🌿 MMH #1

4.9K 510 19
                                    

🌿🌿🌿

Sedetik aku menatap wajahmu. Sedetik itu pula aku ingin merengkuhmu. Meyakinkanmu bahwa aku ada untukmu.

🌿🌿🌿

Seorang laki-laki tampak sedang mendorong sebuah kursi roda. Mengitari area taman sebuah rumah sakit ternama di Surabaya. Laki-laki itu sesekali menghentikan langkahnya sambil menciumi pucuk kepala wanita yang sedang duduk dikursi roda itu.

"Aku capek, Bi!" rengeknya saat tiba disebuah ujung taman.

Abimanyu Alkhatiri, laki-laki berusia 27 tahun itu tersenyum lalu menghentikan kursi roda di pinggir taman. Ia pindah posisi dan kini duduk jongkok didepan sang wanita yang tampak berwajah pucat namun tetap terlihat cantik dengan hijabnya.

"Mau balik ke kamar?" tawar Abi, sapaan akrab Abimanyu. Wanita itu menggeleng pelan membuat kening Abi mengernyit. "Katanya capek?"

Salwa Auliyah, istri dari Abi. Wanita berumur 22 tahun itu tampak menampilkan raut wajah sendu. "Aku capek kayak gini terus. Kapan aku bisa sembuh?" lirih Salwa.

Abi tersenyum lalu tangannya menangkup pipi kiri Salwa, mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

"Jangan ngomong kayak gitu, jangan membuatku takut,"

Salwa tersenyum bersamaan dengan buliran airmatanya yang terjatuh. "Maafin aku, Bi. Kita menikah udah 2 tahun tapi aku nggak bisa kasih kamu anak---"

"Ssssst." Telunjuk Abi menempel di bibir pucat Salwa. Abi menggeleng pelan. "Bukan itu yang aku inginkan saat ini. Melihatmu selalu tersenyum adalah impianku. Mendengar suara merdumu saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an itu merupakan anugrah terindah bagiku. Itu semua adalah hadiah terindah dari Allah."

Salwa ikut tersenyum walau airmata tak henti-hentinya menetes. Berkali-kali Abi menyeka air bening itu dari kedua pipi Salwa.

"Janji ya sama aku, kamu nggak akan ninggalin aku!" pinta Salwa.

"Tanpa kamu mintapun, aku udah berjanji. Apapun keadaan kamu, aku akan selalu disini. Ingat, aku selalu disini," Abi meletakkan telapak tangannya ke dada Salwa.

Salwa kembali menitikkan airmatanya dan langsung memeluk laki-laki itu. "Makasih, Bi. Kamu satu-satunya yang aku punya di dunia ini!" ungkap Salwa.

Abi membalas pelukan itu. Sungguh ia ingin sekali melihat Salwa bangun dari kursi rodanya, bisa menggenggam jemari Salwa dan melangkah bersama. Tapi sepertinya keinginan itu harus ia kubur dalam-dalam.

Andai saja 2 setengah tahun yang lalu ia tidak membuat kesalahan, mungkin keadaannya tak seperti ini. Salwa bisa menggunakan kedua kakinya untuk berjalan dan mungkin saat ini sudah ada seorang anak dalam gendongan Salwa.

Abi bukan menyesali tentang pernikahannya dengan Salwa tapi ia menyesali kejadian yang menimpa Salwa. Dan mulai saat itu, ia berjanji akan menjadi teman hidup untuk Salwa dan mendampingi Salwa.

🌿🌿🌿

"Selamat ya, Sayang!" ucap seorang wanita paruh baya sambil memeluk seorang wanita yang tampak sedang memakai gaun pengantin.

"Makasih, Mi!" sahut wanita itu sambil tersenyum riang.

"Semoga Tuhan memberkati!" lanjut wanita itu. Tatapannya kini beralih ke seorang laki-laki yang memakai setelah jas putihnya. Tangannya tampak mengait di pinggang ramping pengantin wanita. "Semoga bahagia!"

"Makasih, Mi!" sahutnya dengan suara beratnya.

Hari ini adalah hari pernikahan Davin Brainard dan Lidya Agnesia. Pernikahan mereka dilakukan di salah satu Gereja terbesar di kota Surabaya.

🍁 MEET ME HERE 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang