Pertemuan

36 3 5
                                    

Gemercik air mengalun indah dalam setiap sekenario-Nya. Senja berubah menjadi hitam pekat Bagai sebuah mawar indah yang layu karena terlalu berharap pada kumbang yang tak tentu arah.

Aku terhentak dan terdiam sejenak melihat betapa terpuruknya diriku ini betapa menyedihkannya diri ini. Aku teriak dan terus mengeluarkan buliran air mata. Betapa tega dia mengecewakanku betapa aku sangat menyesal telah berharap pada nyah, dengan harapan yang sangat tinggi dan indah...
Sedangkan dia hanya bisa mengatakan "kita putus". Kata itu bagaikan petir yang datang pada dingin nya petang. Yang menandakan akan adanya badai air mata..

Kring...kring...kring...
Alarm Hp ku berbunyi
" Astagfirullah sudah jam lima, aku bakal kesiangan "
Ku singkapkan selimut dan langsung melaksanakan ritual pagi ku...
"Assalamu'alaikum umiku sayang" kataku sembari menuruni tangga
"Wa'alaikum salam Zahra"
"Wah...umiku yang cantik ini masak apa yah?...untuk putrinya yang elok "
"Hmzz..iyah kamu itu cantik tapi lebih cantik lagi kalo bangun nya gak kesiangan terus solat subuh berjamaah di mesjid" kata umi meledekku.
"Hehe ... Iyah umi"
Betapa bahagia nya diriku ini memiliki umi yang begitu baik dan sangat menyayangiku tetapi aku masih saja melanggar aturan nya, dengan aku pacaran dengan Dimas bahkan aku pacaran sembunyi-sembunyi di belakang umi. Lihat diriku ini melanggar aturan umi bahkan aturan Alloh Swt. Tapi aku harus bersyukur sekarang dengan dia memutuskannku jadi aku tidak akan terjebak dalam jurang kenistaan lagi. Walaupun aku tau betapa susahnya diri ini untuk melupakannya betapa pahitnya karena berharap padanya.

Karena rasa itu akan terasa sangat pahit untuk saat ini Ya Rabb..
Ku langkah kaki menuju sekolah untuk mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Teriakan malaikat malaikat kecilku menggema dalam ruangan itu wajah manis nan lucu mereka suguhkan, tapi di pojok kelas kulihat Niara merenung.Entahlah anak itu tak seperti biasa.
Hari demi hari ku lewatkan dengan anak didiku, entahlah bersama mereka aku bahagia, aku terlupakan dengan , di depan sekolah, sangat sepi saat itu karena mereka sudah pulang. Tapi aku terkejut melihat seorang anak perempuan yang duduk di depan jalan sekolah.
"Itukan Niara" batinku, dan langsung ku tanya
" Niara belum di jemput?"
"Belum bu, katanya ayah ada meeting hari ini"
"Ya udah, ibu temenin yah!"
Dia hanya tersenyum manis, dengan kedua pipi yang makin mengembang, sangat lucu memang.
"Tadi di kelas Niara kok cemberut, kenapa sayang?"
"Hmzz...Ngga kok bu"
Percakapan kami berdua terhenti karena sebuah mobil berhenti di depan kami berdua, seorang laki laki bertubuh gagah dengan kemeja yang di gulung sampai sikut menambah tampan bagaikan pangeran.
"Astagfirulloh...zina mata tau!" batinku mengingatkan.
"Niara nunggu lama? Maafin ayah yah, tadi ada kerjaan mendadak" katanya bersimpuh di depan gadis kecil yang menunjukan wajah kekecewaan.
"Maafin ayah sayang, jangan ngambek gitu dong! Pulang yuk?" tambahnya lagi.
"Ayah mah gituh gak pernah nepatin janjinya" kata Niara sambil terisak
"Sayang maafin ayah?"
"Gak mau!" ngambek Niara
Aku yang melihat itu langsung turun tangan dan ikut mensejajarkan dengan mereka.
"Niara jangan gitu dong, kasian kan ayah cape baru pulang kerja, masa sama Niara di cemberutin sih! Emangnya Niara gak kasian sama ayah?" kataku membujuk
"Tapi ayah ingkar bu, Niara nunggu lama di sini. Untung ada ibu nemenin"
"Tapikan ayah telat juga karena kerjaan sayang, nyari uang buat Niara jajan es krim" kataku sengaja menyebut makanan kesukaan Niara
"Benarkah ayah?"
"Iyah sayang" jawab ayah Niara
"Aku mau beli es krim, terus makannya mau di suapin sama bu Zahra yah?"Niara merajuk
" siapa bu Zahra sayang?" tanya Ayahnya
"Eh iyah saya lupa, kenalkan saya Zahra wali kelas niara" kataku sambil menangkupkan tangan di dada
"Saya arham ayah Niara" sambungya
"Ayo yah kita beli es krim! Ayo bu Zahra ikut"
"Jangan sayang bu Zahranya kasian mau pulang" kata Arham
"Ahhh...nggak mau ibu harus ikut!"
"Ya udah ibu ikut Niara" jawabku.
"Yeee..." girang Niara
Tak lama setelah itu kami sampai di tempat penjual es krim dan posisiku sekarang sedang menyuapi es krim ke Niara.
"Ayah minta dong sayang?" goda ayah Niara
"Gak boleh ayah!" judes Niara, aku terkekeh melihatnya
"Ayah kok jadi diem? Ayah ngambek? Ya udah bu zahra suapin ayah dong!" aku terkejut dengan permintaan Niara, ku lihat pak arham juga sama terkejutnya.
"Ih...kok ibu sama ayah bengong sih! Ayo ibu suapin ayah!... Kalo enggak nanti Niara ngambek lagi" pintanya lagi, ku lirik pak Arham dia hanya mengangguk. Ku ambil sesendok es krim dan menyuapi nya. Entahlah mungkin pipiku sudah merah.
Kegiatan kami pun selesai dan sekarang kami sudah di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Tapi Niara malah tertidur di pangkuanku
" bu maaf yah ngerepotin" kata pak Arham memecahkan keheningan
"Gak apa apa saya tidak merasa di repotkan, pak saya turun di depan yah" jawabku
"Oh iyah bu ..."
Mobil pun berhenti " terimakasih pak" kataku.
"Seharusnya saya yang berterimakasih" sambungnya..
Aku hanya tersenyum dan meninggalkan mobil itu..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekedar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang