"Flamie senpai tadi aku lupa bilang kalau misi ini akan dibantu oleh anggota baru dari markas pusat," kata Chamot memecahkan keheningan di tempat yang di jadikan misi tersebut.
"Hn,"
"Rekan kita ini laki-laki lho.. siapa tahu senpai tertarik sama dia," ledek Chamot sedangkan Flamie hanya mendengus mendengar ucapan Chamot.
"Cih, aku sudah tidak tertarik dengan laki-laki." Cibir Flamie "kecuali Hans itu pun aku cuma menganggapnya sebagai sahabat,"
Sambil menunggu orang yang dimaksud Chamot tiba-tiba ada suara yang membuat Flamie terkejut. Flamie menatap orang tersebut dengan tatapan tajam serta kebencian yang ada di dalam dirinya.
Adlet pov
Akhirnya aku bisa ikut satu misi bersama Flamie. Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana cara aku bisa satu misi bersamanya? Tentu saja aku minta bantuan dengan guruku yang kebetulan pemimpin dari pemburu iblis pusat. Namun, sialnya aku datang terlambat dan aku melihat Flamie menatapku tajam bahkan untuk menelan ludah saja sudah tidak bisa (lebay amat lu Adlet -_- #plakk).
"Adlet-senpai kenapa baru datang?" tanya Chamot.
"Maaf tadi ada hambatan selama di perjalanan."
"jadi siapa yang menjadi ketua dari misi ini?" tanyaku
"Flamie-senpai yang akan menjadi ketuanya,"
Sedangkan Flamie sudah langsung pergi ke lokasi misi tersebut. Aku dan Chamot mengikutinya dari belakang. Mungkin ini kesempatanku untuk memperbaiki persahabatanku dengannya. Tiba-tiba Flamie menyuruh kita berhenti di depan sebuah kuil yang sudah lama tidak terbengkalai.
"Kita sudah sampai," ujar Flamie.
"Apa target kita ada disana?" tanya Chamot.
Kulihat Flamie langsung membuka penutup matanya dan mengamati sekelilingnya hingga di berhenti di salah satu ruangan. Segera dia kembali menutup mata merahnya dan pergi ke ruangan tersebut. Ketika aku ingin menyusulnya Chamot langsung mencegahku untuk mengikutinya.
"Biarkan Flamie yang menyelesaikannya." Ujar Chamot "tapi jika kau ingin melihat kemampuannya silahkan saja asal kau tidak ikut campur dalam pertarungannya,"
Akhirnya aku hanya bisa melihatnya meskipun aku ingin membantunya. Kulihat Flamie bertarung dengan iblis tersebut. Aku begitu terkejut dengan caranya bertarung dengan iblis tersebut. Seketika aku mengingat ucapan Flamie saat di sekolah.
'...Semenjak itulah Flamie yang lama sudah mati dan terlahirlah Flamie yang baru. Flamie yang tidak memiliki perasaan dan hati. Yang dipikirnya hanyalah duel dan misi membunuh para iblis.'
Ucapannya begitu melekat sekali dalam pikiranku yang dikatakan Flamie itu ternyata benar bahkan rasanya saja ini jauh dari perkiraanku. Pertarungan itu tidak berlangsung lama mungkin dalam perkiraanku sekitar 5 menit dia menyelesaikan pertarungan itu. Lalu aku melihat kondisi iblis tersebut sudah tidak terbentuk lagi banyak sekali lubang bekas tembakkan di tubuhnya.
"Bagaimana pendapatmu tentang kemampuan Flamie-senpai?" tanya Chamot yang tiba-tiba muncul di belakangku.
"...." aku tidak bisa berkata-kata lagi untuk ini. Kemampuannya benar-benar hebat.
"Kau tahu senpai? Setiap kali Flamie senpai selesai membunuh iblis, dia akan menjerit kesakitan di bagian mata merahnya dan juga tanduknya." Ujar Chamot.
Aku terkejut dengan apa yang dikatakan Chamot. Selama ini aku salah mengira terhadap Flamie. Kukira dia akan berperilaku seperti iblis juga jika memiliki fisik seperti itu. Namun, aku tidak tahu bahwa dia begitu menderita dengan semua itu. Aku semakin merasa bersalah terhadapnya.
"Sekarang dia ada dimana?" tanyaku khawatir dengan keadaan Flamie.
"Menurutku dia tidak jauh dari sini," jawab Chamot yang kemudian pergi.
Akhirnya aku mencari keberadaan Flamie. Kuharap dia baik-baik saja karena aku khawatir dengan keadaannya. Tiba-tiba aku mendengar sura jeritan yang tak jauh dari kuil tersebut. Akhirnya aku berlari menuju asal suara tersebut karena aku yakin bahwa suara tersebut adalah suaranya.
Saat sampai di sana aku dikejutkan dengan keadaan Flamie sudah tidak sadarkan diri dengan bagian mata . Aku pun menghampirinya dan membawanya ke rumahku.
Adlet pov end
;-;-;
Sesampai dirumahnya, Adlet membawa Flamie menuju ke kamar miliknya. Saat di kamarnya Adlet langsung mengobati Flamie. Dia juga sudah diajarkan oleh gurunya tentang ilmu obat-obatan. Namun, luka yang dialami Flamie tidak sembarang menggunakan obat biasa. Adlet mencari obat yang mungkin berada di tas kecil yang selalu dibawa Flamie. Ketika Adlet menemukan obatnya, dia menemukan sebuah diary milik Flamie.
Adlet terkejut ketika Flamie sudah mulai sadar dari pingsannya. Segera Adlet langsung menyimpan kembali diary milik Flamie dan langsung memberikan obatnya. Flamie yang baru sadar dari pingsannya pun langsung meminum obat yang diberikan Adlet. Namun, Flamie masih tidak menyadari dimana dia sekarang. Saat dia melihat seisi ruangan di sekitarnya. Dia terkejut bahwa dia berada di rumahnya Adlet.
"Untuk apa kau membawaku kesini?" Tanya Flamie dengan nada datar seperti biasanya.
"Tadi kau pingsan di dekat kuil tadi, jadi aku membawamu kerumahku dan mengobatimu,"jelas Adlet.
Setelah mendengar penjelasan dari Adlet, Flamie langsung pergi meninggalkan rumah tersebut namun di cegah oleh Adlet.
"Biar aku mengantarmu pulang,"
"Tidak perlu aku bisa sendiri," tolak Flamie.
"Tapi..." ujar Adlet
"SUDAH KUBILANG AKU BISA SENDIRI!!! Lagipula aku masih membencimu!" bentak Flamie yang kemudia langsung pergi meninggalkan Adlet sendiri.
Tbc...
Hai minna-san bagaimana kabar kalian semua pasti kalian rindu pada author yang kece ini kan? (plakk / ditabok reader). Akhirnya aku sudah selesai ujiannya namun aku masih menunggu hasilnya nieh.. doain aku ya semoga bisa mendapatkan hasil yang memuaskan... aminnn.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Yourself[Slow Update]
Teen Fictionbagaimana rasanya jika kalian mencintai sahabat kalian sendiri ? tapi apa yang kau rasakan jika sahabatmu menyakitimu dan meninggalkanmu? lalu bagaiman jika sahabatmu datang disaat waktu yang tidak tepat disaat dirimu bukanlah yang dulu? lalu apa...