2

452 8 0
                                    

   "Rea, Rea......?!" Nah itu dia si Aya. Untung aku dah mandi. Jadi dia nggak nunggu lama deh.

   "Masuk aja Ay." Teriak ku dari sofa ruang tengah. Brughh....."Ahh leganya udah sampai. Hehe." Dih pakek nyengir segala.

   "Kenapa sih Ay ngajak aku ke Kampus?! Kan kita tinggal nunggu wisuda aja." Ya bener dong, skripsi udah selesai. Praktek juga udah, kan tinggal nunggu wisuda aja.

   "Nggak tau. Orang aku aja disuruh sama Rector buat kesana siang ini." Lahh ni anak gimana sihh.

   "Ya udah lah, entar juga tau." Dia bisa ngomong santai kek gitu. Lah sedangkan aku?! Nggak jadi jalan-jalan deh, huffttt.

   "Hmm." BTW adek aku mana ya? Sepertinya dari tadi aku nggak liat dia. Bunda juga nggak ada. Apa bunda jadi nyari sekolah buat adek ya hari ini?!

   "Jam berapa nanti kita berangkatnya Ay?!" Tanyaku. Memastikan saja biar nggak mendadak siap-siapnya.

   "Maybe abis jam 10 aja lah. Ini aku baru nyampai Re, masa iya kita langsung pergi. Tawarin minum dulu kek, aus nih😁." Dihh dia mahh begitu, tau juga aku ini orangnya mageran.

   "Ambil sendiri aja sonoh. Kayak siapa aja, biasanya juga nyelonong." Emang bener dia kek gitu. Dia mah udah aku anggap keluarga sendiri.

   "Tante sama donal mana Re?" Hah dia orang ke-2 setelah aku yang suka manggil Rey dengan sebutan Donal. "Mana ku tau. Tadi pas sarapan masih ada kok, sekarang entahlah." Jawabku acuh.

   "Yeeeee, makanya jan mageran. Orang pergi aja nggak tau kan?!" Bener juga sih. Kadang sifat mageran ku itu bikin aku jadi kurang up date.

   "Ck, udah sih nggak usah dilanjut." Kalau nggak begitu, Aya pasti bakal nyeramahin aku berabad-abad. Lama banget tau nggak?!! (*Enggak ya? Ya udah hehehee.)

   "Em Re, apa kita berangkat sekarang aja ya?" Elahh ni orang satu. "Daritadi aku kan udah bilang sama kamu untuk berangkat sekarang aja....."

   "Kamu nya aja yang banyak alasan dari tadi. Bilangnya baru nyampai lah, capek lah, haus lah. Makanya jadi orang jangan malesan." Ucap ku.

   "Ngaca dong mbak. Yang malesan itu saya atau situ?!" Elahh bener juga ni orang satu hehe.

   "Ck, iya-iya. Ya udah aku siap-siap ama ambil tas bentar ya?!" Hahhhh kenapa rasanya anak tangga ada seribu sih? Jadi mager lagi kan aku. Fiuhh.

Skip.

   "Langsung keruangannya aja nih?!" Tanyaku yang agak ragu. Apa jangan-jangan aku sama Aya di panggil karna kita nggak lulus?! Wahh gaswat kalau gitu.

   Ini lagi si Aya pakek pucet segala. Kan aku jadi parno sendiri kalau gini mah. "Kamu duluan deh Re yang masuk." Enak banget ni orang bilang kek gitu.

   Nggak tau apa kalau aku juga takut setengah mati, sama kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan di katakan.

   "Kalian ngapain di sini?! Ayo masuk!" Astaga!! Ya Tuhan, semoga saja ini bukan hari terakhir ku.

   "Maaf sebelumnya karna Bapak menyuruh kalian datang ke kampus pada hari libur." Ucapnya meminta maaf ke kami saat kami sudah duduk di sofa yang beliau persilahkan.

   "Tidak apa Pak. Kami tidak masalah kok." Bukan aku ya yang bilang. Aku masih terlalu takut menghadapi ini.

   "Sebenarnya bapak hanya ingin memberikan ini pada kalian." Ucapnya dengan memberikan 2 berkas ke arah kami.

   Yak! Aku masih takut dengan isinya. Terbukti sekarang keringat dingin dengan lancangnya turun dari dahiku.

   "Ara santailah sedikit. Kau ini masih sama saja. Selalu negative thingking kalau bertemu dengan bapak." Cih menyebalkan sekali.

   Bagaimana aku tidak takut padamu?! Mukamu saja lebih horor dari film Anabelle. Batinku berteriak.

   "Coba bukalah! Saya yakin kalian akan suka." Dia?! Dia si Rector Killer tersenyum?!! Makin curiga aja aku. Baru pertama kalinya aku melihat si Killer ini tersenyum. Makin tidak enak perasaanku.

