Dari : seorang anak yang sedang rindu
Untuk : ayah
Pesan :
Allahummafirlahum
Ayah, beberapa hari yang lalu sudah aku ceritakan kekecewaanku saat detik-detik terakhir aku mengusahakan kesembuhanmu. Banyak yang turut berduka, banyak yang turut merasa kecewa, dan banyak yang bertanya-tanya, penyakit apa yang sebenarnya menyerang tubuhmu. Ayahku tidak sakit, hanya demam biasa, suhu tubuhnya tinggi dan tenggorokannya kering. Namun, jantungnya sempat terhenti beberapa menit. Saat itu, Ayahku sudah semalaman di ruang rawat inap tapi belum ada dokter ahli yang memeriksa kesehatannya. Hingga sesak nafas dan henti jantung, disanalah manusia-manusia berjas putih datang bergerombolan ke ruangan Ayah. Begitulah mirisnya pelayanan kesehatan di kotaku.
Setelah henti jantung itu, ayahku di pakaikan alat kejut jantung dan segera di pindahkan ke ICU. Jika boleh memilih, bukan rumah sakit ini yang seharusnya kujadikan tempat ikhtiarku untuk kesehatanmu, Yah. Apa boleh buat, di kota kita, ini rumah sakit terbaik, dan jika dipindahkan ke rumah sakit di kota lain, engkau masih bergantung penuh dengan alat ICU.
Yah, sampai hari ini, masih ada sisa nyeri di hatiku pada bayang malam terakhir ketika lengan yang kugenggam itu masih berdenyut. Masih tak habis pikir pada perawat yang menjagamu pada shift sore hingga malam itu. Menurutku, dia berbeda dengan perawat yang lain, sejak awal kuajak berbincang soal kesehatanmu, dia memang ketus. Sengaja aku beberapa kali mempertanyakan petunjuk mesin di ICU padanya, niatku bukan bertanya sebenarnya, tapi mengingatkan dia untuk memperhatikan kondisimu. Sampai pertanyaan terakhirku soal lengan kananmu yang mulai membengkak, ia menjawab dengan nada yang tak ramah dan tanpa senyuman. Tapi wlau begitu, dia masih terlihat panik, Yah, di detik terakhir saat aku bertanya soal darahmu. Bahkan ada berkas pengambilan darah yang lupa ia letakkan dimana. Ah, sudahlah, semoga Tuhan mengampuninya.
Ayah, terakhir kali kulihat engkau menangis adalah ketika melepasku di bandara saat aku harus kembali ke perantauan di Agustus kemarin. Hari itu, ada peluk erat dari tubuhmu sambil berkali-kali mengelus kepalaku. Dan kali ini, ternyata juga menjadi terakhir bagiku, terakhir kali melihat senyum dari wajahmu. Ini giliranku yah, giliranku memeluk erat tubuhmu. Meskipun sudah tertidur kaku, selalu ada cinta yang kutemui dari pelukanmu. Yah, aku sayang sekali pada Ayah.
Ayahku orang baik, tidak pernah sekalipun hal buruk diajarkannya padaku. Ayahku orang baik, meskipun kami berjauhan kota, ia tak pernah lupa menghubungiku sembari mengingatkan soal kesehatan dan ibadah. Ayahku orang baik, aku percaya, sakitnya Ayah adalah cara Tuhan menjemputnya perlahan sambil menyapu dosa-dosa kecil dari khilaf Ayah.
Allahummafirlahum Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehampaan Hidup
Actionsaat gue gak ngerti sama sekali apa itu kematian?? apa itu perpisahan?? apa itu dewasa?? apa itu jatuh,bangun,sedih Dan gue baru sadar kalo kematian seseorang itu dapat membuat semuanya hilang seketika hingga membuat semuanya beku seperti tidak ada...