Sang Penerang

23 3 2
                                    

Matahari telah menampakkan sinarnya, sinar yang emas telah terbit diufuk timur. Alam bahagia menyambutnya, kicauan burung terdengar merdu diiringi sejuknya embun pagi. Aku juga seharusnya menyambut kedatangan sang penerang bumi yang telah berganti tugas dengan sang dewi malam yang menerangi gelapnya malam.
Aku masih betah dengan balutan selimut yang menyelimutiku di atas tempat tidur. Hari ini sebenarnya aku libur sekolah karena aku sudah ujian nasional tinggal menunggu pengumuman ujian dan pengumuman masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Aku mendaftar salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota dimana aku tinggal. Aku mendaftar melalui jalur undangan, yah jalur tersebut merupakan jalur pertama untuk memasuki Perguruan Tinggi Negeri. Hari ini aku harus ke sekolah untuk mengurus beberapa berkas, berhubung karena besok adalah pengumuman jalur undangan tersebut.

***
Mama masuk ke kamarku dan membuka gorden jendela.
"Kamu masih mau tidur atau kamu bakalan tidak diantar sama kakakmu?" Mama menarik selimut kesayanganku.
"Ia ma ini juga udah bangun" aku pun beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.
Aku memang selalu diantar oleh kakak ku kemana pun aku pergi bahkan jika dia tidak kuliah dia selalu mengajakku jalan-jalan mencari buku, dia memang paling suka membaca. Dia sangat sayang padaku bahkan sangkin sayangnya semua teman-teman ku harus aku kenalin ke dia apalagi teman cowok. Akan tetapi selama aku sudah menginjak masa remaja aku sudah membatasi pergaulanku  dengan lawan jenis. Ayah dan mama selalu mengajariku tentang hal-hal yang membatasi kita sebagai perempuan.
Namaku Nadzira Qurbah Shalihah, aku sering dipanggil Nadzira. Aku hidup di dalam keluarga yang sangat memegang teguh agama, aku dan kakak ku sudah diajarkan beberapa hal tentang agama sewaktu kami masih kecil. Kakak ku bernama Naufal Khalis Haedar, aku sering memanggilnya kak Naufal. Pengetahuan kakak ku tentang agama jauh lebih banyak dibandingkan aku. Makanya aku selalu belajar dari dia.
Setiap hari aku harus menyetor hafalan ke dia setelah selesai sholat shubuh. Aku sangat bangga memiliki kakak seperti dia, bukan hanya baik dia juga termasuk calon imam idaman seorang wanita, dia adalah calon dokter sekaligus seorang hafidz. Tahun depan dia akan sah menjadi seorang dokter. Seharusnya aku bangga dan bahagia namun aku tidak tau mengapa aku merasa sedih karena otomatis jika dia sudah bekerja waktu dia untukku akan semakin sedikit dan dia bahkan tidak bisa mengantar aku ke kampus.

Ini adalah cerita pertama ku
Mohon di komen yah😊🌹🌹

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Adalah Puisiku yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang