Tita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan yang tak terpaut jauh usianya, yaitu hanya satu tahun. Ia bernama Fany. Sejak perpisahan tragis orangtua Tita, Tita dan Fany yang awalnya tinggal di Surabaya ini berpindah ke Solo. Sebuah kota yang lebih damai, lebih lembut perangai penduduknya, lebih ramah dan juga lebih nyaman untuk Tita yang tak ingin mengingat kenangan pahit yang terjadi pada keluarganya. Di kota ini, Tita dan Fany tinggal bersama kakek dan neneknya yang merupakan orangtua dari ibu mereka. Sebelum ibu Tita berangkat ke luar negeri untuk menjadi tulang punggung keluarga, Tita dan Fany dititipkan pada kakek dan neneknya.
"Fany, ayo cepat lari. Anak-anak itu akan segera menghadang kita lagi". Kata seorang gadis kecil berseragam SD khas kemeja putih dan rok rempel merah yang tampak berlari sembari menggandeng tangan adiknya, Fany.
Tanpa ragu Fany pun berlari mengikuti Tita dari belakang. Sesekali mereka berdua menengok ke belakang, kemudian melihat beberapa laki-laki berseragam sama dengan Tita namun tampak lebih tua dibandingkan Tita yang saat itu masih duduk di bangku kelas 2 SD. Perlahan nafas mereka mulai tersengal, berlari di atas aspal yang tak halus di tengah desa tempat mereka tinggal. Langkah kakinya mulai melemah, namun rumah kakek dan neneknya masih jauh tak terlihat.
"Kakak, aku tak tau kenapa mereka masih saja mengganggu kita. Salah kita apa kak?", kata Fany dengan suara parau dan berat. Tita mulai merasakan getaran pada tangan adiknya yang ia genggam. Sepertinya Fany akan segera menangis karena ketakutan.
"Tenang saja dek, kita akan segera sampai rumah. Kali ini akan aku adukan mereka ke nenek. Biar habis-habisan dimarahin nenek." Kata Tita yang juga suaranya mulai parau bergetar. Mereka hampir menitihkan air mata karena sudah sejak Tita masuk ke sekolah, anak-anak laki-laki itu selalu mengganggu Tita sepulang sekolah.
10 meter lagi mereka sudah sampai, namun anak-anak itu tetap mengejar mereka sambil tertawa terbahak-bahak. Tita yang sudah tidak kuat kemudian berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Namun langkah kaki mereka masih tetap beralari sekencang-kencangnya. Tak lama kemudian terlihat seorang nenek memakai kaos putih bercelana kotak-kotak setinggi lutut memanggil dari kejauhan.
"Ada apa??? Kok lari-lari? Nanti kalau jatuh gimana?", Teriaknya dari depan teras rumah.
Tita dan Fany pun seketika berteriak "Nenekkkkkk......!!!!"
YOU ARE READING
Unbroken Soul
RandomPernahkah kau terpikir bagaimana kehidupan seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh ayahnya sejak usia 6 tahun, ditinggal ibunya bekerja ke negeri tetangga sejak 7 tahun, dan hidup seadanya dengan kakek dan nenek yang belum familiar dengannya? Ya...