dasarnya juga lu udah males belajar kali, Rif," sindir Rifa, teman sekelasnya.
"Bacot lu," ucap Rifqi.
"Dikelas gue ada murid baru." Aldino tiba-tiba berkata.
"Cewek? " tanya Rifqi singkat.
"Yoa."
"Yang tadi telat sama lu, bukan?" tanya Rifqi lagi. Aldino mengangguk.
"Iya, lu gak jadiin dia target?"
Darii dulu, Rifki pembentukan menargetkan cewek-cewek cantik sebagai pacarnya. Kadang, cinta yang diberikan kepada para targetnya itu tidaklah tulus .
"Gue males pacaran sama anak IPA, ntar pas pacaran ngomonginnya Biologi lah, Matematika lah, ya kayak si Arin aja," ujar Rifqi males. Arin adalah salah satu mantan Rifqi, siswi populer di Internasional high.
"Emang yang mana sih Mechelle?" tanya Nadhif, temen sekelasnya Davin.
"Ada lah, ke kelas gue aja kalo mau tau," saran Aldino.
"Gue males ke kelas IPA,bosenin," ketus Nadhif.
Bel masuk berbunyi, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing. Rifqi kembali ke kelasnya dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA & IPS
Teen Fictionpada dasarnya,sifat anak IPA dan anak IPS berbeda drastis.Karena itu, mereka tidak pernah akur.Mau sama kakak kelas atau pun satu angkatan sama saja, kayak kucing sama anjing. Tapi berbeda yang terjadi dengan Michelle dan Rifqi.Michelle anak IPA y...