Jimin POV :
Kau mengharapkan seorang yang tampan, bermartabat, dan kaya raya dalam cerita ini? Oh, maaf, kau salah membuka buku.
Aku menjalani kisah ini sebagai diriku sendiri, hanya seorang remaja biasa yang terjebak dalam masalah kehidupan ; keluarga dan ekonomi. Bahkan mungkin aku memiliki masalah dengan diriku sendiri, entahlah.
Jika kau memutuskan untuk terus mengikuti kisah ini, maka aku akan memperkanalkan diri sebagai tokoh utama dalam ceritaku. Aku Park Jimin, terlahir dalam keluarga yang dulu sering membuat orang sekitar iri. Mengapa? Keluarga kami sederhana, namun kasih sayanglah yang membuat keluarga kami disanjung.
Sebagai pasangan muda, kedua orang tuaku hampir tidak pernah mengenal pertengkaran. Keputusan diambil dengan cara mereka sendiri, selalu berakhir memuaskan. Papa tak pernah merasa malu mengucapkan nama mama setiap berbincang entah dengan kawannya atau keluarga, begitu pun mama. Keduanya terlihat bersyukur telah memiliki satu sama lain.
Dan aku, Park Jimin, dikenal sebagai si malaikat kecil. Mereka bilang hanya melihat senyumku saja dapat mempercerah hari, mereka bilang tawaku pun terdengar seperti melodi, dan tingkahku selalu mendapat pujian.
Kami keluarga sempurna, hampir sempurna.
Sebelum aku menginjak umur 10 tahun. Dimana semua seakan diputar balikkan hanya dalam kedipan mata. Semua lenyap, tidak seperti yang dulu aku rasakan.
Lontaran kata manis antara kedua orang tuaku tergantikan oleh caci dan maki.
Pelukan hangat yang selalu mereka berikan padaku tergantikan oleh hantaman tanpa ampun dengan tongkat kayu.
Nyanyian merdu mama setiap malam tergantikan oleh isakan tanpa henti penuh derita.
Kata-kata penyemangat yang setiap pagi diberikan papa tergantikan oleh hinaan yang terdengar pedas.
Bahkan namaku pun tergantikan dengan nama-nama tak pantas yang terlontar dari mulut kedua orang tuaku sendiri.
Ini bermula karena uang, semua karena uang.
Karena lembaran kertas bertuliskan angka sialan itu.
Maka disinilah aku, selalu membanting tulang di dalam rumah raksasa milik keluarga Min. Sebagai pembantu rumah tangga? pengurus taman? sopir? koki pribadi? aku melakukan itu semua. Walaupun banyak pengasuh lainnya, tapi aku selalu diperbudak karena umurku lah yang paling muda diantara mereka.
Kenapa tidak mengndurkan diri dan mencari pekerjaan yang lebih layak?
Pertanyaan bagus. Aku menetap disini tentu karena penghasilan yang bisa dikatakan lumayan, dan aku mendapat makan siang gratis. Yang perlu aku lakukan hanya membersihkan rumah dan sesekali mengantar sang pemilik rumah bepergian. Bagiku hal seperti ini tidak dapat disia-siakan.
Dan. . . satu alasan lain akan kusimpan seorang diri, karena itu pasti akan terdengar konyol.
Kau pasti tahu cerita Cinderella? Ya, kurang lebih seperti itulah kehidupanku. Hanya saja aku tidak hidup dengan ibu dan saudara tiriku, dan aku mendapat upah yang cukup tinggi dari hasil kerja kerasku.
"Yaa━! Park Jimin, kamar Tuan Yoongi belum kau rapikan?!"
Ah━ baiklah, alarmku rupanya sudah berbunyi. Waktunya untuk bekerja.
"Park Jimin !" Suara itu terdengar lagi, namun sedikit lebih keras dari sebelumnya.
"Baiklah baiklah, aku sedang menaiki tangga !"
YOU ARE READING
Metanoia | Yoonmin
Fanfictionmetanoia (n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life. ❦ yoonmin ❦ fluff ❦ little bit of angst