New York, Amerika Serikat
08:00 AM
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu tidak membuat kedua pasangan itu menghentikan aktifitasnya di atas ranjang, seperti angin lalu kedua pasangan itu terus asik melakukan hubungan intim tanpa mempedulikan ketukan pintu yang semakin membabi buta.
Suara desahan dari dua pasangan yang sedang asik dengan kegiatannya itu memenuhi seluruh penjuru ruangan dengan penerangan yang sangat minim membuat ruangan itu terlihat sangat eksotis.
Suara teriakan dan erangan terdengar tanda dari sang pria yang baru akan mencapai puncaknya, tapi sebelum berhasil menuntaskannya suara gebrakan pada pintu kamarnya membuat pria bermata safir itu menggeram kesal.
Brak!
Nafasnya memburu penuh amarah dan gairah yang muncul bersamaan sambil menahan emosinya pria itu memakai asal celana-nya lalu berjalan menuju pintu dengan tangan mengepal bersiap untuk mengeluarkan cacian dan serapan kepada orang yang sudah berani mengganggu kesenangannya.
"APA YANG KA--"
Plak!
Satu tamparan mendarat tepat mengenai wajah tampannya, seorang wanita paruh baya yang kini berdiri tepat di hadapannya menatap tajam dirinya sebelum beralih menatap wanita yang sedang terduduk di samping ranjang sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Mom?"
"Ikut ibu keruang kerja ayah mu William Smith!" Ucap Monica sambil menekan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, ia mendelik tajam menatap rendah kepada wanita yang baru saja di tiduri putra nya.
Shit!
"Sialan." Umpat Liam memegang kepalanya frustasi, ia yakin akan mendapat masalah besar setelah ini.
Liam berjalan masuk kedalam kamar dengan muka datar menatap tajam kepada wanita yang baru ia temui beberapa jam lalu di sebuah club malam.
"Apa yang kamu liat?!" Geram Liam saat melihat wanita yang bahkan tidak ia ketahui namanya itu masih terduduk diam membeku di tepi ranjangnya.
"Keluar!" Titahnya dengan nada rendah tapi mampu membuat siapapun bergidik ngeri mendengarnya.
"Ta—tapi," belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya. Liam dengan cepat memegang erat tangan wanita tersebut membuat si pemilik tangan meringis kesakitan.
"Apa kau tuli? Aku bilang keluar bitch!" Liam menatap tajam perempuan di depannya sebelum melepaskan genggaman di tangannya dengan kasar.
Liam memakai pakaiannya dengan asal lalu mengambil beberapa lembar uang di dompetnya yang tergeletak di atas meja.
"Ambil ini dan pergilah!" Liam melemparkan beberapa lembar uang tepat di depan muka wanita itu membuatnya terbelalak kaget.
Tanpa memperdulikan wanita itu Liam berjalan keluar kamar menuju ruang kerja Ayahnya yang berada di lantai satu, di sana terlihat Robert dan beberapa orang kepercayaan keluarga nya yang berjajar di depan pintu.
"Selamat pagi Mr. William, tuan dan nyonya sudah menunggu mu di dalam," Ucap Robert yang hanya dianggap angin lalu oleh dirinya.
Seperti biasa, Liam berjalan memasuki ruangan tersebut dengan wajah datar tanpa ekspresi sedikitpun. Kaki panjangnya membawanya sampai di hadapan orang tuanya yang kini sedang menatap tajam dirinya, suasana pada ruangan tersebut sangat berbeda dengan di luar. Aura dingin yang di keluarkan ayahnya dan tatapan tajam yang di berikan ibunya membuat Liam menghela nafas gusar.
"Sudah ibu bilang berapa kali untuk tidak berbuat ulah, William! Kau sekarang bukan lagi anak kecil jadi bersikaplah layaknya orang dewasa." Monica menatap tajam putra keduanya sambil melempar sebuah majalah yang menampilkan fotonya bersama seorang wanita di salah satu hotel ternama.
Liam mengerutkan dahinya saat membaca beberapa tertulis di sana 'Willian Smith berkencan bersama tiga wanita berbeda dalam satu hari'
"Tiga wanita sehari?! Yang benar saja William!" Monica menatap tajam putra nya itu, dia pikir hidupnya itu di habiskan hanya untuk bermain-main dengan para wanita yang tak jelas asal usulnya apa?
Monica sungguh merasa gagal menjadi seorang ibu, dia pikir William akan menjadi seorang pria yang bijak sama seperti saudara saudara-nya yang lain. Tapi ternyata tidak. William jauh berbeda dengan kedua putranya, dia benar benar mirip dengan ayahnya dulu.
Seperti sebuah pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, maka begitulah sikap putranya sekarang liar dan tidak bisa di atur sama seperti ayahnya dulu.
"Mom, itu hanya omong kosong!"
Itu betul, apa yang ia katakan benar adanya karena berita semua berita yang ada di dalam majalah itu tidak benar sama sekali. Harusnya yang benar adalah 'Willian Smith berkencan bersama 5 wanita dalam sehari' jika hal itu yang tertulis di dalam majalah Liam bersumpah tidak akan membela dirinya sama sekali karena memang itulah kenyataannya.
"Kau pikir ibu mu ini bodoh? Kau pikir ibu ini tidak bisa melihat berapa banyak wanita yang kau bawa ke rumah untuk kamu tiduri?! William kamu ini bukan lagi anak kecil yang masih tidak tau mana yang salah dan yang benar! Umurmu itu sudah 24 tahun tapi sikap mu masih seperti bocah lima tahun!"
Seriously? Ibunya membandingkan dirinya dengan bocah umur lima tahun? Yang benar saja!
"Mom, berhenti membandingkan ku dengan bocah ingusan, anak umur lima tahun tidak tau apa apa tentang hubungan sex sedang aku? Hal itu sudah seperti kegiatan rutin yang akan aku lakukan setiap harinya!" Liam memutar bola matanya malas.
"Liam!" Geram Monica marah.
Liam mengangkat bahunya acuh tidak peduli dengan tatapan membunuh yang di berikan ibunya itu.
"William!" Tegur Albert setelah sejak tadi hanya terdiam terdiam melihat tingkah putranya.
"Ayah pikir kamu akan menyadari segala kesalahan mu dengan ber-iring nya waktu, tapi nyatanya tidak!" Albert menatap tajam putranya yang masih terdiam dengan wajah datar.
"Dan hanya ada satu cara untuk membuat sikap mu berubah menjadi lebih baik William," Albert menggantung ucapannya membuat dahi Liam berkerut.
"What?" Tanyanya tanpa sadar.
"Pelatihan!"
To be continued
----------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Bad Boy [Completed]
Romance[Completed] *Follow dulu sebelum membaca* Highest Rank #1 in Bilionaire [03-02-2019] #2 in Misteri [17-12-2018] #3 in Roman [17-07-2020] 17+ William Smith. Siapa yang tidak mengenalnya, seorang Billionaire muda tampan dan berbakat, Di umurnya yan...