Uap uap yang keluar dari mulut mungil gadis berparas cantik itu menguar, melebur bersama dinginnya udara di penghujung bulan Desember. Merasa menggigil akibat udara yang semakin mendingin, ia mengeratkan mantelnya. Sesekali menggosok gosokkan kedua telapak tangan dan menempelkannya ke kedua pipinya yang terasa membeku.
Menunggu.
Siapa sih yang suka menunggu? Sepertinya semua orang akan sebal jika disuruh menunggu, bukan?
Tapi tidak untuk gadis itu.
Ia tetap mengukir senyum manisnya sembari tak lelah mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ia percaya, bahwa jika ia sabar, semua akan berbuah manis. Bahwa penantiannya, suatu saat akan terbayar.
Tak peduli jika harus menghadapi hujan, panas matahari atau badai salju sekali pun. Ia akan tetap menunggu. Apalagi, yang ia lakukan adalah menunggu orang yang terkasih.
Gadis dengan surai hitam panjang yang indah itu menilik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tersenyum sekali lagi begitu menyadari bahwa waktunya sudah hampir tiba.
"Bagaimana kabarmu sekarang, oppa?"
Sebuah kalimat tanya yang hanya dibalas oleh deru angin musim dingin. Tak masalah, toh ia akan mengetahui jawabannya nanti jika sudah bertemu.
Tes.
Tes.
Tes.
Ia berjengit kaget, saat kulit kepalanya terasa dingin. Begitu mendongak, ia menyadari jika ternyata salju kembali turun, bahkan kali ini lebih deras.
Ia menggembungkan kedua pipinya. Dingin yang sudah menguasai akan semakin bertambah dengan adanya hujan salju.
Ah, ia ingat sekarang. Bukankah tadi ibunya sudah menyiapkan payung sebelum ia pergi? Sepulangnya nanti, ia harus berterima kasih pada sang ibu karena sarannya yang sangat berguna untuk mengatasi hal hal mendesak seperti ini.
Pada akhirnya, ia memutuskan untuk melebarkan payungnya. Namun, tak pernah ia sangka jika membuka payung ternyata sulit. Berkali kali ia mencoba mengeratkan penjepit payungnya, tetap saja tidak mau terkunci.
Ia merutuki dirinya yang selalu acuh saat sang ibu menyuruhnya membeli payung baru. Hanya karena sebuah alasan, payung itu adalah pemberian dari orang terkasihnya. Jadi, ia enggan menggantinya walaupun sudah lusuh.
Sibuk berkutat dengan payung tuanya, ia sama sekali tak menyadari jika seseorang memperhatikannya dengan tawa kecil. Berjalan pelan, mendekati gadis itu yang terlihat lucu saat wajahnya sedang serius dan sesekali mengeluarkan gerutuan kecil.
Grepp!
"Miss me, babygirl?"
Terhenyak, tangan gadis itu melemas saat merasakan tubuhnya menghangat akibat sebuah pelukan tiba tiba yang datang dari belakang. Terlebih, ia amat mengenali suara bariton yang menyapa indra pendengarnya.
Tidak salah lagi.
Itu suara yang sangat ia rindukan. Suara yang sudah dua tahun ini tak ia dengar.
Tubuhnya bergetar. Buliran air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, bersiap tumpah kapan saja.
Ia bergerak perlahan, memutar tubuhnya. Hingga akhirnya manik indahnya menangkap sosok lelaki itu, yang membuatnya merindu hingga hampir mati.
Masih dengan seragam militer khas tentara. Pun dengan potongan rambut agak plontosnya, lelaki itu masih terlihat tampan di matanya. Bahkan menambah kesan gagah, apalagi tubuhnya sudah semakin terbentuk setelah dua tahun menjalani masa pelatihan berat selama menjalankan perintah negara, wajib militer.
"Myungsoo oppa?"
Tangan mungilnya terulur, menggapai pipi tirus milik sang lelakinya. Bergetar kecil menahan rasa bahagianya yang meluap luap tak tertampung.
"Merindukanku, Kim Naeun?"
Iya, gadis itu mengangguk. Dibarengi dengan air matanya yang juga ikut tumpah. Ia segera menghambur ke dalam pelukan lelaki itu. Sangat erat, membuat kehangatan keduanya melebur dalam sebuah rasa yang dinamakan rindu.
Tangisnya semakin kuat kala lelakinya, Kim Myungsoo, mengeratkan pelukan. Mengusap usap surai hitamnya penuh sayang.
"Aku juga merindukanmu, my babygirl."
Dan sekarang, Naeun percaya. Bahwa keyakinannya selama ini terbukti benar.
Ia sudah sabar menunggu. Dan pada akhirnya penantiannya benar benar berbuah manis. Sang suami kembali. Di penghujung bulan Desember, membawa kehangatan pada tiap butir salju yang turun.
Kehangatan itu semakin menjalar, saat Myungsoo mencium bibir pink Naeun. Dari yang berawal dari kecupan kecil, hingga semakin lama semakin dalam. Membuat Naeun melupakan dingin yang menderanya, tergantikan rasa panas yang semakin menjalar.
"Terima kasih sudah menungguku. Setelah ini, aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi, Kim Naeun."
* END *
MyungEun untuk yg sudah request kemarin. Dan maafkan untuk ceritanya yang cheesy sekali ahaha T__T
Vote dan komen ya Naeunnies!
KAMU SEDANG MEMBACA
Naeun's Cinema
FanfictionHanya berisikan beberapa cerita pendek dengan cast utama Son Naeun dan male idol. Enjoy it Naeunnies! original storyline by lovesonna © 2018