CHAPTER II

0 1 0
                                    

Aku segera menekan Ikon 'C' yang ada disekitarku untuk memulai obrolan dengan yang lainnya. Kucari User Name teman-temanku yang lain dan membuat group sebelum menjelajahi Game ini. Aku yakin mereka tidak bodoh untuk tidak menggunakan Akun The Day End pada game ini karena memang akun itu adalah yang terkuat diantara semua akun yang kami miliki.

Benar dugaanku, mereka menggunakan akun The Day End. Aku segera menggabungkan akun kami berempat dalam sebuah Chat Group.

AUTHOR POV...

Di dalam Group Chat yang telah di beri nama ARMY, Namjoon dan yang lain pun mulai mendiskusikan rencana mereka selanjutnya.

RAMONSTER :
Apakah kalian sudah selesai? Bagaimana kondisi level kalian?

Tidak berapa lama teman-teman Namjoon pun membalas.

CLOUDRED :
Sial! Aku hanya naik di Level 85.

DEATH :
Ternyata aku lebih beruntung darimu, Hyung. Hasil memindahan akun The Day End ke game ini, aku berhasil naik ke level 90.

RAINHARD :
Haha... Nampaknya hanya aku yang berlevel 91 di sini.
Namjoon, kau level berapa?

RAMONSTER :
Aku akan mengirim datanya. Tunggu.

Namjoon pun mengirimkan data miliknya, di sana terpampang bahwa Level Namjoon adalah yang tertinggi, yaitu 99.

CLOUDRED :
Sial! Aku terendah di sini.

RAINHARD :
Game ini sangat tidak adil.

RAMONSTER :
Tetapi kalian melupakan sesuatu.

RAINHARD :
Apa?

CLOUDRED :
(2)

DEATH :
(3)

RAMONSTER :
Kalian lupa jika kita sangat miskin di game ini. Level yang cukup tinggi tapi kita tidak memiliki apapun. Ini sangat sial. Uang tidak bisa di pindahkan begitu juga dengan Item [Sebuah peralatan tempur. Bisa berupa baju zirah, senjata maupun perhiasaan]. Aku hanya mendapatkan Item sederhana berupa tongkat sihir, buku sihir, topi usang dan jubah lusuh yang terpakai. Bahkan kondisiku hanyalah seorang tengkorak.

CLOUDRED :
Ya. Aku juga hanya mendapatkan sebuah pedang berkarat, beberapa makanan dan juga tameng dari kayu. Sangat menyedihkan.

RAINHARD :
Kalian hanya mengeluh. Lalu apa kabar denganku, huh? Aku hanya mendapat Sepuluh buah pisau kecil dan beberapa makanan. Bahkan kerusakan yang dihasilkan senjata ini tidak lebih dari 10. Shitt... Sangat miskin.

DEATH :
Berhenti mengeluh. Apa rencana kita selanjutnya? Aku tidak ingin terus miskin seperti ini.

RAMONSTER :
Aku memiliki sebuah ide. Bagaimana jika kita berpencar untuk menjelajahi Beyond The Game? Kita akan berkumpul kembali saat peralatan tempur sudah siap dan kita akan membuat Guild atau perkumpulan kembali seperti di The Day End. Kita akan mendirikan kembali Guild ARMY dan mengembalikan kejayaan Guild kita sebagai Guild terkuat. Apa kalian setuju?

DEATH :
Sempurna. Aku suka cara berpikirmu Leader.
-
-
-

Mereka sepakat untuk berpisah, Namjoon sekarang tengah berada ditengah kota bernama Myar, sebuah kota kecil yang digunakan untuk para pemula berasal. Kota ini cukup indah, dengan panorama perbukitan yang hijau dan juga gemerlap lampu kota saat malam tiba. Namjoon berkeliling menemui berbagai macam pemain di dalam game ini.

Di dalam game ini terdapat kecerdasan buatan yang menyerupai manusia yang disebut IFC [Information For Character]. IFC ini bertugas memberikan petunjuk dalam sebuah misi atau sebuah permintaan. Biasanya memberikan hadiah imbalan, tergantung besar atau kecilnya misi yang pemain terima.

Namjoon penasaran ingin pergi ke toko senjata. Terdapat banyak senjata untuk para pemula yang dijual di tempat ini.

"Annyeong Hasseyeo, Ahjusshi," sapa Namjoon sambil membungkukkan badannya sebagai rasa hormat kepada pemilik toko.

"Ne Anyyeong. Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya penjaga toko itu dengan ramah.

"Ahni. Aku hanya ingin melihat-melihat dulu barang di sini," balas Namjoon.

"Silahkan tuan."

NAMJOON POV....

Mataku menatap satu persatu barang yang dijual di toko tersebut. Pada dasar aku memang sudah diberi Profesi sebagai Mage atau yang biasa di sebut Penyihir maka yang aku lihat hanya Griamore [Semacam sebutan untuk alat yang di gunakan penyihir seperti; buku sihir, tongkat sihir dan pakaian (Topi dan jubah)].

"Apa tuan berprofesi sebagai seorang Mage?" tanya penjaga toko itu padaku.

"Nee, Ahjusshi," jawab yang sama sekali tak berpaling dari kumpulan Griamore.

"Mm... Tuan, sudah sampai Level berapa sekarang? Mianhae, kami tidak tahu sejauh mana Tuan bisa menangani Greamore seperti ini."

"Aku sudah sampai Level Sembilan Puluh Sembilan, Ahjusshi," jawabku jujur.

Ia terlihat terkejut dengan ucapanku tadi, "Tuan, bercanda. Tidak mungkin Tuan memiliki Level setinggi itu sedangkan Tuan masih mengenakan kain lusuh dan tongkat sihir dari kayu," ucapnya tak percaya.

Aku membuka penutup kepala dari jubah yang aku pakai. Terlihatlah deretan gigi yang runcing dan mata yang merah menyala. Tak lupa juga, wajah yang menyeramkan dari Ras Setan pun tampak. Penjaga toko itu diam dan tampak gemetar ketakutan. [Yakk enak banget IFC bisa kek manusia sungguhan]

"Tuan ini... Tuan ini... Ahh... Setan!" teriak penjaga toko itu.

"Ssttt... Jangan berteriak, Ahjusshi. Aku hanyalah pemain biasa. Rasku memang berbeda dari kebanyakan orang. Aku tidak suka menyakiti IFC sepertimu. Perhatikan ini baik-baik!" perintahku padanya. Aku mengucapkan kata-kata dengan pelan. "Status!" setelah itu terlihatlah angka 99 di atas kepalaku. Sejak tadi aku memang menonaktifkan fitur itu dengan tujuan menyembunyikan identitasku dari pemain lain.

"Saya tidak menyangka Tuan adalah pemain yang hebat," pujinya yang kini sudah dengan emosi yang normal. "Jika begitu, saya memiliki tugas untuk Tuan."

Akhirnya IFC ini percaya padaku. Aku berharap imbalan yang kudapatkan akan seimbang dengan pekerjaannya. Sangat tidak menyenangkan jika bermain dengan kondisi miskin seperti ini.

"Tugas apa itu, Ahjusshi?"

TBC...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BEYOND THE GAME [RM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang