11

17.5K 560 4
                                    

Emma Pov.

Mobil Audyku berhenti tepat di lapangan parkir sebuah hotel berbintang yang tampak penuh. Aku masih dimobil sedang veren kuminta turun duluan agar dapat bertemu dengan klienku sementara aku merapaikan riasan diwajahku, klienku seorang wanita Asia tetapi aku belum mengenalnya, hanya pernah membaca biografinya lewat Google. Lukas berdiri di samping mobil dan memperhatikan sekeliling agak berlebihan memang tetapi kuacuhkan saja karena ini adalah perintah Edrick dan aku tak banyak protes soal itu karena sudah tentu ini menyangkut keselamatanku.

"Terimakasih lukas." Kataku singkat saat pria itu membuka pintu mobil untukku. Aku berjalan dengan santai menuju loby hotel dan dari jauh aku sudah bisa melihat Veren sedang berbicara kepada seorang wanita Asia yang sudah tentu adalah klienku. Ah Veren terlalu lihai karena bisa menghandel banyak hal dan aku suka melihat keprofesionalisme dan kharismanya saat bekerja, pakaiannya selalu profesional dan tentu saja tidak banyak bicara.

Aku melirik arloji dan kurasa sudah waktunya menghampiri mereka tetapi langkahku terhenti seketika dan kakiku membeku saat itu. Mataku tertuju hanya pada satu arah yaitu seorang pria dengan stelan jas biru tua yang juga sedang berdiri menatapku. Tanganku bergerak naik melepaskan kaca mata hitam yang sejak tadi melekat di wajahku. Mataku mengerjap tak percaya saat mata kami terhubung dan parahnya pria itu tersenyum sambil melambaikan sebelah tangannya padaku dan membuatku ingin pingsan dalam seketika. Dia melipat tiga jarinya bersisa jari ibu dan kelingking yang lalu ditempelkan diantara garis telinga dan bibirnya seolah memberiku isyarat bahwa ia akan menelponku. Saat itu ponsel didalam tasku berdering dan aku meremang dalam kebekuan tetapi apa ini? Mataku terus mengawasinya yang kini sedang dalam posisi menelpon, Kuseret tanganku membuka tas dan mengambil ponsel itu lalu kami terhubung. Kudengar dia memanggil namaku seperti yang selalu di ucapkan dulu.

"Hai sue" dan semuanya menjadi gelap seketika dalam hitungan detik.

*****

Saat pertama kubuka mata yang kulihat adalah veren dengan wajah paniknya. Ia meminta bantuan lukas dan membopongku ke mobil. Kepalaku berdenyut dan aku ingin muntah tetapi kutahan karena aku tak ingin membuat kepanikan baru dan hanya berdehem sambil memijit pelipis dan mencoba mengurut urut kejadian tadi.

"Nona, kau ingin kubawa kerumah sakit?

Veren bertanya dengan nada cemas dan demi Tuhan aku benci rumah sakit. Aku menggeleng keras dan veren mengunci mulutnya seketika.

"Klientnya??"

"Perjanjian sudah disetujui nona, kita akan bertemu lagi dengan miss Tomoko minggu depan dan ia ingin bertemu anda secara langsung untuk menandatangi kontrak kerja"

"Baiklah veren aku mengandalkanmu. Dan lukas tolong bawa aku pulang.

"Baik nona."

" ahh dan yah bawa aku ke flatku bukan flat Mr. Stone. Setelahnya kau boleh mengantar Veren kembali ke kantor. Dan tolong jangan beritau Mr. Stone tentang kejadian hari ini."

"Baik nona."

"Ini juga berlaku untukmu veren."

"Tentu miss Brown."

***

Flatku masih sama sunyi sepi dan bersih karena setiap hari selalu ada yang datang untuk membersihkannya meskipun aku tak pernah pulang.
Kulepaskan heelsku dan naik ke kasur merebahkan tubuhku yang penat dan berusaha mengingat apa yang yg kulihat tadi. Apa ini?? Setelah sekian lama? Apa aku melihat hantu?? Dan bukankah dia sudah meninggal?? Aku mengikuti pemakamannya dan menangis untuknya bahkan bertahun tahun lamanya aku hidup dalam duka cita dan menutup diriku demi dia yang kucintai. Lalu siapa dia??
Tanganku menyambar tas yang letakkan di atas nakas samping tempat tidur dan mengambil ponselku. Aku melihat nomor ponsel yang menghubungiku juga ada sebuah pesan singkat disana. Tanganku gemetar dan air mataku sudah jatuh tak tertahankan tetapi aku masih berusaha kuat, perlahan ketika pesannya terbuka aku membacanya dengan pelan sambil berusaha mencerna dengan baik.
Seketika semua kenangan sembilan tahun lalu tersusun kembali dipikiranku.

"Aku mencintaimu sue"

"Aku juga mencintaimu carlo."

Tubuh polos kami menceritrakan banyak hal tentang bagaimana kami dijodohkan saat itu. Usia kami terbilang muda karena aku hampir menginjak dua puluh saat ayahku mengenalkannya. Kami muda dan penuh gairah barangkali juga naif. Setelah perkenalan singkat dengannya kami lalu sering bertemu dan hubungan ini menjadi semakin serius dan dalam bagiku. Saat karir ayahku dipertaruhkan dan carlo datang dalam hidupku memberiku harapan, yang kutau aku bahagia saat itu.

Ingatan tentang Pria bernama Carlo yang dulu teramat sangat kucintai mencuat dipermukaan dan membekukan hatiku seketika. Aku bingung, takut, bahkan bimbang,

"Aku ingin bertemu denganmu sue"

Sebuah pesan singkat kembali masuk diponselku.
Aku mengapusnya segera. Aku menyadarkan diri sendiri bahwa semua ini hanyalah ilusi. Ini tak benar dan kenyataan bahwa Carlo telah meninggal sembilan tahun silam karena kecelakaan maut saat itu. Aku ada disana menghadiri upacara pemakamannya dan saat ini situasi ini hanyalah ilusi.
Aku memejamkan mata berusaha menepis segala ingatan dan sebuah oesan kembali masuk diponselku.

"Kau tak percaya aku masih hidup sayang. Aku Carlomu. Aku ingin melanjutkan pertunangan kita sue."

"HENTIKAAAAAAN !!!!

Kututup kedua telingaku dengan tangan dan menjauhkan ponselku.

"Aku akan memanggilmu sugar Emma, rasamu manis. Dan aku kecanduan rasa ini jadi sue atau sugar.??

"Hentikan Carlo, namaku Emma dan bukan sugar atau sue"

"Ayolah sayang, jangan menolak karena kau begitu manis sue."

"Tapi aku tak menyukainya Carlo."

"Bukankah aku mencintaimu sayang, jadi aku akan tetap memanggilmu sue"

"Ah terserah kau saja Carlo. Aku tak ingin berdebad."

Dan dia mengecup bibirku seketika. Sejak itu dia tak pernah memanggilku Emma.

Bersambung.....

Hai guys...
Sebenarnya masih berlanjut tapi stak nih... nanti yah

Jangan lupa vote dan tinggalkan pesan. Kumohon jadilah pembaca yang baik dan tidak pelit.

DESTINY (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang