1st Day

291 24 2
                                    

Mereka sudah lama mengenal. Mungkin sudah hampir X tahun.

Ya.

Orang yang kalian kenal dengan nama Soraru dan Mafumafu. Kedua pria itu sudah lama menjadi partner dalam dunia utaite. Kalian tau apa nama unit mereka? After the Rain. Atau sebelum itu, biasanya mereka disebut *sorairo mafura* yang berarti syal berwarna langit

Di mata kalian, mungkin kalian menganggap mereka sepasang duo yang benar benar sinkron satu sama lain. Soraru dengan suara lembut berkharisma dan Mafumafu dengan range voice yang sangat luas itu.

Tapi apa kalian mengetahui cerita dibalik dua orang itu? Aku rasa tidak. Karena mereka adalah orang yang tidak pernah membicarakan informasi privat mereka pada publik. Tapi tenang. Aku akan memberitahukan semua rahasia mereka pada kalian.

Hmm? Kalian bertanya siapa aku dan bagaimana aku mengetahui rahasia mereka? Ehm.. anggap saja aku adalah jiwa dari boneka mafuteru. Aku telah mengamati mereka dari mata sebuah mafuteru.

***********************************

Semua dimulai ketika majikanku, Mafumafu pindah ke sebuah apartment. Kamarnya berada tepat paling ujung.

" Haaa... lelahnya. Aku harap apa yang dibilang Amatsuki-kun bukan hanya kebohongan untuk mengerjaiku."

Mafumafu duduk di sofa apartment lalu meletakkan aku di sebelahnya sambil sesekali memelukku.

"Ah.. setelah ini aku harus menyapa tetangga baruku."

Ia bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu depan sambil terus membawaku. Sepertinya ia hanya ingin menyapa tetangga sebelahnya saja karena memang mafumafu tak terlalu suka berurusan dengan orang lain.

Tok tok tok.

Tak ada balasan.

"Ah.. kamar itu masih belum ada yang menempati, lho"

Mafumafu terkejut mendengar suara pria paruh baya yang tiba tiba berbicara dengannya. Dilihat dari bajunya, mungkin dia adalah seoeang OB apartment ini.

"Oh, begitu ya. Terimakasih telah memberitahu"

Mafumafu membungkuk tanda berterimakasih dan menunjukan rasa hormat lalu segera berjalan agak cepat menuju kamarnya kembali.

"Heeh.. ternyata tidak ada orang, ya? Padahal aku berharap bisa bertemu langsung dengan Soraru-san. Tapi rasanya itu hanyalah candaan Amatsuki-kun untuk mengerjaiku lagi. Lagipula mana mungkin Soraru-san berada di apartement yang sama denganku. Hanya keajaiban."

Tampak raut wajahnya yang sedikit kecewa. Padahal tadi ia sangat antusias untuk bertemu dengan tetangga barunya.

Ringg.. ringg.. ringg..

"Hm? Ponselku berdering."

Mafumafu langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa nama lawan bicaranya.

"Moshi-moshi?"

"Ah.. moshi-moshi, mafumafu-kun"

Terdengar suara Amatsuki dari seberang

"He? Amatsuki-kun? Ada apa?"

"Bagaimana apartment barunya? Pfftt..."

Terdengar suara sobat karibnya itu menahan tawa.

"Mou... Amatsuki-kun kau keterlaluan. Kau membohongiku. Kau bilang Soraru-san juga tinggal di apartment ini. Bodohnya aku percaya lelucon simpelmu itu!"

"Maa.. tenanglah. Pffttt... aku juga tak menyangka kau benar benar mengambil serius perkataanku. Pfftt.. Bwaahaha.."

Seketika itu tawanya meledak.

Aku yakin hanya seorang mafumafu lah yang mempercayai perkataan Amatsuki. Apalagi menyangkut 'Soraru'. Dari dulu memang begitu. Entah sudah berapa kali mafumafu dikerjai olehnya.

"Hoi! Kau tertawa terlalu berlebihan. Aku tutup loh!"

"Chochochotto... gomen gomen. Tapi setidaknya disana lebih nyaman dibanding tempat tinggalmu yang sebelumnya, kan?"

"Hmm.. mungkin bisa dibilang begitu sih. Tapi rasanya lebih sepi"

"Pfftt.. nikmati saja. Lagipula kau tidak membenci suasana sepi, kan? Jaa... mata.. pfftt"

Tuut.. tuut.. tuut..

"Ah.. sudah ditutup."

Entah kenapa ia tersenyum. Selama yang aku lihat, mau sejahil apapun sobatnya ini, ia tak akan pernah membencinya. Ia menganggap semua hanya lelucon biasa dan menertawainya. Terkadang aku bingung. Majikanku ini adalah seorang Masokis atau hanya seorang yang bodoh?

Ia kembali memandangiku yang berada di pangkuannya lalu menaruh aku di sebelahnya, sofa putih tempat ia duduk.

Tak seperti biasanya. Kini mafumafu menggigit bibir bawahnya lalu segera berlari dan menghempaskan dirinya di kasur yang tepat berada di depan sofa.

Walaupun aku hanya seorang boneka, aku tau. Seorang mafu yang biasanya selalu ceria, kini hanya membaringkan diri di atas kasur dan menenggelamkan wajahnya dalam bantal.

Terdengar sesenggukan dari mafu.

Andai aku mempunyai tangan, mungkin saat ini aku sedang menghiburnya dan mengusap pipinya. Namun sayang. Apa yang bisa kulakukan saat ini hanyalah diam, memandanginya dari jauh tanpa bisa berkata apapun.

"Padahal aku sudah tau ini akan terjadi. Aku sudah tau, tapi..."

***********************************

My Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang