2

700 211 261
                                    

🥵🪭

Sudah telat, jatuh, ga ditolongin pula. Lengkap sudah kesialan gadis yang bernama Riela Meshazara  ini. Saat gue lagi asik menangis sambil memegangi pergelangan kaki.

"Kalian berdua!"

Ha? Berdua? Kan gua lagi sendirian. Ternyata Ada cowok yang berada persis di belakang gue dengan kedua telinga  tersumpal earphone saat petugas sekolah itu datang menghampiri.

Tanpa memikirkan rasa sakit ini. Gue berusaha sekuat tenaga untuk berdiri. Tanpa gue sadari, laki-laki yang gue yakini kaka kelas itu tidak meninggalkan gue sendirian.

"Ya tuhan! Ngagetin aja!" Teriak gue, berpura-pura kaget.

"Udeh, gausah sok kaget."

Tanpa menghiraukan gue yang sedang kesakitan, dia menghampiri petugas itu begitu saja.

Apa yang bisa gue lakukan selain meratapi nasib?

"Kak! Tolongin kek!" Teriak gue sambil ngesot. Siapa tau empatinya mencuat.

Karena tidak mendapat tanggapan, akhirnya gue dengan sisa tenaga ini berusaha untuk berdiri. Dan berjalan perlahan. Namun sayang seribu sayang..

BRUKKKK!

Lagi, lagi dan lagi. Gue terjatuh lagi, yang tadinya terkilir sebelah kiri. Kini kedua kaki gue sangat sakit bila di gerakan. Harusnya tadi gue ngesot aja anjir kalo tau bakal gini!

"Aw!"

🥵🪭

Vano yang membutuhkan sedikit langkah lagi untuk menemui petugas, akhirnya membalikkan badan. Untuk sekedar melihat.

Meskipun dingin, lelaki bernama Cavano Denandrata Putra tetaplah manusia. Dan sudah pasti memiliki rasa kemanusiaan, walaupun sedikit.

Lantas, Vano yang melihat calon adik kelasnya itu terjatuh, lagi. Tanpa pikir panjang langsung berlari menghampiri. Camkan ya, berlari.

Gadis itu menampilkan wajah pongo. "Tadi pergi gitu aja, tapi sekarang? Datang." Gumamnya tanpa sadar.

🥵🪭

Semakin dibuat bingung. Cowok ber-aura dingin itu berhasil membuat gue keliatan pongo! Sialnya dia menjulurkan sebuah tangan.

Menjulurkan tangan

"Lo mau ngesot seharian?" Tanyanya
"Ha?" Gue yang masih belum sinkron dengan sistem saraf yang ada di kepala ini, hanya bisa mengatakan apa saja yang terlintas di benak saat ini.
Tanpa meminta persetujuan, cowok itu langsung meraih tangan gue!

Jleb!

"Masya Allah" gumam gue saat melihat wajah kakak kelasnya itu dengan dekat.

Vano yang mendengar dengan sangat jelas gumaman itu, langsung merespon.

"Ngomong apaan lo barusan?" Tanyanya

"Eh-e- enggak- gak apa-apa kak"

"Biasa aja gausah deg-degan gitu" Ucap Vano yang lebih menjurus ke 'Ejekan'.

Tak butuh waktu lama. Kini mereka berdua sudah berada pas di depan petugas tadi.

"Kalian! Apa yang kalian lakukan?!" Tanya petugas yang ternyata seorang guru di SMA TRATANS.

Hesitate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang