1. Graduation

78 6 6
                                    

Hujan yang turun pada bulan Mei seakan-akan menambah nikmat rasa syukur tidak terpalang oleh keangkuhan semata. Daun-daun serta rantingnya pun menari merasakan nikmat sang Maha Pencipta. Tidak heran memanjakan seluruh insan yang saling merasakan dengan menghirup aroma tanah basah di sekeliling. Sekedar menghilangkan jenuh mata dari pikiran penat persoalan yang lalu.

Burung-burung saling bercengkrama hebat membuat alunan indah di telinga siapapun yang mendengarnya. Rintihan angin yang terus menerus membisik seakan mengenal rasa lelah layaknya tidak ingin bersuara. Tidak kah keraguan datang menghampiri angin, menyelimuti dinginnya cuaca dalam kegelapan yang suci.

"Raveena!"

Teriakan tidak asing yang datang dari arah pintu gerbang sekolah. Berjalan menuju nama yang disebutkan dan berlari kecil menghampiri. Didapatnya senyuman manis dari gadis berambut style emo. Ciri khasnya selalu mengenakan kacamata yang bertengger dihidungnya yang mungil, wajah tembam, ditambah lagi dengan hiasan penjepit rambut berbentuk pita disisi belahan kanan rambutnya yang ia selipkan. Keisha Anandita Raveena, anak perempuan cantik yang memiliki keberanian dan selalu dikagumi banyak orang.

"Kyaaa Rayhan, aku menunggumu disini."

Raveena memeluk tubuh Rayhan, pria yang sangat ia sayangi. Berjumpa adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh Raveena, yaitu berjumpa dengan kekasihnya. Pelukan hangat seperti ini yang bisa membuat Raveena melupakan sikap dingin Rayhan. Terbiasa diacuhkan, tidak dipedulikan tetapi sebenarnya Raveena tahu, ia tidak akan memaksa Rayhan kekasihnya untuk harus berubah seperti apa yang ia inginkan. Arkana Putra Rayhan, anak laki-laki yang dicintai Tuhan dan berhati lapang. Sebab itu Raveena tidak terlalu mengkhawatirkan sikap dingin Rayhan.

Rayhan melepas pelukan dari kekasihnya, dan menatap sayu mata leci yang manis milik Raveena. Menyentuh kedua pipinya dengan tangan yang sedikit berpemukiman kasar.

"Kau tahu, aku menyukai mu. Selamat hari kelulusan, sayang."

Rayhan mencium kening Raveena dengan penuh kasih sayang, berharap bisa melakukan seperti ini. Selalu. Lain dengan rencana, Raveena dan Rayhan sudah benar-benar merencanakan kehidupan mereka kedepannya.

Berpisah yang harus sepasang kekasih ini lakukan. Saling meninggalkan dan berjanji untuk kembali dengan keadaan yang sama, tetap saling mencintai dan membutuhkan serta melengkapi. Berjanji tidak ingin melupakan dan pergi meninggalkan tanpa jejak, seperti debu halus yang hilang terbawa hembusan angin berlalu.

Takdir yang tidak bisa di tebak seperti ramalan, yang hanya bisa dipercayai oleh sebagian kecil kaum adam hawa yang bernyawa. Berbeda dengan Raveena dan Rayhan, tidak mengandalkan takdir. Tetapi, mempunyai rencana untuk mencapai takdir yang mereka inginkan. Bukan hanya membiarkan, melainkan untuk mengubahnya bersama-sama.

"Iya, aku juga. Selamat hari kelulusan, sayang."

Raveena tersenyum bahagia memperlihatkan satu lesung pipi kanannya yang ia punya. Manis sekali. Sungguh sempurna. Bahkan sangat, sangat, sangat sempurna. Semua orang pun akan merasakan nyaman ketika melihat dirinya tersenyum, apalagi ketika tertawa. Tidak ada yang bisa mengalahkan keceriaan Raveena. Melainkan yang bisa membuatnya menangis, itulah pemenangnya. Raveena akan lemah ketika ia sudah menguras air mata dalam mata lecinya.

"Dua bulan kedepan mau buat rencana apa? Yuk, kita buat. Kau pasti merencanakan makan dan makan. Nggak punya acara lain apa selain makan. Bosan tau. Gimana kalo traveling? Kita jalan-jalan ke alam. Suka nggak?"

Rayhan berusaha mempengaruhi Raveena untuk mengubah acara yang dirasa akan sama seperti apa yang mereka lakukan ketika masa SMA. Tetapi Rayhan kembali berucap sinis, dan Raveena tersenyum. Untuk saat ini ia memperlihatkan senyum manjanya. Tidak peduli ia dipedulikan atau tidak, yang terpenting ia sudah berusaha membuat kekasihnya tersanjung akan senyumnya.

Don't Change My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang