[01] Lonceng Klasik

15 0 0
                                    






Putih abu-abu. Suatu simbol masa muda sekaligus saksi nyata bagimana generasi muda negeri ini bereskpresi. Sikap kritis bukanlah suatu prihal baru bagi masa ini. Dimana semua bebas menunjukan style mereka masing-masing. Dan dimasa ini lah, kami dididik untuk menjadi dewasa secara tak langsung. Dewasa dalam arti, mampu membawa diri menjadi seorang yang berpola pikir terbuka dan penuh rasa ingin tau yang tinggi.

...............................................................................................................................


"PERHATIAN! Di masa Orientasi ini saya ingin kalian bersikap hormat kepada kami, selaku tutor kalian. Jika ada yang menyalahi aturan, kami tak segan untuk memberi kalian hadiah. Dan jika salah satu dari kami ada yang bersikap keterlaluan, kalian dapat melaporkannya kepada saya. DAPAT DI MENGERTI?" Kalimat pembuka dari orang petinggi sekolah. Ketua Osis.

"SIAP MENGERTI" Teriak para pejuang yang baru akan mencicipi masa putih abu-abu.

Setelah mendengarkan salam pembuka dari ketua osis beserta antek-anteknya. Para siswa digiring untuk memasuki ruang kelas yang sudah tertera nama kami.

"HEUH. BAKAL JADI HARI YANG PANJANG!" Bunyi hati kecil seorang gadis, yakni Marcheilla Gischa. Merupakan gadis asli Yogyakarta, namun blasteran Jerman.

Setelah sesi perkenalan, pemateri, serta sesi games, kami diberi waktu istirahat untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur dan makan siang. semua murid berhamburan meninggalkan ruang kelas. Gischa yang belum memiliki kenalan disekolah barunya, ia memilih untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim. Ibadah sholat dzuhur. Lokasi masjid berada tepat didepan semua ruang kelas, dimana jika kita ingin kesana kita harus berjalan keluar lobbi sekolah. letak yang strategis.

"Usang. Bahkan sedikit terkikis. Namun lonceng klasik diujung sana, akan tetap berdenting meski hanya sisa serpihannya. begitulah, filosofi klasik'. Barang yang sudah usang, namun masih banyak yang mencari. meskipun harga tak bisa dibilang murah" Seseorang berucap pada Gischa

Gischa mendengarkan ucapan pria yang saat ini berdiri disampingnya dengan raut wajah bingung. Pria tersebut memakai pakaian sama seperti yang ia gunakan, "Pemilihan analogi yang menarik. meski dibuat mikir diawal, tapi saya paham." ucap Gischa

pria tersebut tersenyum, "Agra Cakrawangsa"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AftertaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang