Buka bersama

27 3 1
                                    

Setelah acara buka bersama selesai maka selanjutnya adalah sesi foto. Saat foto bersama sudah diambil sekitar 2-4 foto, teman-teman yang lain merasa ada kesalahan dengan pakaian yang aku kenakan. Teman-teman ku yang perempuan semuanya mengenakan baju gamis, sedang aku hanya mengenakan kaos dan rok berbahan levis, dan mereka anggap itu SALAH. Why? aku sudah berpakaian sopan, hanya saja aku tidak mengenakan gamis, lagipula saat diberitahukan di grup WA kelas tidak ada aturan dress code sebelumnya.

Aku merasa kesal, apalagi saat Bhaskar menyuruhku untuk segera memisahkan diri dari lapangan saat sesi foto sedang berlangsung. Padahal teman-temanku yang lain sudah menyuruhku untuk berada di barisan paling belakang agar pakaian yang kukenakan tak begitu terlihat di kamera, tapi tetap saja Bhaskar terus-menerus menyuruhku menghindari lapangan.

Aku langsung berlari ke mushola, aku kesal pada Bhaskar, bisa bisanya ia berlaku semenyebalkan itu. Aku iri jika nanti di dalam fotonya tidak ada tubuhku yang terpampang disana. Bhaskar menyebalkan.

Saat aku sudah mendekati mushola ternyata tubuh Bhaskar ikut berlari di belakangku, dia seperti memberi isyarat bahwa ada yang ingin ia katakan. Kami sudah di dalam musholah yang ternyata ramai karna ada gerombolan manusia yang tidak aku ketahui namanya, padahal sebelumnya di musolah itu hanya diisi oleh kelasku untuk buka bersama. Lalu Bhaskar menarik tanganku dengan kasar, membawa tubuhku pergi tanpa memberi penjelasan.

Sepi, hanya ada aku dan Bhaskar di bawah tangga Lab computer.

"Inka, Bhaskar mau jadi pacar Inka" ucap Bhaskar tegas secara tiba-tiba.

"Hah?" hanya itu yang keluar dari mulutku. Sebab aku tidak mengerti dan merasa kaget.

"Udah intinya sekarang kita udah pacaran, Bhaskar tau semua SW yang sering Inka tulis itu buat Bhaskar kan?" katanya

"Akhirnya kamu peka Bhas" begitu kataku denga raut muka haru. Bhaskar yang mendengarnya langsung memeluku dengan satu tangan kirinya, sebab tangan yang satunya masih menggenggam tangan kiriku yang sedari tadi tidak dilepasnya.

Aku merasa bahagia. Entah dengan cara apa Allah langsung saja mebolak-balikan hati Bhaskar yang langsung mengetahui kebenarannya. Aku memang menyukai Bhaskar sejak kami duduk di kelas 11, dan selama ini aku hanya memendamnya sendiri. Perlahan aku mulai menceritakannya pada satu sahabatku dan saudaraku, dan akhir-akhir ini aku baru saja menceritakannya pada sahabatku yang menjadi teman kelasku, itu pun memakai perjanjian agar tidak diberitahu pada siapapun.

Selama mencintainya, sama sekali tak pernah terfikir bahwa dia harus tau dan harus membalas perasaanku. Tidak. Aku lebih memilih mencintainya sendiri, tanpa ia harus tau dan aku tidak akan peduli bagaimana rasa yang ia miliki padaku. Aku hanya mengutarakannya lewat tulisan SnapWA yang entah itu pun baca atau hanya ia skip semata. Aku tidak menyangka bahwa ia akan memahami isinya dan menemukan dirinya sendiri dalam tuisanku itu.

Setelah sesi foto selesai, beberapa temanku menghampiri, banyak dari mereka yang meminta maaf atas sikap Bhaskar yang menyuruhku segera memisahkan diri. Iya gapapa kok gak usah dipikirin begitu tanggapanku sambil tertawa kecil. Aku ini sedang menertawai diriku sendiri dan Bhaskar yang tadi sempat kelabakan saat teman-teman yang lain mencariku. Dan sekarang kami sedang berakting bahwa tidak ada momen yang terbuat saat mereka belum datang. Lucu memang, kini aku dan Bhaskar saling curi pandang dari kejauhan, ia bersama kawan lelakinya dan aku sedang berada di lingkaran ngerumpi ala perempuan.

Araca ngobrol-ngobrol kangen pun sudah berjalan lumayan lama, kini aku sedang duduk berdua bersama Bhaskar di pinggiran mushola, yang lain berada tepat ditengah-tengahnya, hp ku sedang di pinjam Bhaskar, keliatannya dia sedang melihat-lihat snapWA di hp ku yang kini dipenuhi foto-foto acara buka bersama yang baru saja dilakukan. Dari jarak yang tidak begitu jauh, aku mendengar suara Mina padaku "Ka, ayo pulang" ajak Mina padaku yang langsung ku iya kan. "Nunggu diluar ya" katanya lagi sambil bergegas. Bhaskar yang mendengarnya langsung mengembalikan hp ku. Aku pun mulai bergegas.

"Lucu ya, kita yang awalnya biasa ajah langsung punya hubungan gini" katanya sambil tertawa

"Bhaskar yang biasa ajah, Inka kan emang dari dulu udah punya rasa" jawabku yang diiringi tawa kecil "Mana tangan kamu?" tanyaku

"Mau ngapain?" ia kebingungan, belum sempat ku jawab ia sudah kembali bertanya.

"Nyari apaan?" Tanya nya lagi saat melihatku seperti mencari sesuatu di dalam tas.

"pulpen"

"Nih" pengeluarkan pulpen tinta hitam dari tasnya. Cepat sekali, seperti sudah hapal betul keberadaan pulpennya, tidak seperti ku yang menaruh pulpen di tempat yang berbeda-beda. Langsung saja kuambil pulpen juga lengannya.

Aku langsung menuliskan sesuatu dilengannya, baru ku tulis huruf A, ia tertawa sambil bertanya "ngapain?"

"Ssttt Bhas, diem, nanti yang ada temen-temen yang lain pada tau" kataku memerintah. "Tapi Bhas, aku lebih seneng denger kamu ngomong"

"Emangnya kenapa gitu?"

"Suara kamu kan audio favorit aku"
Itu benar, suaranya emang selalu menjadi audio favoritku di dalam kelas. Apalagi saat ia nyanyi sambil teriak. Ah menggemaskan.

"Nih udah boleh dibaca" kataku sambil mengembalikan tangan dan pulpen milikya.

"Aku pulang duluan ya Bhas, hehehe" ia membaca tulisanku "Kenapa gak ngomong langsung?" Tanya nya.

"Abisnya malu, kan gak biasa"

"Kenapa gak make Bhas sayang gitu?" ia menatapku dengan tatapan yang tak biasa.

"Ih Bhaskar nyebelin" aku langsung salah tingkah

"Yaudah nanti aku chat kamu di WA pake sayang, aku izin dari sekarang biar kamu gak kaget, gapapa kalo kamu gak bales aku gak akan marah" katanya dengan suara yang selalu menjadi favorit ku.

"Jangan khawatir aku pasti bales" jawabku sambil tersenyum simpul

Bhaskar Di Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang