Namaku Laila, Laila Fakhri Darmawan, lahir di Sukabumi. Ayahku seorang dosen dan sudah menekuni profesinya sekitar 19 tahun. Ibuku bekerja paruh waktu di sebuah restoran milik pamanku. Aku tidak mengerti kenapa ibuku tetap bekerja padahal penghasilan ayah sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.
Seperti yang lain, aku adalah wanita biasa yang di didik dengan sempurna oleh kedua orang tuaku. Aku mudah tersenyum bahkan kepada orang yang sama sekali tak ku kenali. Merekapun berkata bahwa orang tuaku beruntung memiliki anak secantik dan seramah aku. Namun Saat menginjak usia 15 tahun, semuanya berubah. Kala itu, Tepat di hari ulang tahunku. Aku kehilangan beberapa lilin di kue ku. Ibu meminta ayah untuk membelikannya di luar agar aku tidak merasa sedih di hari bahagiaku. Sebab ia tahu bahwa aku sangat menyukai lilin di hari ulang tahunku. “Tak usah bu, ini sudah lebih dari cukup. Lagipula apa artinya lilin-lilin tersebut" ungkapku meyakinkan. “tidak Laila, Ayah akan tetap membelikan beberapa lilin tambahan untukmu. Iya kan mas?” ucap ibuku. Lalu ayah menjawabnya “tentu!”. Tanpa rasa khawatir ayahku menuruti perkataan ibu, ia keluar di cuaca yang cukup dingin. Dengan mengenakan pakaian tebal ayah perlahan berjalan menyusuri jalan dan hilang di sembunyikan kegelapan.
Pukul 12.00 WIB, Ayahku tak kunjung kembali dari ekspedisi singkatnya. Dengan berat hati ibu tetap menyalakan beberapa lilin yang tersedia di atas kue. Dengan raut kecewa Ibu memintaku segera meniupnya. Awalnya aku menolak, sebab aku masih menunggu ayah datang. Namun setelah beberapa lama aku menunggu. Dan akhirnya.. Huuhhhhhhh, lilin itu kehilangan cahayanya karena tiupan kencang dari mulutku. Bersamaan dengan itu, bunyi sirine terdengar amat nyaring melintasi rumahku. Kuabaikan saja. Tak lama setelah itu, seseorang menelpon dan ibu mengangkatnya. Ibu tersentak, dengan telpon yang jatuh dari genggamannya.
Ia menarik tanganku,menangis dan berlari sekuat tenaga. Aku masih saja tak mengerti.Kami tiba di sebuah rumah sakit besar di dekat tempat tinggal kami. Seorang perawat menunjukan sesuatu dan membawa kami ke suatu ruangan. Dengan hati yang terus bertanya-tanya, aku memberanikan diri untuk mendekati seseorang yang terkapar diatas tempat tidur dan ditutupi kain putih itu, ibu masih meronta tanpa mau menjawab pertanyaanku. Aku semakin penasaran, kubuka saja penutupnya. Seketika akupun tersentak, tubuhku lemas, hampir kehilangan kesadaran. Itu ayah! Jenazah itu adalah ayah!
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAHKU TAK BERJUDUL
SpiritüelKisah ini menceritakan seorang tokoh bernama Laila. Di usianya yang masih belia, ia harus mengalami berbagai hal yang dianggapnya sangat sulit untuk di lalui. Ia berparas cantik, dengan rambut hitam panjang yang selalu terurai rapi. Diapun amat bai...