   Huhh keadaan si Aya juga tidak jauh dengan ku. Dengan berat hati aku membuka berkas itu dan mengambil 3 buah surat yang ada didalamnya. Refleks saja aku menutup mata.

   "Hahaha kalian ini. Ara kau tidak akan bisa melihat kalau matamu tertutup." Hahhh dia santai sekali. Dan itu yang buat aku jadi was-was.

   Aishh si tua ini selalu saja membuatku tak tenang. Dengan perlahan aku membuka mataku dan membaca surat pertama.

   "HAH?!! Gdubrakk" Teriak ku kaget setelah membaca surat pertama. Aku tidak menyangka teriakanku bisa membuat si Aya sampai terjatuh dari sofa.

   "Yakk kau ini kenapa?! Membuat ku kaget saja." Aku tidak menggubris apa yang sedang Aya katakan. Bahkan sekarang tulangku rasanya copot semua. Lemas rasanya.

   "Pa-pak apakah ini benar?! Bapak tidak salah orang?!" Tanyaku pada pak Rector. Dan dia dengan entengnya hanya tersenyum tanpa ada minat untuk menjelaskan.

   "Isi suratnya apa?! Kok kamu sampai kaget begitu? Atau jangan-jangan kamu nggak lulus ya?!" Tanya Aya yang langsung membuat ku segera tersadar.

   Plethaakkk~ "Auu sakit." Ucapnya dengan mengelus daerah yang sakit. "Makanya kalau bicara itu di saring." Kesel deh jadinya.

   "Coba liat Ay punyamu!" Malah nyengir ni anak, aku kan jadi makin penasaran sama berkas yang dibawa Aya. "Kamu aja nih yang liat. Aku takut hehe." Lahh kenapa malah aku yang disuruh liat.

   "Siniin aku liat." Ucap ku menarik berkas dari tangan Aya dengan gemas. "Nggak jadi deh Re, aku aja yang liat." Baru juga aku buka udah direbut lagi sama Aya.

   "Ti-ati. Nanti tulisannya terbang loh." Seneng deh gangguin Aya. Ini lagi pak tua malah senyum-senyum gaje.

   "Wahhhh!!! Keren.......!!!" Astaga kaget aku. "Gimana Ay? Lulus?!" Ledek ku. "Yeeee Cum Loade nih." Ciaahhh ternyata sama.

   "Besok kalian harus datang ke Alexander Inc." Lahh kenapa pak tua nyuruh aku sama Aya ke perusahaan terkenal itu?

   "lah kenapa kita harus kesana pak?" Aishh Aya mau nganterin nyawa ya nanya kek gitu?! "Ya kalian datang saja. Besok bapak tunggu di depan gedung."

   "Oh iya, jangan lupa pakai baju yang rapi." Akhhh aku hanya bisa pasrahhh. "Baik pak." Ucap ku dan Aya serempak.

At home.

   "Aishhh besok kan aku mau nganterin si Donal." Keluhku pada Aya. "Ck, aku juga tau. Ya sudahlah. Besok senin saja nyarinya. Aku juga sudah terlanjur janji akan mengantarkan donal." Eh benar juga.

   Huffttt ngapain ya kok disuruh ke kantor?! Hmm, ini aku yang lola atau emang si Tua itu yang bikin bingung? "Kira-kira besok kita akan ngapain ya Ay?" Nanya ama Aya sepertinya bukan solusi yang tepat.

   "Nggak tau. Disuruh ngepel kantor mungkin. Seperti waktu kita dihukum." Tuhh kan, malah tambah ngaco si Aya jawabnya.

   "Dihhh gitu amat. Kalau kamu mah cocok. Kalau aku ya enggak cocok lahh." Ucap ku penuh percaya diri. Yakinlah kalau aku hanya mengejek Aya. Itu sangat menyenangkan.

   "Yaakk, kau ini apa-apaan?!! Mana ada Office girl lulusan Cum Loade dari fakultas management?!!" Nahh kan dia langsung nge gas jawabnya.

   "Santai napa? Aku kan cuma bercanda." Aku masih menertawakan Aya. Bahkan airmata ku saja sampai keluar.

   "Siapa yang Cum Loade?!!" Eh? Kapan Bunda dateng?! "Aya Tan yang Cum Loade." Dihh cari muka. Muka satu aja nggak habis, eh ini malah mau cari muka.

   "Wahh selamat ya Ay. Tante ikut senang dan Bangga dengan kamu." Hmm sudah kuduga 😑.



TBC.

   Besok lagi dilanjutnya ya. Maaf banget kalau slow up date. Karna otak author akhir-akhir ini sedang mentok.

   Mana di sekolah lagi banyak tugas. Heuhhhhh biasa lah anak sekolahan. He he he. Opss author malah jadi curhat. Maaf keun aing yakk?!

   Ya udah deh ya, sampai sini aja.

_*GOMAWO*_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AndREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang