BEFORE GAMES ~2~

23 3 0
                                    

Kriiingg! Suara bel pulang berbunyi. Para murid mulai berhamburan keluar setelah guru yang mengajar pada jam pelajaran terakhir telah keluar terlebih dahulu.

Terkecuali Renjun, Haechan dan Jaemin yang masih di dalam kelas. Mereka masih di kelasnya karena Jaemin yang menagih janji Renjun, yaitu Renjun yang akan memberi penjelasan tentang kejadian di kantin saat jam makan siang. Renjunpun pasrah dan mulai menceritakan kejadian tersebut termasuk insiden memalukan pada pagi harinya.

Seusai menceritakan semuanya, Jaemin hanya menutup mulutnya menggunakan telapak tangan agar suara tawanya tidak meledak. Sedangkan Haechan sudah meledakkan tawanya sejak Renjun masih menceritakan kejadian itu.

"Hahaha!" Tawa Haechan hingga air matanya keluar sambil memegangi perutnya yang kram karena mendengar penjelasan Renjun yang sangat lucu menurutnya.

"Pfffft-hahaha!" Tawa Jaemin pecah karena sudah tidak tahan dengan penjelasan  dari Renjun.

Renjun merasa kesal karena kedua sahabatnya malah menertawakannya. Bukan membantunya untuk menyusun rencana balas dendam pada Jeno.

"Aish! Aku menyesal telah menjelaskannya pada kalian!" Ucap Renjun dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada dan memberengut lucu. Lalu, ia menolehkan kepalanya ke arah jendela agar tak menatap kedua sahabatnya yang menurutnya menyebalkan saat ini.

"Mianhae, Renjunie. Habisnya ceritamu itu sungguh menggelikan sih!" Ucap Haechan yang berusaha mengontrol tawanya agar tidak semakin kencang.

"Ck! Aku takkan memaafkanmu sebelum kau menghentikan tawamu itu, Chanie!" Sungut Renjun.

"Ne, ne." Jawab Haechan acuh yang membuat Renjun semakin kesal.

Sedangkan Jaemin berdehem untuk meredakan tawanya karena melihat ekspresi Renjun yang menunjukkan kekesalan luar biasa.

"Ekhem! Baiklah~ Maafkan aku dan Chanie, Renjunie. Kami hanya bercanda." Ucao Jaemin lalu menyikut perut Haechan agar Haechan berhenti tertawa.

Haechan yang mendapat sikutan dari Jaemin, segera menghentikan tawanya sambil menyengir ke arah Renjun dengan kedua jari membentuk tanda peace.

"Benar yang dikatakan oleh Nana. Mianhae, Renjunie? Ne?" Tanya Haechan.

Renjun yang pada dasarnya bukanlah orang yang suka kesal lama-lama, menghembuskan nafasnya dan lalu kembali memandang Haechan dan Jaemin.

"Otte, kali ini kalian kumaafkan. Tapi, jika lain kali kalian tertawa lagi, aku takkan segan-segan menghukum kalian. Arra?" Tanya Renjun dengan nada penuh ancaman sambil telunjuk kanannya bergantian mengarah pada Haechan dan Jaemin.

"Ehm!" Jawab Haechan dan Jaemin kompak.

Renjun yang mendapat jawaban seperti itu, menurunkan telunjuknya seraya memberi senyum manisnya pada Haechan dan Jaemin. Haechan dan Jaemin juga membalas senyum Renjun dengan senyum mereka yang tak kalah manisnya.

Setelah beberapa saat, Renjun beranjak dari tempat duduknya lalu menenteng tas punggungnya.

"Sepertinya hari semakin sore. Nana-ya, Haechanie, sebaiknya kita bergegas pulang. Kajja!" Ajak Renjun lalu berjalan menuju pintu keluar kelas.

Tanpa menunggu lebih lama, Haechan dan Jaemin mengambil tas lalu beranjak dari kursi mereka untuk menyusul Renjun.

Hanya obrolan mereka yang terdengar di sepanjang koridor karena koridor telah sepi sejak 15 menit yang lalu. Obrolan mereka mereka terpaksa terhenti karena sudah sampai di halaman parkir.

Jaemin berpamitan pada Renjun dan Haechan terlebih dahulu karena mobil jemputannya sudah menunggu. Sedangkan Haechan pulang bersama Renjun karena noonanya tidak dapat menjemputnya dengan alasan mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya.

Love or Games??? Lets See!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang