The Future

19 4 8
                                    

After the storm.
---------------------------------

Hari ini, adalah hari yang sangat melelahkan bagi seorang Raffael Aditya Kusuma. Seorang pengusaha muda pewaris harta kekayaan keluarga Kusuma. Padahal, tidak biasanya ia merasa lelah.

Terlebih ia harus mengurus dua perusahaan besar sekaligus. Karena, ia mengurus perusahaan ayah nya dan juga perusahaan miliknya sendiri. Ditambah dengan masalah keuangan perusahaan yang membuat kepalanya serasa ingin meledak.

Apalagi ia tidak pulang ke rumahnya selama 3 hari hanya untuk mengatasi masalah itu. Ia ingin segera pulang dan beristirahat di rumah saja.

Kalau perlu ia akan minum obat tidur yang banyak, agar tidak terganggu. Oke, itu berlebihan. Bisa-bisa ia mati karena kelebihan dosis.

"Huuuft" terdengar helaan napas panjang. Ia benar-benar kacau. Lihatlah penampilannya saat ini, sangat mengerikan.

Ia tidak ada waktu untuk mengurusi penampilannya saat ini.

"Sial, harusnya aku bawa saja David ke sini". Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak mngajak asistennya itu untuk membantunya menangani masalah ini.

Dan lihat, apa yang terjadi. Dirinya terjebak di ruangan sialan ini dengan berbagai macam kertas-kertas penting.

"Padahal 'kan bosnya itu aku, tinggal tunggu beres. Kenapa jadi aku yang ngerjain masalah ini!".

"Oh My God". Ia mendesis sambil mencengkram rambutnya sendiri. Saat ini penampilannya benar-benar kacau, melebihi sebelumnya.

Ia terlihat seperti seorang gelandangan saat ini. Beruntunglah ia karena diselamatkan oleh wajah tampannya.

" Ya Tuhan, kapan semua ini berakhir?" batinnya berucap lirih.

~•~•~•~•~•

"Akhirnyaaa~". Terdengar suara kebahagiaan dari balik pintu kemegahan itu.

Dan yang bersuara itu adalah, Raffa. Ya, akhirnya ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya di hari ke-4.

Padahal dirinya menargetkan akan pulang kemarin. Namun, takdir berkata lain. Ia sempat salah menghitung, dan harus mengulang kembali.

Saking kesalnya, ia menghamburkan barang-barang yang ada di ruangan tersebut.

Dan saat ini, ruangan tersebut sudah seperti medan perang. Semua barang yang ada di sana, sudah tercecer kemana-mana. Dari yang penting, sampai sampah makanan.

Tak lama kemudian, handphone nya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ia pun melihat siapa yang menelponnya.

Dan ternyata, yang menelponnya adalah David Sanjaya, asisten pribadinya.

"Ada masalah apalagi David". Ucapnya dengan tenang. Eh, berusaha tenang maksudnya, ia akan benar-benar membunuh asistennya ini bila dirinya membawa masalah. Lagi

"Ehmm, Pak? Bapak sudah menyelesaikan masalah keuangan itu?."

"Sudah, ada apa memangnya?". Ia benar-benar penasaran kenapa asisten laknatnya itu menelpon.

Padahal saat ia dipusingkan dengan masalah keuangan itu, asistennya yang satu ini tidak pernah menghubunginya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang