Bel pulang sekolah berbunyi, semua sahabatku pergi menuju kelas. Sedangkan aku masih saja terduduk di kursi panjang belakang sekolah menghabiskan batang canduku yang tersisa setengahnya.
Tak lama setelahnya aku berdiri dari kursi nyaman itu dan menginjak puntung rokok yang telah ku buang ke tanah. Aku berjalan menyusul sahabat-sahabatku menuju kelas. Aku terheran saat pandanganku melihat seorang siswi yang berjalan menuju toilet dengan menutupi rok bagian belakangnya dengan kedua tangan. 'Apa yang ia tutupi?' batinku.
Tiba-tiba sebuah bola basket menggelinding ke arahku. Pandangan mataku ku alihkan ke tengah lapangan basket. Terlihat seorang siswa berseragam tim basket sekolah menghampiriku. Aku langsung melemparkan bolanya ke arahnya tanpa syarat. Dia menangkapnya dengan sigap.
"Van, ntar jangan lupa kumpul di tempat biasa," ucapnya dengan nafas tersengal, mungkin karena bermain basket.
Sebelum aku membalasnya, ia lebih dahulu pergi mmeninggalkanku ke tengah lapangan, bergabung dengan tim basketnya.
Aku tahu maksud dari apa yang ia katakan. Tanpa diingatkan aku pastı akan datang. Mungkin ia hanya mengingatkanku.Aku kembali melanjutkan langkahku menuju kelas. Tepat di depan toilet siswi, seseorang menabrakku dari samping.
"Aduh," pekiknya. Aku melihatnya yang masih saja sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk dengan rok bagian belakangnya.
"Sebenarnya apa yang lo tutupi," tanyaku penasaran.
"Tidak ada," jawabnya cepat. Aku sedikit mendekat ke arahnya, mencoba mengintip apa yang sedang ia tutupi. Tetapi, ia tetap şaja menghindari dan aku menangkap maksudnya bahwa ia tidak akan memberitahuku. Lantas ku tuntaskan niatku menuju kelas dengan mengacuhkan dan mmeninggalkan siswi itu.
Langkah kakiku terhenti saat aku tiba di depan pintu kelas merasa ada yang mengikutiku di belakang. Aku menolehkan kepalaku dan mendapati siswi yang menabrakku berhenti di hadapanku.
"Kenapa lo ngikutin gue?" tanyaku langsung.
"Ini juga kelasku," jawabnya seraya berjalan mendahuluiku masuk ke dalam kelas. Aku baru tagu ada siswi baru di kelasku.
Menurutku wajahnya tidak asing, cukup familier. Aku merasa siswi itu mirip seseorang.
'huh' Aku menghela nafas sebelum masuk lebih dalam ke dalam kelas. Berjalan menuju bangku dan mengambil tasku.
Darı tempat ku berdiri, aku melihat siswi itu masih saja menutupi bagian belakangnya. Bedanyâ sekarang ia menutupinya dengan tas yang sedang digendong. Pandanganku teralihkan saat punggung siswi itu hilang di balik pintu.
Aku memutuskan menyalakan MP3 dan menyumpal telingaku dengan earphone.Berjalan mengeluari kelas melewati koridor sekolah. Beberapa siswa-siswi ada yang masih berada di sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler. Ada juga siswa-siswi yang duduk-duduk di kursi panjang yang tersedia di koridor. Aku melewati lobby dan disana terlihat beberapa siswa-siswi yang asik dengan phonselnya masing-masing. Yang ku tahu mereka sedang mengakses internet gratis darı wi-fi sekolah. Kalau kata Rafa ' memanfaatkan fasilitas sekolah '.
Keluar dari lobby dan berjalan sedikit jauh, aku melewati lapangan futsal. Terlihat anak-anak ekstrakulikuler futsal sedang latihan. Aku terus berjalan menuju parkiran khusus siswa. Di parkiran juga terlihat beberapa siswa-siswi yang berbincang-bincang. Aku menghampiri motor dan memakai helmku setelah melepas earphone darı telingaku. Aku menaiki motor, tetapi niatku ku urungkan saat seseorang menepuk-nepuk punggungku darı belakang.
"Bos, gue izin ngga kerja. Biasa jaga ponakan," ucap Randy, sahabatku dari SMP.
"Kyra masih sakıt?" tanyaku padanya, terakhir aku mendengar bahwa ponakannya sakit.
"Iya, ngga ada yang jagain." ucapnya tersirat rasa lelah yang sangat terasa. Bagaimana tidak seorang siswa SMA harus mengurus balita.
"Gue balik dulu," ucap Randy yang manyadarkanku dari lamunan.
"Gue anter," ajakku langsung.
"Nggak usah." ucapnya. Terlihat tak enak di wajahnya.
"Nggak usah sungkan." ucapku seraya menaiki motor dan mengeluarkan motor dari parkiran.
Aku langsung menarik gas setelah Randy duduk di belakangku. Aku menjalankan motor mengeluari sekolah dengan mengambil belok kiri. Di perjalanan aku dan Randy tidak saling berbicara. Aku tahu beban hidupnya. Di samping harus menjaga Kyra, Randy juga harus bekerja mencari uang.
Laju motorku sedikit pelan saat sampai di depan kost-kostan Randy. Randy turun dari motor dan berjalan memasuki rumah meninggalkanku. Terlihat wanita setengah baya yang keluar dari rumah Randy.
"Eh, ada nak Rivan. Ayo masuk, ibu mau pulang dulu," sapa Bu Siti dengan senyum ramah. Beliaulah yang selalu menjaga Kyra saat Randy pergi ke sekolah. Aku membalasnya dengan anggukan. Selanjutnya, aku menyusul Randy ke dalam rumah. Aku melihat Randy yang telah berganti pakaian sedang duduk menatap Kyra yang sedang tertidur pulas.
"Gue ambilin minum ya,"ucapnya seraya bangkit dan berjalan menuju dapur.
Aku melihat Kyra. Wajahnya memerah dan ada beberapa bulir keringat di dahinya. Entah karena sedang demam atau karena suhu rumah ini yang panas. Pandanganku teralihkan saat Randy kembali dengan membawa segelas air putih di tangannya.
"Adanya air putih." ucapnya dengan senyum tak enaknya. Aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.
"Fiska kemana?" tanyaku langsung.
"Biasa keluyuran. Pulangnya malem." jawabnya dengan malas.
Selanjutnya aku dan Randy berbincang-bincang dan tak tersadar sudah lebih dari setengah jam aku di rumah Randy. Kyra pun sudah terbangun. Raut mukanya seperti mencari sesuatu dan kebingungan. Namun, setelah netra Kyra menangkap sosokku dia tersenyum.
"Kaka-kaka." ucapnya dengan suara khas bayi umur satu tahun.
"Iya, kak Rivan berisik ya? Kyra jadi bangun," ucapku.
"Nono...nono," ucapnya lagi dengan polos seraya menggelengkan kepala
"Besok-besok, kak Rivan bawa makanan ke sini ya." ucapku.
"Mamam." ucap Kyra, menimpali ucapanku.
"Iya, makanan," ucapku dengan sesekali mengusap rambutnya gemas.
"Jangan terlalu manjain dia, ntar Lo sendiri yang repot." ucap Randy yang membuatku mengarahkan pandanganku kearahnya.
"Nggak masalah." ucapku tegas, "Kak Rivan pulang dulu ya." ucapku pada Kyra setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku.
Aku berjalan mengeluari rumah dengan di ikuti Kyra yang di gendong Randy. Aku menaiki motor dan memakai helmku. Membunyikan klakson ke arah Randy dan Kyra. Setelahnya, aku mengendarai motor meninggalkan kost-kostan Randy.
Aku memelankan laju kendaraanku saat aku akan melewati sekolahankuy. Iya, rumahku dan Randy memang berlawanan arah yang membuatku harus melewati sekolah kembali. Aku lebih memelankan laju kendaraanku saat pandanganku jatuh pada seorang siswi yang berdiam diri di halte bis. Aku menghentikan motor tepat di depan siswi itu.
"Belum pulang?" tanyaku pasalnya hari mulai gelap. Siswi itu mendongakkan kepalanya dan membuat wajah yang tertutupi rambut panjangnya terlihat dengan lebih jelas.
"Lo kenapa?" tanyaku sedikit kaget karena melihat matanya berkaca-kaca yang berarti ia baru saja menangis. Dahinya pun terdapat butir-butir keringat. Alasan lain yang membuatku lebih kaget, siswi itu adalah siswi baru di kelas dan seseorang yang menabrakku tadi siang.
"Perutku sakit," jawabnya dengan suara parau dan aku baru tersadar bahwa sedari tadi ia memeluk perutnya erat menahan rasa sakit yang terlihat dari raut mukanya.