Prolog

9 1 0
                                    

Namaku Miller, umurku 23 tahun. Aku bekerja di perusahaan mall&co. Aku adalah manajer di perusahaan tersebut, perusahaan tersebut merupakan perusahaan mainan anak-anak yang berada di pusat kota washington.

Aku berangkat seperti biasa jam 07.00 pagi ke tempat kerjaku. Sesampainya di kantor teman-temanku sedang membicarakan suatu wabah yang aneh yang sedang menyerang keluarga mereka. Termasuk beberapa karyawan kantor yang terkena wabah itu sehingga sedang tidak bekerja hari ini. Temanku Joey menghampiri ku.
" Gimana Mil? Sehat?"
"Sehat joey."
"Saya heran dengan wabah-wabah aneh ini, perasaan saya tidak enak dengan wabah ini. Jangan-jangan yang terkena akan berubah menjadi zombie lagi, hahaha."
"Aneh—aneh saja kamu Joey, mahluk seperti itukan hanya ada di filem saja, untung keluargaku sudah pindah dari kota ini semenjak satau tahun lalu. Wabah ini pasti akibat kerusakan reaktor nuklir di pinggir kota nih."

Sepulang dari kerja aku melihat ada orang yang jalan tidak karuan dengan kaki pincang-pincang serta baju berlumuran darah yang berasal dari daerah yang kurang pencahayaannya sehingga aku tidak bisa melihat mukanya dengan jelas, namun ketika aku hendak membantunya hapeku berdering karena bosku menelfon.

"Mil, kamu ke rumah saya segera yah" "Baik pak" aku menjawab.
"Ada apa pak?"
"Untuk besok karyawan diliburkan saja ya, soalnya saya melihat akibat wabah proses produksi kita sedang menurun."
"Oh baik pak, akan saya umumkan."

Sesaat sampai di parkiran, orang yang aneh tersebut sudah hilang, "Mungkin sudah ada yang menolong" pikirku.
Ketika aku sudah di apartemenku, banyak yang sedang melakukan pindahan barang, aku bingung tetapi aku hiraukan saja.
"Hari ini memang banyak kejadian aneh bu, banyak orang yang sedang bertingkah aneh." Seruku kepada ibuku yang berada diluar kota melalui telefon.
"Tetapi kamu baik-baik saja kan nak?"
"Iya bu, saya baik-baik saja. Apakah wabah ini sampai ke tempat ibu?"
"Tidak nak, kami disini sehat-sehat semua, namun ayahmu sekarang memang sedang demam."
"Syukurlah bu kalau seperti itu. Saya mau istirahat dulu ya bu. Selamat malam bu."
"Iya nak, selamat malam."

Land to surviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang