Hujan deras masih mengguyur Seoul sore ini, membuat cuaca sangat buruk dan menakutkan. Tidak banyak orang yang berlalu lalang baik di jalan raya maupun di tempat-tempat kecil, karena mereka sudah di pastikan sibuk dengan selimut tebal dan gulungan kasur yang empuk.
Tidak ada badai sebenarnya, hanya saja hujan yang turun terasa sangat berat dan penuh angin, membuat suhu udara menjadi sangat dingin tak tertahankan. Walaupun nyatanya sekarang adalah musim semi, yang mana memang angin nya terkenal paling dingin melebihi angin musim gugur.
Tidak masalah jika kalian berada di rumah dengan secangkir cokelat panas atau sewadah tteokbokki campur mozarella panas yang lezat sekarang ini, tapi pengecualian untuk Johnny Seo yang sekarang tengah berlari cepat menembus deras nya hujan dengan pakaian seragam sekolah nya yang kotor.
"BERHENTI SIALAN!"
Johnny dapat mendengar teriakan seseorang dari arah belakangnya, walau tidak begitu jelas karena tersamarkan oleh air hujan, tapi setidaknya lelaki tinggi itu dapat menebak kini ada kurang lebih 4 orang yang berlari mengejarnya.
"Shit!" Johnny mengumpat saat menoleh dan menemukan 4 orang remaja seusia nya masih bersemangat mengejar di belakang sana.
Johnny berbelok ke arah kanan yang mana adalah blok perumahan pinggir kota, sejenak dia tidak bisa menemukan jejak ke 4 berandal sekolah nya tadi. Johnny mengatur deru nafas nya yang memburu dan melanjutkan laju lari nya ke arah turunan yang sedikit licin. Johnny harap di tidak akan jatuh.
"YA! BERHENTI KAU SEO JOHNNY!"
Tak lama setelah Johnny berlari melewati turunan yang licin, ke 4 remaja tadi kembali terlihat dan mengejar Johnny. Mereka terus berlari lurus hingga ujung, berharap akan menemukan target mereka kali ini.
Namun nyatanya, Johnny dengan otak jenius nya itu kini sedang bersembunyi di sebuah gang perumahan yang becek dan sempit, ia saja tadi dapat melihat para berandalan yang berlari melewatinya.
Saat di rasa tidak ada lagi tanda-tanda para bedebah itu, Johnny segera keluar dari gang sempit yang menghimpit tubuh besarnya. Ia menoleh ke kanan dan kiri sebelum berjalan pelan meninggalkan area itu. Tubuhnya sedikit menggigil dengan bibir yang mulai pucat, nafasnya juga tersenggal karena kelelahan berlari.
"Ah sial, seharusnya aku tidak mencari gara-gara dengan Lucas"
Johnny menggerutu sambil menyibakan rambut kemerahannya yang basah, menyumpahi nasib buruknya hari ini yang hampir saja di keroyok oleh para berandalan sekolah.
Dia yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA tentu nya tidak mau mencari masalah dengan di panggil nya kedua orang tua nya ke sekolah. Tapi ini salah nya juga yang mengejek Lucas, si ketua berandalan pemberontak di sekolah mereka hanya karena kalah dalam pertandingan bola basket.
Johnny berjalan pelan di area pinggiran kota yang sepi, pohon-pohon rindang di sepanjang jalan yang ia lewati terlihat basah dan berat karena air. Johnny memeluk tubuhnya sendiri, rumah nya masih jauh dari sini.
'Miaong~ miaong~'
Johnny menolehkan kepala nya saat mendengar suara rintihan kucing yang lumayan nyaring, ia lalu mendapati seekor kucing kecil berwarna putih yang terdapat noda-noda hitam di bulu cantik itu, tengah berteduh di bawah pohon yang rindang namun nyatanya tidak bisa melindungi tubuh mungilnya yang bergetar.
Hati seorang Johnny Seo tergerak untuk mendekati si kucing dan menggendongnya. Ya, Johnny melakukan semua itu.
"Aigo, apa yang kau lakukan disini?"
Terdengar bodoh namun itulah yang Johnny katakan pada seekor kucing yang sedang mencari perlindungan, bahkan dirinya yang seorang manusia saja masih berkeliaran di tengah hujan, apalagi seekor kucing?
KAMU SEDANG MEMBACA
Swindle Kitten?!
FanfictionJohnny Seo menemukan seekor kucing kecil berwarna putih bersih saat dia di kejar oleh para berandalan sekolah yang menjadi rival nya. Dan membawanya ke rumah entahlah harus menjadi sesuatu yang di sesali atau di syukuri oleh Johnny... JohnJae (Johnn...