Suatu Hari

20 3 6
                                    

"Pada suatu hari....."

"Suatu hari itu hari apa kak?"

" Entahlah..? Kakak ga tau! "

"Kenapa kakak ga tau..?"

Aku terdiam setelah anak itu bertanya hal yang menurutku tak penting, tapi mungkin menurutnya amat menarik. Aku berfikir bagaimana caranya membuat anak itu melupakan hal yang baru saja ditanyakannya. Setelah beberapa detik akhirnya aku menjawab.

"Karena gak semuanya harus kita tahu, anak kecil. "

"Emangnya kenapa gitu kak?"

"Em..nggak. Kita lanjut aja ya ceritanya? " Kataku sambil berharap anak itu akan lebih tertarik untuk melanjutkan cerita yang baru saja akan dimulai. Juga supaya anak di pangkuanku ini melupakan hal yang baru saja ditanyakannya.

"Gamau kak!! Kakak Harusnya jawab dulu dong, suatu hari itu hari apa?? "

" Pada suatu hari, di dalam tembok yang tebal, hiduplah segerombol semut yan-"

"Iiih.. Kakak kok gitu sih...? Jangan-jangan kakak ga tau nama-nama hari ya..?? "

" Iya dek.. Kakak ga tau. Aku mah apah atuh?" Udahlah terserah anak itu aja.

"Nih ya kak, nama-nama hari itu ada tujuh,  ada Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu sama satu lagi Minggu!! Masa kakak ga tau sih..??? "

Hh.. Sekarang anak itu berlagak dengan sombongnya. Ya mana Aku tau suatu hari itu hari apa, tanyainlah sama yang buat ceritanya, kenapa juga harus ditanyain sih?

" Jadi...suatu hari itu hari ini..! " Jawabku asal-asalan.

" Dih kakak...?"

"Iya.. Hari ini hari apa..? "

"Hari ini hari.........? Hari apa kak..?"

"Hari apa ya?  Gatau dek.. "

" Hh.. "

" Udah yuk.. Tidur aja dek..!"

Jam dinding di kamar ini sudah menunjukkan tepat pukul 9 malam. Seharusnya sudah sedari tadi kami berdua tidur, tapi karena perdebatan singkat tadi, membuat waktu berjalan lebih cepat, tidak seperti malam biasanya, dimana sebelum tidur, anak itu selalu mendengarkan cerita dongengku untuk pengantar tidur. Walaupun sebenarnya ceritanya aneh sih.

Aku mengangkat anak kecil itu dari pangkuanku dan menaruhnya di sampingku, aku langsung merebahkan badanku di kasur yang empuk ini. Anak itu mengikutiku merebahkan tubuhnya. Mungkin dia sudah lelah, atau dia menyadari kakaknya ini sudah lelah dengan pertanyaan konyolnya itu. Sehingga dia berhenti mengoceh ini itu, ya... Memang sudah waktunya tidur dari tadi. Anak itu memejamkan matanya, walupun aku tahu di kepalanya masih terngiang-ngiang pertanyaan yang tak kujawab tadi.

Nanti sajalah aku menjelaskannya, toh nanti dia akan menanyakan itu lagi lain kali. Sekarang waktunya untuk tidur.

—————|—————
———|———
—|—

Ya maafkanlah
jika ada
unsur kegajean
dalam cerita ini!
Karena saya manusia
Ya kalian juga...
-_-
Tuh kan gaje

Sudahlah

Abaikan saja
@Manusia

Setiap HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang