01

47 4 4
                                    

"Syifa!!"

"Eh, Givan. Ada apa?"

"Ikut gue bentar!" Perintah laki-laki itu

Aku pun berjalan mengikutinya. Sesaat sampai di lapangan kulihat ada banyak murid sambil membawa bunga, coklat, dan kado. Yang membuatku terkejut adalah kertas pink yang berbentuk love. Kertas itu dipegang oleh dua orang cowok, di kertas itu terlulis "Givan Love Syifa"

"Fa, lo mau ga jadi istri  gue?" Givan tersenyum hangat dan terlihat serius

Hah? Aku terkejut dengan pernyataannya barusan.

'Istri?bukan pacar?tapi ini masih SMA loh, masa mau nikah? pertanyaan-pertanyaan bermunculan dipikiranku. Antara bahagia dan bingung. Tapi siapa yang tidak mau dengan Givan? Aku mau, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Aku pun memutuskan untuk mengatakan apa yang aku rasa sekarang.
"A-aku —" ucapku gugup

"HAHAHAHAA.." tawa itu memotong ucapanku seperti mengejek.

"HAHAHAHA.."

Aku terbangun.
"iiss..ganggu ajaa.."
Dengan jengkel ku matikan alarm itu, dan kembali tidur untuk melanjutkan mimpi tadi. Karena itu hanya mimpi akan aku jawab mau

Kembali ke alam mimpi
"Aku ma—"

Tapi sepertinya dunia tidak berpihak pada alam mimpiku.

"Banguuunn..!!!" Perintah Fiko Adikku

Aku terbangun

"5 menit lagi napa? Biarkan kakakmu yang cantik ini menyelesaikan misi

"Haa?misi apa? Kakak mimpi yang enggak-enggak yaa?" Tanya Fiko curiga

"Jan ngasal!" Bantahku kemudian bangun

"Dari tadi bangun kek! tu alarm berisik amat. Ketawa-ketawa ngga jelas. Gue kira ada setan di kamar lo." Celoteh Fiko

"Penakut lo" Jawabku

"Ngapain gue takut. Sebagai adik yang baik gue cuma takut aja kalau beneran setan, nanti lo diculik. Apa kata dunia?" Ucap Fiko asal

"Ciee...peduli nii.. takut Kakak cantik ini di culik yaa?"

"Kepedean. Gue bukan takut karena lo di culik, tapi gue ga mau repot." Jelas Fiko menusuk

"Biarin. Gue mau ngerepotin lo."

"Yaudah. Nanti beneran ada setan nyulik lo, mampus. Hati-hati aja" Balas Fiko dengan ekspresi takut yang dibuat-buat.

Aku tak bisa berkata-kata. Ucapannya membuatku kalah telak.

"Na'uzubillah, amit2. Woii..adik durhakaa. Lo doain Kakak lo yang enggak-enggak!?" Teriakku kesal kemudian spontan mengambil bantal untuk dilemparkan ke wajahnya. Fiko pun berlari keluar kamar menghindari bantal yang kulempar kearahnya.

"Pagi-pagi udah bikin kesal aja." Gumamku kesal.

Beberapa detik kemudian Fiko berteriak dari luar kamarku.

"Kucing galak, cepetan siap-siap. Nanti gue duluan aja sama papa kalau lo lama."

"Meooww" Balasku seperti suara Kucing yang sedang marah.

***

Hari ini sekolah terdengar heboh dan berisik oleh suara murid terlebih suara para murid perempuan, seperti ada konser boyband dadakan di sekolah. Bukan berarti biasanya tidak heboh dan berisik, tapi ini lebih dari itu.

"Ada apa sih ribut-ribut? Padahal baru hari kedua sekolah." ucapku sambil berjalan melintasi lorong kelas-kelas menuju ruang guru.

Tiba-tiba segerombolan siswi berlari hampir menabrakku, jika saja tidak ada seseorang yang menarik ku mungkin aku akan terjatuh dan semua kertas ini akan jatuh berserakan. Walaupun begitu, ada beberapa kertas yang terjatuh ke lantai karena gerakan yang tiba-tiba, tapi untung saja tidak ada yang terinjak oleh gerombolan siswi tadi.

Hello ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang