Tak Wajar

54 18 33
                                    

Malam jum'at, 24 mei 2018
Arn_31

Terlihat sebuah keramaian di pinggir kolam renang dengan tangisan yang membanjiri suasana disana. Semua terlihat sedih, panik, terkejut, dan tidak menyangka. Di tengah kerumunan tersebut, terdapat sosok gadis yang pucat pasi, mata terbuka seperti orang melotot namun sudah tidak bernyawa, bagian luka pada wajah dan tubuhnya, dan tampak jelas dia masih mengenakan swimmsuitnya.

"Dista!!!!" jerit histeris seorang wanita yang berlari kearah kerumunan tersebut sembari menangis.

Ya, Dista adalah gadis yang berada ditengah kerumunan tersebut. Meninggalnya Dista yang tidak wajar dan tidak masuk akal itu membawa duka bagi keluarga dan kerabat dekatnya. Dista adalah gadis manis, ramah, berlesung pipi, dan pandai bergaul.

"Permisi, permisi, permisi!"

"Dista, ya Tuhan. Siapa yang tega jahat sama sahabat gue ini?!" ucap Nita setelah melihat kondisi Dista yang sekarang, Nita segera memeluk tubuh Dista dipangkuannya sembari menangis histeris yang diikuti oleh Karin.

Nita dan Karin adalah kerabat dekat Dista. Hatinya sangat terpukul ketika mendengar kematian sahabatnya yang meninggal secara tidak wajar ini. Tak lama kemudian, pihak kepolisian dan pihak rumah sakit datang untuk menangani kasus meninggalnya Dista. Dimana pihak kepolisian meneliti kondisi kolam renang tersebut dan pihak rumah sakit membawa jenazah Dista ke rumah sakit.

Namun, ketika Dista hendak diambil alih oleh pihak rumah sakit karena saat ini gadis tersebut masih berada di dekapan Nita, Nita tetap menahannya. "Nggak mungkin, lu nggak boleh mati Dis, besok adalah hari kebahagiaan lu. Kenapa lu harus seperti ini. Hikss... Hikss... Hiks..."

"Permisi yah dek, kami harus mengurus jenazah ini kerumah sakit dan mengabari pihak keluarganya." ucap seorang suster yang hendak mengurus jenazah Dista.

"Nggak! Dista masih hidup, jangan bawa dia!" tangis histeris Nita yang sangat terpukul sembari memeluk erat tubuh gadis yang sudah berwajah pucat tersebut.

Lalu, Dista segera diambil alih secara paksa oleh pihak rumah sakit karena Nita terlalu erat menahannya. Ketika Dista sudah berada di atas kasur dorong yang hendak di masukkan kedalam mobil ambulance, namun tangan Nita masih menggenggamnya, perlahan demi perlahan tangan Nita dan Dista dilepaskan oleh pihak rumah sakit.

"Distaaaa!!!" jerit Nita ketika melihat Dista yang hendak di masukkan kedalam mobil ambulance yang sudah stay didepan kolam renang.

"Nit, kendalikan emosi lu. Sabar, disini gue juga terpukul. Ikhlaskan Dista yang sudah dipanggil terlebih dulu oleh tuhan." ucap Karin yang berusaha menenangkan Dista dalam peluknya, meskipun Nita masih berusaha keras untuk memberontak dan memukul serta mencakar tubuh Karin.

"Dista, siapa yang jahat sama dia Karin? Hikss... Hiks..." Gumam lirih Nita yang masih berada dipelukan Karin. Karin tak bisa menjawabnya karena ia pun ikut terkejut atas meninggalnya Dista yang tragis ini.

Terlihat sosok pria yang berdiri tegap, tangan yang diumpatkan dalam saku celananya, putung rokok yang menyelip di bibirnya, dan mata yang terpusat menatap kesedihan antara Nita dan Karin. Namun, pria ini hanya sekejap berdiri ditempat lalu ia segera melangkahkan kakinya pergi keluar kolam renang tersebut.

Setelah cukup lama menangis, kedua gadis ini memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat kejadian yang masih diurus oleh pihak kepolisian. Mereka memutuskan untuk pulang dan ikut melayat jenazah Dista yang hendak dimakamkan.

~•••~

Setelah proses pemakaman Dista berjalan dengan lancar, hingga tersisa orang tua Dista dan kerabat terdekat Dista. Namun, tak lama kemudian orang tua Dista memutuskan untuk pulang meskipun sangat berat mereka rasakan untuk meninggalkan putrinya. Berbeda dengan Nita yang masih setia bertekuk lutut dihadapan gundukan tanah yang berlapis bunga kematian dan ditemani oleh Karin.

The Testimony Mask (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang