Pesawat Kertas Pertama

118 7 3
                                    

Matahari memeluk pagi dengan hangat. Dan embun yang dijatuhkan langit kembali menari bersama sejuknya pagi.

Hangat sejuk pagi ini kurasakan...

Rambut cokelat gelap ku tersiram cahaya matahari, dan kulit pucatku disentuh hangat oleh belaian sang pagi. Dengan seragam sekolah baru ini, aku berjalan melintasi selasaran sekolah menuju kelas baru ku. Riuh suasana sekolah di pagi hari sangat baru kurasakan. Begitu hangatnya suasana ini pasti akan kurindukan.

Aku berjalan sendiri tanpa ditemani guru yang seharusnya mendampingi ku menuju kelas baru ku.

Pesawat kertas...
Tanganku dengan cepat menyobek lembar kertas dari buku di tas. Dan dengan lincah pula ku lipat, lipat, lipat, dan lipat kertas itu, hingga membentuk sebuah mahakarya agung yang mana setiap orang tentu bisa membuatnya. Tak lupa pula kutandai pesawat kertas istimewaku ini dengan coretan gambar sebuah bintang.

Itu namanya pesawat kertas, terbuat dari kertas yang ada didalam tas. Pesawat kertas yang sama namun istimewa karena tertanda bintang di sayapnya.

Aku memang sengaja membuatnya karena ku tahu, aku akan bertemu seseorang yang istimewa pula.

Dear pesawat kertas istimewa ku, terbanglah bersama bintang. Layangkan sayapmu kepada "dia" yang teristimewa.

Dan benar saja, "dia" tepat 10 langkah didepanku. Aku berhenti dan kutatap "dia" dengan hangat. Rambut acaknya dan seragam kusutnya adalah "dia" yang sedikit berbeda. Namun ada yang tak berubah darinya dan takkan berubah darinya hingga kapanpun.

"Ialah matanya yang tetap sama. Cokelat matanya secokelat rambutku. Masih sinar mata yang sama dengan 10 tahun lalu, meski ku tahu... mata itu bersedih dan menangis, namun itu hanya untuk sekarang dan takkan berlanjut hingga kapanpun. Karena aku disini..."

Aku berhenti dan ia berjalan.
Seketika ku terbangkan pesawat kertas ini dan barulah aku berjalan, kuyakin gelombang transversal udara akan arahkan pesawatku kepadanya.

Dan duuukkkk....

"Aduhh! Apaan sih?..." rintih dirinya tatkala pesawat kertasku melayang dan menabrak tepat di keningnya. Dan ia seketika menatapku dengan kesal.

"Eh lo... ngapain pakai nerbangin pesawat kertas segala lalu lo arahin ke gua?! Gila ya lu cowo bodoh!" pekik dirinya dengan kesal kepada ku.

Namun aku tetap berjalan menuju kelas ku. Aku coba abaikan kesal dirinya dan tak kujawab ujaran yang dia lemparkan.

"Cowo bodoh? Ah, sungguh lucu dirinya yang sekarang. Tak apa dia sapa diriku cowo bodoh. Karena cowo bodoh inilah yang akan hadir ditengah malam panjangnya..." pikir diriku.

"Lo anak baru ya?! Sombong benar elu! Dasar..." ucap dirinya namun seketika terhenti ketika aku melewatinya begitu saja.

Deeggggg...
Jantungku seakan terpompa dahsyat, dan hangat dingin menghampiri ragaku. Aku dan dia terdiam seketika tanpa menoleh sedikitpun.

Damai aku rasakan, dan aku adalah aku yang datang dari 10 tahun lalu.

"Untuk Rara, percayalah... Aku ada dan akan selalu begitu..."

Dan tepat ketika dia akan menoleh kepadaku, aku pun ....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Diandra ( Part Aku )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang