Prologue

12 0 0
                                    

SMA.

Menurut sebagian orang, masa ini adalah masa yang paling indah dan paling berkesan di hati. Karena memang di sinilah tempat berbagai macam kenangan terukir. Baik itu kenangan manis, asam, maupun pahit. Dari sebuah cerita perkenalan dengan orang yang nantinya kita anggap sebagai sahabat, hingga ke sebuah cerita perjuangan demi mendapatkan hati sang gebetan. Sebuah masa yang menurutku memang tidak akan pernah terlupa sampai seumur hidup. Seperti kata almarhum Krisye dalam lirik lagunya :

Tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah.

Tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah.

Di masa-masa ini juga sering terdengar istilah cinta monyet. Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa dinamakan seperti itu. Apa mungkin karena dulunya pernah ada kisah percintaan antara manusia dengan monyet? Entahlah.

Tapi berdasarkan ilmu monyetologi, cinta semacam ini biasanya dialami oleh sepasang remaja. Biasanya pula dialami oleh mereka yang jatuh cinta pada orang yang baru dikenal. Yaitu cukup dengan alasan 'aku suka sama dia' atau 'dia cakep', sudah menjadi alasan kuat untuk berjuang mati-matian demi mendapatkan hati sang gebetan.

Dari masa-masa inilah aku ingin menceritakan sebuah kisah. Sebuah kisah yang pernah terjadi beberapa tahun silam. Tepatnya pada tahun 2008. Di mana lagu penuh misterinya 'Geby – Tinggal Kenangan', menjadi trending topic pada tahun itu.

Tapi sebelum aku melanjutkan, alangkah baiknya kalau aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. Ada pepatah mengatakan : 'Tak kenal maka tak sayang'. Karena itulah, ijinkan aku memperkenalkan diri, agar nantinya bisa kalian sayang.

Namaku Arya Pramuditya. Dalam Bahasa Jawa, Arya berarti ksatria. Sedangkan Pramuditya, artinya bijaksana. Kata orang tuaku, namaku ini memiliki arti sekaligus harapan mereka agar kelak aku menjadi seseorang yang pemberani dan bijaksana. Tapi nyatanya, aku hanya berani membangkang dan bijaksana dalam mencari alasan saat momen pembagian rapor. Momen yang selalu berhasil membuat perasaan kedua orang tuaku (terutama Mama) terguncang ketika melihat nilai-nilai merah pada raporku. Nama lain dari kebijaksanaan seperti ini adalah... Ngeles.

Aku lahir dan dibesarkan di kota yang konon menjadi cikal bakal dikenalnya angkringan dengan gerobak khasnya, kota yang memiliki danau indah bernama Rowo Jombor-nya, juga kota yang terkenal berkat obyek wisata Umbul Ponggok-nya. Sebuah kota kecil yang menjadi pemisah antara Kota Jogja dengan Kota Solo.

Tinggiku 172 cm, dengan wajah oval dan kulit sawo matang. Cewek-cewek yang pernah naksir padaku bilang kalau aku mirip Nicholas Saputra. Ehem! (batuk kepedean). Tapi salah satu sahabatku yang lebih pantas disebut 'Gorila' daripada manusia juga pernah bilang : "Muka kamu kayak tokoh utama film-film kartun Jepang kalau lagi berantem."

"Berarti keren dong?" sahutku senang.

"Keren apanya? Gak simetris."

Setelah mendapat pernyataan nyesek seperti itu, berkali-kali aku berdiri di depan cermin, dan hasilnya : Ternyata aku memang mirip Nicholas Saputra.

Paling tidak, sedikit.

***

Banyak yang bilang kalau sewaktu SMA, aku ini siswa bermasalah, nakal, suka taruhan, dan paling tidak suka dengan yang namanya peraturan. Tak jarang pula yang bilang, aku ini siswa bego yang wajar kalau sampai tidak lulus ujian nasional. Yah, mau bagaimana lagi, itu kan pendapat mereka, dan semua orang bebas berpendapat. Akan tetapi lain halnya kalau sahabat-sahabatku yang menilai. Maka dengan tegas mereka pasti akan bilang kalau aku ini siswa bermasalah, nakal, suka taruhan, bego, pemalas, tukang bengong, maniak bokep... Lah, kenapa malah tambah parah begini ya??

Harap maklum, karena dibelahan bumi manapun, memang seperti itulah yang dinamakan sahabat. Mereka itu spesies manusia yang tidak kenal lagi kata sungkan. Semua hal yang ada di benak mereka tentang diri kita, pasti akan mereka ungkapkan tanpa peduli apakah kata-kata itu bakal memberi dampak negatif pada diri kita atau tidak.

Intinya, sahabat adalah teman yang bermetamorfosa menjadi : Kampret!

Oke. Tidak perlu berbicara panjang lebar kali tinggi lagi tentang diriku. Karena nantinya kalian akan tahu sendiri cowok seperti apa aku ini. Maka mulai dari sinilah aku akan memulai bercerita tentang masa laluku, tentang sahabat-sahabatku, dan tentunya tentang orang yang membuatku mengerti apa itu arti cinta yang sesungguhnya.

Aku harap, ini bukan cerita membosankan. Dan mohon maaf jika aku kurang pandai dalam merangkai kata. Karena aku bukanlah seorang pujangga, bukan pula pendongeng yang mahir bercerita. Aku hanya sekedar ingin kalian tahu, seperti inilah cerita hidup yang pernah aku alami. Seperti inilah kisah yang ingin aku bagi...

***

Setangkai BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang