Bulan pada malam Oktober itu bersinar redup. Kereta kuda meluncur di sepanjang jalanan Ibukota Tua Estmarch, menjadikan suara dari rodanya sebagai fokus pikiran Miku Hatsune. Gaun putih polosnya berkerut melingkupi kedua lengan-cocok dengan pita putih yang mengikat rambut panjang toskanya menjadi dua, membuatnya terlihat sepolos salju pertama yang berjatuhan. Tiara kecil yang terbuat dari bunga mendekap rambutnya, mengabadikan sesuatu yang ia anggap sebagai ilusi.
Sebab kepolosannya adalah dusta.
Miku mengerling pada jendela saat mencoba untuk membayangkan Vedunia seolah itu adalah malam ini. Ia telah berkendara melewati perkampungan melarat di mana kemiskinan dan percecokan diklaim berkurang.
Sekarang ia berkendara melalui distrik kaya di mana mereka, orang-orang yang dekat dengan kursi kekuasaan, memamerkan uang dan hak istimewa. Bersih dan rapi, sepuhan keemasan memancar, juga jalan yang diaspal dengan baik. Mobil-mobil terparkir di tepian jalan-sebuah simbol dari status era industri berkelanjutan yang mana, memperkaya yang kaya dan memiskinkan yang miskin. Kereta kuda Miku hanyalah untuk pertunjukan belaka.
"Malam ini kau adalah Cinderella. Ketika jarum menunjuk angka dua belas, kau akan menjadi seorang putri."
Ibu Peri tidak pernah merubah tikus menjadi bongkahan logam dan bensin.
Cinderella tidak pernah berencana untuk membunuh Pangeran.
Kereta kuda itu berhenti saat sampai di pos keamanan pertama. Wajah Miku bertransformasi menjadi tenang dan ceria ketika seorang tentara berseragam biru gelap mendekati pintunya. "Nona, saya harus tahu nama dan identitas Anda."
Miku menyerahkan dokumen yang diperlukan-semuanya palsu, status palsu, negara bagian palsu.
"Aku Countess Miku Hatsune dari Marchenland."
Miku dapat mendengar mereka saling berbisik sambil melirik satu sama lain. "Dokumen perjalanannya dikeluarkantanggal 31 Agustus 1914. Semua ini dokumen terbaru 'kan?"
"Tentu saja... ini ada salinannya, lihat? Tidak ada perubahan dalam tiga minggu. Tentu ini bukan riwayat perjalanan asli."
Memilih meloloskan, para penjaga mengizinkan kereta kudanya melangkah maju.
Miku telah berubah dari upik abu menjadi seorang Countess seolah itu adalah efek ayunan tongkat sihir.
Semakin dekat ia menuju istana, semakin parah juga tangannya gemetar. Ia tidak mengerti-Apakah hal yang dilakukannya ini bukan tujuan ia dilahirkan? Apakah tugas ini... bukanlah perannya untuk menjadi Cinderella bagi Sang Pangeran?
Miku mencoba membayangkan sosok targetnya. Ia tak pernah bertemu dengan Pangeran sebelumnya, tentu saja. Penting diingat bahwa orang yang membunuh Pangeran haruslah orang yang asing baginya, putra dari dua tirani besar, dikenal sebagai Pangeran Kaito dari Estmarch.
Semua orang mengenali wajahnya-terima kasih pada potret megahnya dan propaganda yang ditujukan pada Crown-Pangeran sejauh ini menjadi pengawas kepemimpinan dan tidak terjun dalam politik brutal. Sebagian besar orang yang sudah kehilangan harapan pada Raja dan Ratu mulai membisikkan harapan kembali, semoga Pangeran tidak seperti mereka. Dan semoga juga Pangeran bersedia mengakhiri peperangan ini dengan kemenangan. Sisanya? Mereka tidak ingin menggantungkan diri berharap demikian-anak dari pasangan tirani tidak akan segan tumbuh menjadi tirani itu sendiri... dan ketakutan akan turunnya kekuasaan pemerintahan Shion ke generasi lain memicu pemberontakan bengis mencuat di beberapa wilayah negeri.
Miku penasaran bagaimana ia seharusnya menilai Pangeran dari sisi ini, sampai ia teringat latihannya-tidak boleh ada emosi dalam hal apapun. Tak peduli orang macam apa Pangeran Kaito itu, nasibnya akan berakhir sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flight of Cendrillon
Fanfiction"Malam ini kau adalah Cinderella, dan saat jam menunjuk angka dua belas, kau akan menjadi seorang putri." 1914. Kontinen Uralia sedang dilanda peperangan agresif saat Kerajaan Estmarch menggelar sebuah pesta dansa untuk menghormati Pangeran Kaito da...