Author masih newbie. Harap maklum dan sumbangkan vote serta kritiknya demi kemajuan tulisan kedepannya.
Happy Reading!!
Park Chanie PoV
'Ini neraka!' rutukku dalam hati.
Mana ada tempat belajar semenyengsarakan ini? Jika saja aku ini secerdas Einstein, aku tak akan terdampar di neraka dunia bertitel pendidikan ini. Seoul High School. Terkutuklah otak ayahku yang mencetuskan ide untuk menyekolahkanku di SMA parlente ini.
Bulir-bulir keringat dingin mulai menghiasi sudut keningku saat kulihat jarum jam panjang menunjukkan angka 11. Lima menit lagi waktu ujian habis dan aku baru mengisi tak lebih dari separuh kolom jawaban. Bagus, mulai detik ini aku tak hanya membenci Fisika, tapi juga menyatakan perang pada pelajaran satu ini. Sungguh, ini lebih menguras tenaga daripada marathon Seoul-Busan.
"Waktu tinggal 4 menit lagi anak-anak. Pastikan jawaban kalian terisi sempurna. Jangan lupa juga cek kembali identitas kalian," suara Kim-saem bagai denting melodi kematian yang mengundang lenguhan tertahan dari para siswa disertai kasak kusuk sebagian murid yang mulai bergerilya mengais jawaban.
Begitu pula denganku yang juga berkode-kode ria dengan Chaerim di bangku sebelahku. Sebenarnya peringkat gadis berkacamata ini tak lebih baik dariku. Tapi apa boleh buat, aku tak bisa mengandalkan keberuntunganku yang hanya 0% ini melalui metode menghitung kancing untuk mengisi kolom kosong lembar jawabku.
Bel berdering nyaring.
Aku mengerang kecewa saat si ketua kelas mulai berkeliling mengumpulkan lembar jawab. Ah, sudahlah. Bukan masalah kalau nilai fisikaku hanya mencapai kepala 3. Toh, sudah biasa.
"Bagaimana Fisikamu Chanie-a~?" Hyunji-yang duduk di bangku depan- menghampiriku.
Kukedikkan bahu tak peduli.
"Lumayan, tahun ini ada peningkatan," sahutku pongah.
"Puh!" kepalaku berotasi secara reflek ke sumber dengusan itu. Di samping kiriku telah berdiri sosok jangkung dengan raut wajah meremehkan sambil memegang lembar jawabku.
"Apanya yang lumayan. Kau hanya menjawab setengah dari jumlah soal, bodoh," cibir Kim Taehyung menyebalkan.
'Tahun lalu aku justru hanya menjawab sepertiganya,' aku menahan ringisanku demi harga diri yang selama ini Taehyung injak-injak.
"Bukan urusanmu, Tae," jawaban acuh macam ini kupilih demi ketenangan yang kuharapkan. Ini lebih aman daripada berdebat panjang laku berakhir dengan kemenangan Taehyung atas debat kusir kami. Kulihat dia hanya memandangku datar sebelum melanjutkan pekerjaannya.
Aku baru akan bernapas lega karena terbebas dari perang mulut dengan Taehyung sebelum kudengar lamat-lamat ia mencibirku kembali.
"Otakmu hanya penuh dengan gambar tiga dimensi, sih. Pantas saja tak ada lagi ruang untuk menyimpan pelajaran di lipatan otakmu itu."
Sungguh! Jika bukan karena dia adalah murid kesayangan Kim-saem -wali kelas kami- sudah kubabat dia dari dulu. Mulutnya itu minta dirudal ternyata.
"Berisik kau Kim Taehyung! Urusi saja sana para uke-mu itu dasar gay jadi-jadi.." upss! Tanganku reflek membungkam mulutku sendiri saat menyadari umpatan yang tadi kulontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal
FanfictionPark Chanie dan segala imajinasi liarnya tentang Kim Taehyung telah membawanya ke sebuah kehidupan masa muda yang penuh dengan debaran. Siapa sangka, Chanie akan masuk ke lingkaran hidup Taehyung yang selalu ia sematkan dalam imajinasi gilanya tenta...