Beberapa hari kemudian...
Jiyeon menatap pemakaman yang berlangsung dari kejauhan. Hujan tengah turun, seakan turut merasakan duka. Jiyeon tidak berpindah walaupun pemakaman itu selesai, dan semua orang telah pergi. Matanya menatap nanar makam itu.
There's nothing I wouldn't do
To hear your voice again.
Sometimes I wanna call you
But I know you won't be there
"Kau Jiyeon?" Tanya sebuah suara dari belakang. Jiyeon langsung menoleh. Seorang wanita setengah baya berdiri di belakangnya dan tersenyum. Wajahnya mengingatkan Jiyeon pada seseorang. Orang itu. Orang yang berjanji akan kembali padanya namun tak akan pernah kembali lagi selama apapun Jiyeon menunggu. "Kita perlu bicara, kau mau?"
Sebelum Jiyeon menjawab, wanita setengah baya itu menimpali. "Kau kenal Chanyeol bukan? Bisa tebak siapa aku?"
"Kau eomma nya Park Chanyeol?" Tebaknya langsung. Wanita setengah baya yang tak lain adalah eomma nya Chanyeol tersenyum lagi. "Di mana?" Tanya Jiyeon menerima tawarannya.
"Ikut saja aku."
***
Jiyeon menatap seksama setiap sudut rumah ini. Rumah yang asri dan tenang. Rumah di mana Park Chanyeol dibesarkan.
Saat eomma nya Chanyeol meletakkan minuman di atas meja, Jiyeon bertanya, "kenapa kau tidak membenciku? Chanyeol meninggal karena aku."
Mata Jiyeon mulai berkaca-kaca. Butiran air mata mulai jatuh dari matanya.
"Tidak ada yang perlu disalahkan. Chanyeol meninggal bukan karena kau. Chanyeol sendiri yang memilih untuk melindungimu. Jadi jangan salahkan dirimu sendiri. Atau Chanyeol tak akan bisa tenang di sana."
Nyonya Park mengelus kepala Jiyeon. Lalu mengeluarkan sebuah foto dan meletakkannya agar Jiyeon bisa melihatnya.
"Ini Yura, kakak Chanyeol. Anak pertamaku."
Jiyeon menatap foto itu. Chanyeol masih muda di foto. Mungkin ini foto beberapa tahun lalu.
"Yura meninggal bunuh diri tiga tahun yang lalu."
Apa yang dikatakan oleh Nyonya Park langsung membuat Jiyeon mengeluarkan ekspresi yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata sambil menatap Nyonya Park.
"Dia bekerja di kepolisian, banyak penghargaan yang dia dapatkan. Tapi bukannya semua orang mau berteman dengannya karena kehebatannya, malah semua orang menjauhinya."
Jiyeon bisa merasakan apa yang dirasakan Yura.
"Dia tidak tahan dengan keadaan itu, kecuali atasannya, hampir semua orang menganggapnya tidak ada. Dia benar-benar tak tahan, lalu bunuh diri di depan Chanyeol."
Apakah ini 'kehilangan' yang dimaksudkan oleh Chanyeol? Jiyeon tetap diam tanpa menyelak mendengarkan eomma Chanyeol bercerita.
"Chanyeol banyak cerita tentangmu. Dia bilang kau mirip Yura, karena itu dia mau mengeluarkanmu dari kesepian yang pernah dirasakan Yura. Tanpa sadar waktu bersamamu juga membuatnya mencintaimu."
Eommanya Chanyeol menatap Jiyeon dengan senyuman lembut.
"Karena itu jangan sesali kematian Chanyeol. Chanyeol tidak mati sia-sia, dia mati berkorban untuk melindungi seseorang yang dia sayangi."
Oh, I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you
***
Jiyeon bersandar pada pohon, menatap sebuah gedung terbengkalai yang diberi garis polisi. Tempat di mana dia terakhir kali melihat Park Chanyeol. Tempat di mana seorang Park Chanyeol berjanji kalau dia akan kembali, namun dia tak pernah kembali lagi.
Air mata mulai mengucur deras dari mata Jiyeon. Air mata yang selama ini ditahannya.
***
Semua ini belum berakhir....

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely War
ФанфикPark Jiyeon, satu-satunya yeoja yang paling menarik di mata Chanyeol. Mata yeoja satu ini selalu serius dan dingin, ucapannya kasar tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Namun dibalik semua itu, Chanyeol melihat tatapan yang kesepian, dan juga pen...