01

11 3 9
                                    

"Saya disini sebagai guru "

What,  dia... Dia adalah guru disekolah sini. Sekali lagi gue tegasin DIA GURU BARU DISINI?.

"Oh" jawab gue singkat dan sedikit judes. Sebenarnya itu semua hanya cara gue untuk menutupi rasa bersalah gue. Gengsi banget kalau gue harus minta maaf sama guru baru itu. Emangnya dia siapa gue?.

"Ikut saya" tiba-tiba dia mencengkeram tangan gue dengan sangat erat yang membuat gue merasa kesakitan.

"Lepaskan tangan saya" gue memberontak berusaha melepaskan cengkeraman itu yang sangat kuat itu

"Ikut" dia tetap menarikku keluar kelas

Dia membawaku keluar dari sana,  menuju kelapangan. Gue heran kenapa dia menghentikan langkahnya ditepi lapangan. Apa dia mau menghukum gue?.

"Kenapa berhenti?" tanya gue, dia melepaskan genggamannya yang meninggalkan tanda merah ditangan gue.

"Bapak mau minta foto saya terus bapak bawa saya ke sini? Jangan harap, saya gak suka sama om om atau mau minta tanda tangan saya? Kalau mau mana balpen sama bukunya karena sekarang saya gak bawa barang barang itu kan ditinggal dikelas" ucap gue yang sangat pede.

"Tapi kalau misalnya mau hukum saya,  nanggung pak mending hukumannya skor sekalian biar saya istirahat dirumah, capek kalu belajar terus, bisa bisa meletus otak saya" cerocos gue dengan santai

"Sudah?" tanya dia

"Sudah apa?"

"Sudah ngomongnya?"

"Belum, emangnya kenapa?" gue sedikit mengangkat dagu gue

"Anda tidak menghormati saya,  nama kamu siapa? " tanyanya dingin sekali melebihi salju

"Nama gue Devita Nur Fadillah, dan encam kan ini,  anda bukan bendera merah putih yang harus saya hormati saat menyanyikan lagu Indonesia Raya" bentak gue sambil menunjuknya

"Saya memang bukanlah bendera, tapi saya seorang guru" dia menatap gue dengan tajam, dan "Lari 15 putaran sekarang juga" perintahnya

"Emangnya anda itu siapa? Anda itu bukanlah seorang raja yang segala perintahnya harus saya kerjakan"

"Nama saya Andra Mahardika Pratama dan sekarang anda harus lari 15 keliling atau saya tambahkan hukuman kamu dengan membersihkan semua toilet yang ada disekolah ini"

What? Dia nyuruh gue membersihkan semua toilet yang ada disekolah ini.  Dia manusia atau monster sih? Ngasih hukuman kok kejam amat. Woy, gue itu manusia bukan robot yang bisa melakukan semua hal.

Apa dia tidak tahu,  toilet disini itu banyak banget, kotornya juga melebihi kandang sapi lagi.

Mau tidak mau gue harus nurutin apa mau dia daripada gue harus ngebersihin toilet,  idih ogah banget,  bisa alergi nanti kulit gue.

Putaran ke satu, dua dan tiga, okelah gue masih bisa lari. Gue masih bisa berlari karena tenaga gue masih full.

Putaran ke enam, nafas gue mulai tidak beraturan. Gue memutuskan diam sejenak hanya untuk mengatur nafas gue. Tapi, suara guru baru itu membuat gue jemgkel setengah mati.
"Woi,  siapa yang menyuruh anda buat diam disana, saya nyuruh buat lari bukan buat istirahat. Cepat lari lagi atau hukumannya saya tambahin" teriak guru itu

Guru jahanam. Itulah kalimat yang keluar dari otak gue. Apa dia tidak mikir, gue itu manusia, gue lelah udah lari enam keliling, mana lapangannya luas banget lagi.

Tiba-tiba kepala gue terasa pusing, penglihatan gue mulai kabur. Dan seketika gue langsung ambruk ditengah lapang.

Entah sejak kapan gue berada didalam ruangan yang serba putih.  Gue mulai merasakan denyutan yang ada dikepala gue muncul lagi.

Gue menatap semuanya yang ada diruangan itu,  ternyata gue berada didalam UKS sekolah.

Begitu kagetnya gue ketika melihat seseorang yang ada disisi ranjang. Dia menatap gue dengan sangat cemas.

"Kamu gak apa apa kan?"

What?

"Kamu gak apa apa kan? " tanya dia lagi

Gue hanya bisa menggelengkan kepala gue. Gue heran plus kaget,  gue melihat dia mendampingi gue dan sekarang dia menggunakan bahasa aku-kamu!.

"Kamu gak apa apa kan?" tanya dia sambil memegang jidat gue memastikan bahwa tubuh gue itu panas atau tidak.

Gue menepis tangan itu. "Udah gak apa apa, kok"

Gue masih kesal sama dia, dia yang menyebabkan gue jadi seperti ini. Dia yang membuat gue pingsan tadi ditengah lapang.

Gue bangkit dari posisi gue sebelumnya dan pergi keluar. Tapi, sebelum gue sampai didepan pintu tangannya langsung memegang tangan gue, dan otomatis gue langsung menoleh. Gue melihat cengkeraman tangan yang kekar itu.

Gue mengerutkan kening gue. " Apa? Lepasin gak"

"Enggak, aku gak bakal lepasin tangan kamu"

"Lo yang menyebabkan gue jadi kanyak gini" bentak gue

"Maka dari itu,  aku ingin minta maaf, kamu pulang sekarang yah, aku yang akan antar kamu pulang" bujuk dia

"Enggak, gue bisa pulang sendiri dan lo juga gak tahu alamat rumah gue,  jadi mana mungkin lo bisa nganterin gue"

"Tapi aku ingin antar kamu sampai rumah kamu"

"Bodo" jawab gue ketus

Gue pergi meninggalkan dia disana dan menuju kelas gue, mengambil tas gue dan langsung pergi dari kelas itu.






----BERSAMBUNG----

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Kampret TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang