"Aaaaaaa . . . ." Putri menjerit hingga terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah – engah. Dinda yang sudah hafal dengan kebiasaan sahabatnya sejak di bangku SMP itu menyodorkan minuman yang ada di dalam tasnya. "Mimpi itu lagi?" Tanya Dinda. "Iya Din, mimpi yang sama." Putri meneguk minuman itu sembari menenangkan dirinya.
"Sejak aku kenal kamu sampai sekarang, selalu aja mimpi itu yang bikin kamu ketakutan. Mau sampai kapan, Put?" Dinda memalingkan wajahnya kearah Putri yang sedang duduk di samping kirinya. Namun Putri tak menjawab, ia masih tampak gugup setelah terbangun dari tidurnya. Tangan Dinda berusaha mengipasi Putri yang terlihat kepanasan bermandikan keringat.
"Mimpi kamu itu bener – bener bikin kamu aneh, Putri. Bukannya kamu malu banget tiap kali phobia-mu kumat gara – gara mimpi itu? Kamu mau menyandang status 'Princess Phobia' sampai kapan?" Kali ini Dinda melotot gemas kearah Putri. "Maaf Din, aku juga nggak tau sampai kapan aku bakalan kayak gini. Tapi aku beneran ketakutan." Akhirnya Putri menjawab setelah beberapa saat lalu masih berwajah tegang dengan tatapan seperti orang yang sangat ketakutan.
Perlahan Putri menyandarkan kepalanya di bahu Dinda. Seperti hari – hari sebelumnya ketika ia merasa ketakutan karena mimpi itu. Dinda juga tahu bagaimana cara menenangkan sahabatnya. Ia selalu membelai rambut Putri dengan lermbut hingga Putri tenang dan nafasnya kembali teratur.
Putri adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya yang selisih 2 tahun bernama Nina. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang mengelola perusahaan turun – temurun keluarganya dan ibunya adalah seorang florist yang telah membuka cabang di berbagai kota di Yogyakarta. Saat Putri baru berusia 4 tahun, ia mengunjungi rumah neneknya yang berada di Solo. Tepatnya di kompleks perumahan makam haji. Letak rumah nenek Putri yang tak jauh dari jalan raya.
Suatu ketika Putri berjalan sendirian hingga ke jalan raya tak jauh dari gapura pintu masuk perumahan itu. Ia ingin menyeberangi jalan itu tetapi keadaan jalan itu cukup ramai. Setelah cukup lama menunggu, dengan ragu – ragu Putri memaksakan diri menyeberangi jalan itu hingga Putri hampir tertabrak sebuah mobil Sedan yang melaju kencang. Putri kaget mendengar suara klakson mobil itu ketika ia sudah berada di jalan raya. Bukannya berlari tetapi Putri tampak shock melihat mobil yang semakin dekat melaju kearahnya dan ia malah menutup mata. Dengan matanya yang masih tertutup itu seseorang meraih tangannya dan menariknya kembali ke tepi jalan. Putri tak sempat melihat wajah orang yang telah menolongnya itu tetapi ia bisa mendengar suara seorang anak laki – laki. Dalam sekejap ketika anak laki – laki itu telah menarik tangannya hingga Putri keluar dari badan jalan raya itu tiba - tiba Putri pingsan karena cukup ketakutan. Sejak kejadian itu Putri tak pernah mau bila diajak ke rumah orangtua ibunya.
Sejak saat itu setiap Putri berada di jalan raya yang ramai, kendaraan yang melaju kencang, ia akan berteriak histeris seperti orang ketakutan. Ia bahkan sampai saat ini tak bisa menyeberang jalan sendirian. Maka dari itu selalu ada Dewi di sampingnya. Dewi selalu ada dimana Putri berada. Dia juga di kos yang sama, universitas yang sama, jurusan yang sama dan duduk bersebelahan. Putri tak pernah berpisah dari Dewi.
Jika ada kalanya Putri harus memaksakan diri menyeberang jalan raya, dia selalu menggenggam tangan Dewi dengan erat dan berjalan sambil menutup matanya. Jika ia mendengar suara klakson mobil yang cukup panjang, dia juga akan menjerit ketakutan. Cukup merepotkan memang, tetapi Dewi dengan setia menemani sahabatnya itu. Dari dulu sampai sekarang, Putri selalu dijuluki Princess Phobia oleh teman – temannya hingga di bangku kuliah.
Bukan hanya kehidupannya yang tampak menyeramkan ketika ia melihat jalan raya, kisah asmaranya pun juga terpengaruh oleh phobia yang dialaminya. Putri pernah memiliki kekasih beberapa kali tetapi tak pernah bertahan lama. Ada yang tak bisa menerima kekurangannya, ada yang takut melihat Putri saat ia menjerit histeris dan ada juga yang hanya memanfaatkan Phobia-nya untuk pegang – pegang atau main tangan. Putri tak pernah merasa aman dengan siapapun, dia hanya merasa aman dengan Dewi.
Dulu mungkin Dewi tak terbebani, tetapi sekarang Dewi mulai merasakan beban itu. Suatu ketika Dewi punya pacar dan ingin hang out sepulang sekolah. Tetapi Putri tetap ikut bagaimanapun kondisinya. Akhirnya Dewi tak bisa menikmati hari mereka berdua dan terus bergandengan dengan Putri. Dewi lama – kelamaan jengkel. Dan jika sahabatnya nggak segera mendapatkan pacar yang dapat menemani Putri seperti Dewi mungkin dia juga tak akan pernah memiliki kesempatan yang sama dan terus menempel dengan Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Phobia
Romancecantik, pintar, merupakan salah satu daya tarik seorang wanita. Apalagi ketika ia hidup di dunia kampus sebagai mahasiswa. Namun hal itu tak membuat kisah cinta gadis bernama Putri ini selalu berjalan indah sebagaimana mestinya. Justru kisah cintany...