Chp 1
Seorang perempuan berlari dengan tergesah-gesah di koridor rumah sakit. Berusaha untuk mencari kamar yang ingin dia tuju. matanya melihat papan nomor ruangan yang ada di sebelah kanannya dan ia langsung bersyukur. 'ruang 409! Ini ruangannya.' Sebutnya dalam hati. Dia langsung membuka pintunya tanpa berpikir dua kali. Di dalam ruangan itu terdapat 2 orang wanita. Nenek junmin dan tante lee.
''halmeoni! Apa halmeoni baik-baik saja? Ada yang terluka? Apa yang terjadi?''
''halo Heeyoung. Aku baik-baik saja. Aku hanya terjatuh dari tangga tetapi lihat, aku tidak terluka.'' Nenek junmin berkata dengan lembut seperti biasa. Tetapi kali ini lebih lembut, mungkin karena energinya cepat habis. ''kenapa halmeoni bisa berkata seperti itu dengan santainya? Kalau ada apa-apa dengan halmeoni bagaimana?'' Heeyoung berjalan menuju ranjang neneknya. ''benar sekali eonni. Kau tadi pingsan hampir lima jam jika aku tidak kerumahmu hari ini. Sungguh, engkau seharusnya tidak bekerja hari ini. Sekali-sekali meliburkan diri itu perlu, apa lagi kalua ini berpengaruh ke kesehatanmu.'' Sahut tante Lee. Tante Lee adalah tetangga heeyoung yang bekerja sebagai penanam buah-buahan.
''karena Heeyoung sudah ada disini, aku akan kembali ke rumah. Jinchun sudah menunggu di bawah. Heeyoung, ini obat yang tadi di berikan dokter cho. Diminum 2 kali dalam sehari. Aku pergi dulu.''
'' terima kasih banyak, imo'' Heeyoung membungkuk, menyatakan terima kasihnya. Tante Lee keluar, tertinggal Heeyoung dan neneknya saja dalam ruangan.
'' halmeoni istirahat ya. Aku akan ke ruang administrasi dulu. Mungkin saja mereka mau memberikan kita keringanan biaya.''
''Heeyoung, sayang, ada beberapa hal yang ingin nenek sampaikan.'' Neneknya berkata denga lembut seakan berbisik. Heeyoung mendekatkan kepalanya.
''beberapa tahun yang lalu, saat perang terjadi di negara ini, aku adalah seorang perawat yang di gempatkan di daegu. Aku merawat mereka yang menjadi korban dari perang itu. Dari ratusan pasien yang ku tangani, ada yang berhasil mencuri hatiku. Ia adalah seorang prajurit. Namanya seokyong. Do Seokyong. Saat itu dia terluka dan aku yang merawatnya. Dia baik padaku. Dan akhirnya kami saling jatuh cinta. Tetapi nasib tidak berpihak pada kami. sehabis perang, aku di jodohi oleh orang tua ku. Dan Seokyong harus menjalani misi lagi. Tapi kami berjanji satu hal sebelum kami berpisah.'' Nenek junmin berhenti sesaat. Seakan memikirkan ulang kata-katanya. Matanya mengarah ke lain tempat, tak berani menatap cucu satu-satunya itu.
''janji apa itu?'' tanya Heeyoung. ''janji akan menikahkan cucu pertama kami.''
Waktu seakan berhenti sesaat. Tiada suara yang terdengar dari ruangan itu kecuali suara detik jam.
'' halmeoni serius? Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda.''
''aku serius, Heeyoung. Itu pun jika kau mau. Anggap saja ini permintaan terakhir dari ku. Supaya aku bisa tenang''
Heeyoung menatap pedih neneknya. Ia paling tidak suka kalua neneknya suka berkata-kata seperti itu. Tetapi semua benar adanya. Ia tahu kalau neneknya di jodohkan. Ia juga tahu kalua neneknya seorang perawat. Ia juga tahu neneknya tidak akan bisa muda lagi. Umurnya saja hampir menginjak 90 tahun. Tetapi semua ini terlalu cepat untuk Heeyoung terima.
''halmeoni, jangan berkata seperti itu. Kalau halmeoni pergi, aku tidak punya keluarga. Apa halmeoni tega meninggalkan ku sendirian di sini?'' Heeyong cemberut
''justru halmeoni mau kamu menikah dengan cucu Seokyong agar kamu tidak kesepian. Halmeoni yakin dia bisa menjaga dan menemani kamu. Aku yakin pemuda itu pasti tampan.''
''jika aku tidak menerimanya, apa ini termasuk hutang halmeoni kepada prajurit itu?'' halmeoni menghembuskan nafasnya. ''iya tetapi jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Aku akan menjelaskan semuanya kepada Seokyong melalui surat.'' Junmin tersenyum lemah tetapi Heeyoung dapat mengetahui tatapan kosong di mata neneknya. 'sebesar itu kah cinta?' pikir Heeyoung.
Hatinya berada di tengah-tengah. Jika Ia menerimanya, Ia harus rela melepas masa mudanya dan menikah dengan seorang laki-laki yang bahkan Ia tak kenal sekalipun. Tetapi disisi lain, jika Ia tidak menerimanya, neneknya mempunyai hutang dan juga kecewa. Tetapi seumur hidupnya, Junmin tak pernah meminta apapun dari Heeyoung. Ia bahkan membawa Heeyoung ketika ia ditelantarkan oleh ibunya sendiri. 'mungkin aku bisa membalas kebaikan halmeoni walau ini tak sebanding dengan pengorbanannya selama ini.' Pikir Heeyoung.
''baiklah halmeoni. Aku bersedia menerimanya. Asal halmeoni senang.''
Junmin tersenyum lembut dan mengusap kepala Heeyoung. Di kecupnya kening cucucnya.
''terima kasih Heeyoung. Sungguh.'' Junmin menunjuk laci yang ada di sebelah tempat tidurnya. ''di laci itu, ada sebuah alamat dan surat. Pergilah ke situ, temui Seokyong dan bilang bahwa kau adalah cucuku. Kamu akan tinggal dengan calon suami mu. Tidak perlu khawatir, aku akan ada disini. Juga biaya rumah sakit. Seokyong sudah menanggung semuanya.''
''apa halmeoni yakin? Aku tidak mau meninggalkan nenek.''
''tiada apa. Yang penting kau menjalankan pernikahan ini. Aku harap dia bisa membahagiakan kamu dan menjaga mu melebihi aku.'' Setetes air mata mengalir di pipi Heeyoung. Ia memeluk neneknya. ''aku sudah bahagia bersama halmeoni seorang.''
''pergilah hari ini juga. Mereka sudah menunggu mu di sana.''
Heeyoung mengamati alamat yang tertera di kertas putih. '' halmeoni, jika boleh tahu, siapa nama calon suamiku?''
''Do Kyungsoo''
KAMU SEDANG MEMBACA
My Upside Down Mariage
FanfictionKim Heeyoung adalah gadis cerdas yang cantik tetapi miskin. Dia tinggal di jeju bersama satu-satunya keluarga yang ia miliki, nenek nya, kim junmin. Sayangnya, junmin mengidap penyakit keras. Ia meminta Heeyoung menikah dengan seorang laki-laki yang...