Part 1

57 1 0
                                    

Sore itu seorang gadis cantik berambut panjang dengan syal yg dililitkan dilehernya dilengkapi dengan kacamata hitam yg bersandar dihidung mancungnya menatap sebuah gundukan tanah dan meletakkan sebuah buket bunga Mawar diatas gundukan itu, tak jarang ia mengusap batu nisan bertuliskan nama "Caenan anggara" itu pundaknya pun sesekali naik turun menunjukkan bahwa ia tengah menangis sesegukan.
Selang beberapa menit ia meninggalkan makam itu berjalan menjauh dengan tatapan menunduk menutupi matanya yg terus menjatuhkan butiran bening.

"Udah pulang non"sapa pria parubaya penjaga makam yg dikenal dengan nama pak Munir itu

Stella mengangkat kepalanya mencari sumber suara yg tidak asing lagi baginya, Stella memang terbilang sudah mengenal cukup banyak orang yg kesehariannya berada di daerah pemakaman tersebut mulai dari beberapa pedagang bunga yg setiap harinya berada digerbang pemakaman sampai beberapa marbot pembersih makam dan salah satunya Pak Munir itu. Pak Munir adalah marbot yg paling akrab dengan Stella krn orang itulah yg mengurus makam Caenan setahun belakangan ini.

"Iya Pak, udah sore soalnya"Stella menjawab pertanyaan pak Munir seraya mengusap pipinya menghapus sisa air mata yg masih tersisa disana.

"Ohh gitu non, yaudah hati-hati dijalan yah non"ucap Pak Munir seraya tersenyum kearah Stella.

Stella membalas senyuman pak munir dan melenggang pergi.

Pak Munir menatap punggung Stella yg semakin mengecil Ia tau betul bahwa Stella dlm keadaan menangis. Bukan pemandangan yg langkah lagi bagi Pak Munir melihat Stella menagis setelah mengunjungi makam kekasihnya itu, Pak Munir sering kali merasa kasihan padanya setiap kali melihat gadis itu menangis seraya berbicara seolah nisan yg ditatapnya itu dapat membalas perkataan Stella.
*****
Stella kini berjalan diatas trotoar dengan pandangan menunduk beberapa kali sebuah taksi menghampirinya untuk memberi tumpangan padanya namun ia todak menggubrisnya, kacamata hitamnya ia lepas dengan tujuan lebih memberi pancahayaan kepadanya lantaran pandagannya mulai buram dikarenakan genNgan-genangan air matanya.
Semakin lama ia merasa kakinya semakin memberat utk melangkah pandangannya pun semakin buram beberapa kali ia mencoba mengucek matanya tapi tetap saja pandangannya buram, tapi ia tetap melanjutkan peejalananya tetapi semakin jauh ia melangkah pandangannya semakin gelap dan...
BRUKKKKK

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Substitute himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang