All of Me #XOAcademy

98 3 0
                                    

"Aku sudah menyerahkan segalanya padamu,

Segala bentuk perasaan, tawa dan canda, senyuman, bahkan airmata...

Tapi apalah dayaku,

Bila memang hanya aku yang menyerahkan segalanya."

.

.

.

All of Me

.

All of Me © John Legend

All of Me FF © @GreViolet_XO

.

.

Semuanya memang berlalu dengan begitu cepat. Dan menyedihkan.

Tidak ada satupun diantara mereka yang menduga akhirnya akan jadi seperti cokelat yang pahit -setelah semua rasa manis yang terkecap hingga seisi dunia hanya terasa seperti gula-gula. Yah, terlalu banyak manis memang akan berakhir pahit di pangkal lidah, bukan?

Pemuda dengan jubah yang selalu menutupi sebagian besar wajahnya itu hanya sanggup menggigit bibir dan menahan gejolak perasaan yang berdentum-dentum dalam dada, mendebur relung jiwa hingga terasa begitu sakit, saat teringat seseorang yang -dulu- ia kasihi berkata, "Maaf, Violet. Tapi aku... aku tak bisa bersamamu lagi." Saat ia tawarkan janji setia sehidup semati bersama sepasang cincin bermata ungu yang begitu indah --dan susah payah dibuatnya.

Sudah beberapa lama sejak hal itu terjadi, tapi sampai kini, rasa-rasanya Violet masih belum mampu melepaskan bayang-bayang orang itu dari setiap lamunan gelapnya, dari mimpi-mimpinya yang ia pendam jauh dalam sudut tergelap.

Pagi ini pun sama saja seperti pagi-pagi sebelumnya, saat dimana seakan mimpi dan realita bercampur jadi satu, menyudutkannya yang terduduk dalam sunyi. Senyap yang membawakan imaji menyesakkan kembali menghantamnya saat dirasakan pasokan udara dalam paru-paru mulai menipis karena nafasnya yang terlalu menderu akibat mengalami mimpi yang menguras isi hati. "Sialan," rutuknya sambil menjambaki rambutnya yang tergerai jatuh ke pundak.

Segalanya terasa berputar dan berputar, berpusat hanya pada satu hal yang membuatnya hanya mampu menangis dan menangis setiap malam; di sudut kamar yang gelap, berteman sepi yang beriringkan hampa.

Dan ia yakin orang itu tidak teringat apapun lagi tentang dirinya kini, dan hanya bermesra bercumbu dalam kehangatan kasih bersama pasangan barunya. Apa yang orang itu harus ingat tentang Violet (yang suram, dingin, dan tak mampu mengekspresikan diri) jika dia sudah memiliki orang lain yang lebih ceria dan banyak senyum serta mampu berekspresi sebebas yang dia mau di sisinya?

Violet hanya semakin jatuh dan jatuh kian hari. Terpuruk terperosok dalam jurang yang begitu dalam, memerangkapnya dalam memoar-memoar yang memuakkan.

Segalanya memang pada akhirnya hanya serpih-serpih kenangan rusak yang harus dilepaskan, harus dipendam jauh dalam sudut pikiran, ditutup rapat-rapat agar tak menguarkan rasa pahit yang terlalu pekat. Agar tak menorehkan luka yang membuatnya koyak-moyak lagi seperti jiwa yang tercabik oleh asa yang dihempaskan setelah dibumbungkan terlalu tinggi.

Meski hati kecil berbisik masih ingin menikmati racun berbalutkan madu itu, meski logika tersudut hingga lelah akan fantasi-fantasi kebersamaan yang dulu sempat jadi kisah manis penghias hidupnya -yang telah berakhir.

Ia telah menyerahkan segalanya; rasa cinta, kasih sayang, canda tawa dan senyuman, bahkan setiap tetes airmatanya dan segenap jiwa raganya. Namun apalah dayanya bila memang hanya ia yang menyerahkan segalanya pada yang dulu ia puja setengah mati.

Dan rasa sakit yang menggerogoti dirinya sedikit demi sedikit terasa begitu pedih dan perih tak terperi.

Meski ia sudah melepaskan semuanya. Melepaskan segala yang ia miliki untuk pemuda yang dulu bersamanya. Bahkan rasa cintanya yang kini berubah menjadi benci dan sakit yang tiada berujung.

Tangis itu masih merebak, bersama isakan yang terperangkap bisu. Hatinya masih menjerit sesekali, meminta belas kasih sang Tuhan untuk memberinya satu waktu mundur untuk memperbaiki semuanya. Namun tak mungkin.

Seluruh perasaannya terlanjur dilukai, dicabik-cabik hingga lumpuh.

Dan cincin bertahtakan batu ungu yang ia persembahkan sebagai perlambang janji setia pun sudah dibuangnya entah kemana.

Tawa dan senyum telah direnggut paksa dari dirinya, hanya menyisakan airmata yang selalu menganak-sungai di wajah, membuatnya terlihat pucat dan menyedihkan.

Apalagi yang ia punya? Tidak ada.

Karena ia telah menyerahkan segalanya...

.

.

.

END?
.

FictoGemino

Silakan baca lagi dari bawah ke atas

.

.
A/N : Udah berapa lama saya nimbun ini :')
Dan akhirnya publish sekarang hiks /disambit/
Oh well ini cuma sebuah kisah saat saya masih aktif RolePlaying dulu. Semoga kisah ini setidaknya dapat menghibur para pembaca sekalian.
Tidak ada satupun maksud untuk menyindir atau menyakiti pihak-pihak yang terlibat di sini; I just wanted to share my story to the world :)
Thanks!

Written on 2nd of July 2014,
Published 29th of March 2015,
Gregory Violet XO.

All of Me #XOAcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang