Cantik

1K 225 47
                                    


Beauty begin the moment you decide to be yourself.

- Coco Chanel -


"Anaknya Antonie cantik banget yang cewek."

"Gue yakin deh kalo jadi model bakal hits banget, aura cantiknya itu loh."

"Kimmy ikutan audisi? Udah lah gue mundur aja, pasti doi menang cantik banget gitu, cocok sama karakter filmnya."

"Gue mau dong punya pacar macem Kimmy, gak apa-apa deh dimainin doi, yang penting numpang tenar bentar, plus cantik lagi tuh cewek gak rugi lah."

Gue cuma tersenyum kecut mendengar komentar-komentar yang sama sedari gue kecil. Cantik. Satu kata yang kata orang-orang disekitar gue suatu anugerah tapi buat gue sendiri kata itu lah yang menjadi belati tersendiri di hidup gue.

Ada titik dimana gue udah terlalu pasrah dengan hal tersebut, sehingga dari pada ribut sama Ayah—which is jarang banget terjadi, karena gue masih menghormati beliau—gue lebih memilih menelan bulat-bulat jalan hidup yang sudah Ayah tentukan untuk gue. Tentunya tanpa rasa ikhlas. Miris, right?

Ketika orang-orang itu memuji kecantikan yang gue punya, mereka gak tahu aja, seberapa keras usaha gue untuk mempertahankan 'cantik' yang gue miliki. Perawatan di sekitar muka hingga badan sampai rasanya kebas semua, diet habis-habisan tanpa pernah bisa sedikit pun menyentuh makanan manis, olahraga super ketat, minum suplemen karena gue gak akan pernah bisa istirahat dengan jadwal super padat kaya gitu. Kursus kepribadian, kursus dance dan jutaan kursus lainnya untuk menunjang kebutuhan untuk tetap 'Cantik'.

Mungkin hal-hal tersebut menyenangkan untuk sebagian orang. Tapi enggak buat gue yang harus menjalankannya tanpa jeda sedikit pun. Katakan gue gak tahu caranya bersyukur, tapi saat lo harus hidup 24/7 tanpa pernah bisa menjadi diri lo sendiri, lo akan tahu kenapa manusia bisa jadi gak bersyukur.

Gue jadi suka makin miris karena quotes dari fashion icon kesukaan gue aja begitu bertolak belakang dengan hidup gue.

She said, "Beauty begins the moment you decide to be yourself."

Mau ketawa aja gue setiap baca quotes itu, karena nyatanya untuk Ayah orang terdekat gue saat ini, cantik versi dia ya ketika gue mengikuti standard-nya. Bukan 'siapa gue' sebagai standard.

Gue pengen hidup bebas tanpa bayang-bayang menjaga 'kecantikan' yang gue punya.

Berjerawat jika memang waktunya hormon cewek gue sedang bekerja dan bukannya mati-matian menghilangkan jerawat tersebut dengan bantuan suntikan dokter.

Bangun siang dikala weekend dan bukannya makan jus sayur-sayuran super menjijikan plus olahraga di pagi buta. Yang bahkan kayanya orang-orang normal lainnya juga belum pada melek.

Pasang senyum menawan di atas catwalk disaat gue sedang datang bulan bukannya tiduran di kasur mahal gue, padahal saat itu perut gue sedang sakit gak ketolongan.

Shopping haha-hihi dengan cewek-cewek seumuran gue, dan bukannya belanja ditemani seorang manager yang bisanya mensortir barang pilihan gue sesuai selera 'Ayah gue'.

Tapi yaudahlah what can I do anyway? Ngelawan Ayah? Mana bisa gue? Gue gak sebodoh itu, karena gue tahu untuk berdiri di antara dua kaki gue seorang diri, gue belum sanggup. Apalagi gak ada Bunda dan Bang Kiano.



XXXX



"Immy." Panggil Ayah di sela-sela dinner yang gue, beliau, dan Keenan jalani malam itu.

Stunner (Kwon Family #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang