Cumulove
Scriptwriter: Cheviaa
Casts: OC x [BTS] Jungkook
Duration: Ficlet, 602 words — Genre Fluff, AU — Rating Teenager
.
Cumulonimbus si Awan Penyebab Musibah, kamu mau menjadi dia di hatiku?
//
Pengamatanku terhadap awan-awan yang menggumpal di atas sana terpotong tatkala Jungkook tiba di hadapanku dengan pakaian olahraga dan rambut yang basah. Sepertinya ia belum berhasil mengalahkan permainan sepakbola Yunho, tetangga kami.
"Sedang apa?" Khas Jungkook, selalu menanyakan apa yang seseorang lakukan–bahkan meski ketika aku tengah duduk di depan piano. Retoris, ya, benar.
Kuangkat buku teks yang sedari tadi kupangku dan kupandangi dengan dalih mengirit tenaga.
Jungkook mengerutkan kening, "Geografi? Kamu belajar?" tanyanya. "Ujian masih dua bulan lagi."
"Bukan." Aku berkilah dan menunjuk sepotong gambar yang tercetak dengan warna di dalamnya. "Hanya penasaran dengan awan."
"Oh, aku belum memelajari itu." Sembari berkata begitu, Jungkook berlari kecil di tempat. "Apa yang menarik darinya?"
"Warnanya."
Jungkook duduk di sampingku.
Aku mengabaikannya.
"Jadi, Chloe, hanya karena warna putih dan biru itu kamu memerhatikan awan?"
Tersinggung, aku mendelik dan menyelanya. "Terserah."
Jungkook tertawa.
"Coba kulihat." Ia merebut buku teksku dan berpangku dagu sembari bibirnya berkomat-kamit membaca. Hanya satu yang dapat kukatakan, berlebihan. "Hm-hm."
"Apa?"
"Dari sudut pandangmu, awan itu bagaimana?"
Aku mengernyitkan dahi. Untuk alasan apa tiba-tiba Jungkook menanyakan itu? Tetapi meskipun pertanyaan tadi tak terlalu penting bagiku, aku tetap berpikir akan pengertian awan itu sendiri.
"Kalau kudeskripsikan, awan itu... sesuatu yang indah. Manis, lembut." Aku berujar pelan, tak yakin akan jawaban nonsense ini. "Menurutmu?"
Jungkook masih setia dengan posenya, berpangku dagu. "Awan itu seperti halnya rasa suka, cinta,"
Merasa tak paham, aku memberi perhatian lebih kepada Jungkook. Namun anak laki-laki itu sepertinya tak memiliki niat untuk membuka mulutnya lagi.
"Maksudmu?"
"Awan memiliki banyak jenis, Chloe." Katanya menjelaskan. Ia meletakkan buku tadi kembali ke pangkuanku dan menunjuk satu gambar awan hitam, yang seakan membentuk kembang kol. "Kamu hanya melihat sisi indah di depan saja, coba lihat; awan ini berbahaya. Penyebab musibah."
"Ya, tapi kamu belum menjawab pertanyaanku. Apa kaitannya rasa suka dengan awan?"
Entah untuk alasan apa, Jungkook menunda jawabnya dengan mengalihkan konsentrasi pada bola di tangannya. Memutar-mutarnya dan kentara sekali berusaha mengabai.
"Hei," aku menyenggol lengannya. Memaksa. "Kamu tega membiarkan aku tidak bisa tidur nanti malam karena penasaran akan analogimu?"
Namun, penjelasan dari Jungkook mau tak mau membuatku bungkam.
"Rasa suka itu memiliki banyak sekali bentuk perasaan. Seperti halnya awan; indah, namun juga membahayakan. Kamu tahu? Menyukai seseorang hampir sama persis. Membuatmu senang, bahagia, namun juga membahayakan perasaanmu.
"Acapkali kita terluka hanya karena rasa suka."
Jungkook mendongak menatapku.
"Seperti halnya aku."
"Kamu apa?"
"Menyukaimu."
Aku berjengit, demi mendengar ujaran Jungkook yang jauh melampaui batas topik yang kami angkat.
"Mengaitkan awan dengan tipuan murahanmu bukan sesuatu yang akan kusukai, Jungkook." Kataku dengan nada sebal. Sebelah mataku meliriknya. "Lagipula, apa itu–terluka? Memang kamu pernah sesering apa mengalaminya?"
Bola di jepitan jemari Jungkook berhenti berputar. Ia menoleh dan matanya yang pekat berbinar, mau tak mau aku mengalami sindrom yang teman perempuanku sebut; 'black eyes spellbound', yang tak sepenuhnya kuharapkan.
"Sesering awan itu berganti." Telunjuknya menunjuk gumpalan kapas putih di atas sana, sembari cengiran bertengger di lekukan pipinya. "Kamu menyukaiku juga, 'kan?"
Kalimat penyangkalan akan segera menyembur dari bibirku secepat kilat, tetapi tertelan kembali ketika aku menyadari, yah, Jungkook mungkin benar.
Aku berdeham, "Dalam konteks apa dulu.."
"Konteks sebagai teman, sahabat, pacar, keluarga, semuanya."
"Kalau kamu–dalam konteks apa?" Aku berharap bumi terbelah dan menelanku beserta bukuku karena aku tahu, bibirku terlalu lancang meluapkannya.
"Semuanya." Jungkook mengatakannya semudah ia menghapal gerakan senam, yang membutuhkan dua minggu latihan untukku. "Sekarang kamu tahu aku menyukaimu? Kamu tidak mau 'kan menjadi Cumulonimbus si kembang kol di hatiku?"
Nah, memangnya aku harus melakukan apa?
"Well.... awan itu mengerikan." Aku mengakui. "Dan tidak begitu bagus."
"Jadi?"
"Ya, aku tidak mau jadi Cumulonimbus..." ujarku lambat, jemariku bergerak tak tenang di sela kaki, "....di hatimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cumulove - BTS ff
FanfictionAwan Cumulonimbus yang membuatku menjadi tau arti cinta - Cumulove (Jungkook) -ONE SHOOT-